Chapter 29

3K 304 72
                                    

#TIW

Aku masih berdiri di depan pintu, memandangi punggung lebar itu. Punggung itu terlihat masih terus membungkuk, seperti tidak punya tenaga. Wajah itu juga masih menunduk, menatap pada tanah, seakan sudah tidak punya kepercayaan diri lagi menghadapi masa depan. Sesekali, tangannya mengusap kasar wajahnya dengan helaan nafas berat yang terus keluar dari mulutnya, menandakan bahwa dia merasa sangat tertekan.

Setelah kepergian Kongpob dan P'Arthit tadi, P'Knott kembali murung. Dia terlihat sangat frustasi dan putus asa. Aku tau, sekarang P'Knott pasti sangat mengkhawatirkan P'Prem. Tapi aku masih bingung, kenapa P'Knott menolak untuk pulang, walaupun dia sudah tau kalau keadaan kekasihnya itu sedang tidak baik.

Aku benar-benar tidak mengerti tentang apa yang ada di pikirannya sekarang. Tapi semua pemandangan ini... menyesakkanku. Melihat P'Knott yang seperti ini, benar-benar menghancurkan hatiku. Aku lebih baik melihat P'Knott tertawa bahagia di samping P'Prem, daripada melihatnya murung sendirian seperti ini. Dan aku rela, menukar apapun di dunia ini, apapun, termasuk nyawaku sendiri, demi kebahagiaannya. Karena orang baik seperti P'Knott pantas untuk bahagia.

Karena aku sangat mencintainya...

"Kau tidak lelah berdiri terus disitu?" P'Knott tiba-tiba berkata, sambil menoleh ke arahku. "Kau sudah hampir satu jam berdiri disana memandangiku," Lanjutnya, sambil menunjuk ke arah jam tangannya.

Aku menjadi salah tingkah. Aku bahkan tidak tau, kalau aku sudah berdiri disini selama itu. Aku tersenyum malu pada Knott sambil menggaruk belakang kepalaku.

P'Knott tertawa pelan, sambil menggelengkan kepalanya, "Kemarilah, temani aku." Ucapnya lagi.

Tanpa banyak berkata-kata lagi, aku pun menuruti perintahnya. Aku berjalan ragu-ragu menghampirinya, dan kemudian duduk di sampingnya.

Kami saling diam untuk menit yang panjang. Tapi keheningan ini, entah bagaimana membuatku nyaman. Setidaknya, aku tau bahwa aku ada disini untuk menemaninya melewati semua ini. Ya, aku tidak akan pernah membiarkan dia melewati semua ini sendirian. Walaupun P'Knott tidak membalas perasaanku, tapi aku tetap ingin berada di sampingnya, menemaninya melalui semua rintangan dalam hidupnya.

"Kau tidak lelah, Tiw?" P'Knott memecah keheningan. Aku memandangnya tak mengerti. "Maksudku.. kau tidak lelah, selalu berdiri di belakangku? Kau tidak lelah, selalu memandangku dari jauh, seperti ini?"

Aku terdiam sebentar, "Tidak juga P'." Lanjutku.

P'Knott menyelingkan senyum kecil, "Selama ini, kau hanya bisa berdiri di belakangku, Tiw. Melihatku yang sedang bahagia bersama orang lain. Memandangku yang sedang tertawa dengan orang lain, dan hari ini... ketika aku merasa sangat sedih karena orang lain, kau tetap berdiri di belakangku, memandangku dari jauh tanpa berkata apapun. Aku yakin bahwa semua itu membuatmu lelah, Tiw. Tapi aku tidak mengerti, kenapa kau masih melakukannya?"

Aku tersenyum sembari mengalihkan pandanganku ke depan, menerawang jauh. "Karena hanya itu yang bisa ku lakukan untukmu, P'. Aku tidak bisa melakukan hal selain itu. Aku tidak punya cukup kepercayaan diri untuk berdiri di depanmu. Sejujurnya P', aku tidak peduli, dengan siapa kau tertawa, atau siapa yang membuatmu bahagia. Bagiku... dengan melihatmu bahagia saja... itu sudah cukup untukku, walaupun aku hanya bisa melihatnya dari jauh." Kataku. "Apa aku terdengar menyedihkan P'?"

"Sangat." P'Knott tertawa pelan, "Kau memang sangat aneh, Tiw." Lanjutnya lagi.

"Iya P'. Seperti itu. Tertawalah seperti itu. Itu akan membuatmu jauh lebih baik. Dan.. Lebih tampan."

P'Knott menatapku dalam dengan lengkungan senyum kecil di bibirnya, dan tatapannya itu seketika membekukanku. Hatiku kembali berdesir aneh, perutku terasa tergelitik, dan jantungku kembali menari erotis di dalam sana.

NO REGRET, JUST LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang