#ARTHIT
Aku mengerjapkan mataku, ketika ku rasakan sesuatu menyentuh pipiku. Aku membuka mata, dan melihat Petch di sampingku sedang tersenyum lebar sambil menciumi pipiku.
"Papa, bangun, Papa." Ucapnya sambil mempoutkan bibirnya lucu.
Aku tersenyum padanya. Kemudian, ku arahkan pandanganku ke samping untuk melihat, jam yang saat itu sudah menunjukkan pukul 4 sore.
"Astaga, sudah jam segini. Maafkan papa ya baby. Papa ketiduran. Kau pasti lapar ya?" Ucapku. Aku pun kemudian merubah posisiku menjadi duduk di tepi ranjang, lalu segera mengangkat tubuh Petch dan mendudukkannya di pangkuanku. "We have a long and nice nap, right, my baby?" Kataku sambil tertawa pelan. Aku kemudian meletakkan tanganku ke dahinya, dan ku rasakan demam Petch sudah sepenuhnya hilang. "Wah, anak papa sudah tidak demam lagi. Petch sudah sembuh sekarang." Ucapku berbinar sambil mencubit gemas kedua pipinya.
Petch langsung tersenyum lebar, "Kalau begitu, Petch boleh main dengan Max sekarang, Papa?" Pintanya.
Aku tertawa pelan, "Iya, sekarang Petch boleh main dengan Max. Kalau begitu, Papa akan telepon paman Mond dan menyuruh Max untuk mengunjungi Petch disini. Bagaimana?"
"Benar Papa?" Petch berkata senang.
"Benar sayang. Tapi Petch harus janji dulu, Petch tidak boleh nakal dan harus berbagi mainan dengan Max. Okay?"
"Okay Papa. Janji!" Kata Petch sambil mengulurkan jari kelingkingnya, yang langsung ku sambut dengan jari kelingkingku.
Aku tersenyum lembut, sambil kemudian mencium kepala Petch. Aku kemudian mengambil ponselku dan mulai mendial nomor Mond.
"Khrub P'Arthit..." Mond menjawab di ujung telepon.
"Mond... maaf mengganggu. Kau sibuk?"
"Tidak P'. Aku dan Victor sedang bermain bersama Max di rumah. Ada apa P'Arthit?"
"Begini, hari ini Petch sedang berada di rumah kami. Dan sebenarnya dia agak sedikit sakit, walaupun sekarang kondisinya sudah jauh membaik. Dan dia ingin sekali main dengan Max. Maukah kalian mengunjungi kami di rumah untuk menjenguk Petch?" Tawarku.
"Benarkah P'Arthit? Waahh, Max pasti senang sekali bisa main dengan Petch, P'. Baiklah P'. Kami akan kesana nanti ya."
"Terimakasih banyak Mond. Akan ku tunggu ya. Karena... sebenarnya... aku juga butuh bicara dengan kalian. Aku ingin meminta nasihat kalian soal... Petch."Aku berkata lirih, sambil memandangi wajah Petch di pangkuanku.
"Emm... jadi... Kongpob sudah memberi tau P'Arthit ya, soal masalah Petch?"
Aku sedikit terkejut, ketika tau kalau ternyata Mond sudah mengetahui duduk permasalahan yang sedang kami hadapi.
"Kau sudah tau?" Aku mengkonfirmasi.
"Beberapa hari yang lalu, Kongpob datang pada kami dan menceritakan semuanya, P'Arthit. Kelihatannya dia sangat tertekan dengan masalah ini. Dia juga bilang, kalau dia tidak berani menceritakannya pada P'Arthit, karena dia tau seberapa besar P'Arthit menyayangi Petch. Jadi dia tidak ingin membuat P'Arthit sedih dan khawatir."
Aku diam dan menghela nafasku pelan. Aku mendekapkan tangan kiriku ke tubuh Petch dan mencium kepalanya pelan.
"P'Arthit... P'Arthit tidak apa-apa?"
"Ya, Mond. Aku tidak apa-apa. Kalau begitu... setelah ini akan ku kirimkan alamat kami. Kalian bertiga datanglah kesini. Karena Petch sudah tidak sabar ingin main dengan Max."

KAMU SEDANG MEMBACA
NO REGRET, JUST LOVE
Fiksi PenggemarAgain. Sotus fanfiction. Want to know? Just read it! Happy reading.... ^^