#PITCHER
Tubuhku benar-benar terasa remuk. Capture the Flag benar-benar seperti hukuman mati bagi kami. Tapi aku bersyukur, mahasiswa angkatanku berhasil melaluinya dengan baik, walaupun harus sempat beradu kekuatan dengan para hazer.
Saat ini sedang di lakukan tradisi 'mengikat tali putih' di Lapangan, untuk mengakhiri seluruh kegiatan kami hari ini. Semua teman-temanku berbaris antusias di lapangan sambil menunggu gilirannya untuk di pasangkan tali putih oleh para hazer kami. Apalagi teman-temanku yang wanita, mereka mulai terlihat merapikan diri mereka masing-masing, untuk bersiap bertatap muka dengan para hazer.
Mereka benar-benar konyol. Ketika para hazer berteriak-teriak di depan wajah mereka, mereka akan ketakutan dan langsung melarikan diri. Tetapi ketika para hazer sedang tenang seperti ini, they're going crazy for them.
Tapi aku tidak peduli. Yang aku pedulikan sekarang, aku harus segera menemui P'Oon sekarang juga, karena dia juga sudah pasti menungguku. Tanpa berlama-lama lagi, aku pun segera berlari ke kedai minuman di dekat Kampus. Tapi dasar sial, tiba-tiba kakiku yang sempat terkilir tempo hari, mulai terasa sakit lagi.
Entah kenapa ini selalu terjadi disaat aku sedang ingin menemui P'Oon. Seperti sebuah tradisi wajib, sebelum kami berdua bertemu. Seperti sebuah pertanda, yang aku rasa bukan merupakan sebuah pertanda yang baik. Terakhir kali aku terluka saat aku mau menemui P'Oon, aku harus menerima kenyataan bahwa P'Oon peduli padaku karena dia sudah menganggapku seperti 'adik kandungnya'. Tentu, itu cukup menyakitkan. Dan aku tidak tau apa yang akan terjadi kali ini. Tapi sekali lagi, aku tidak peduli. Aku harus memastikan semuanya malam ini, atau aku tidak akan pernah punya kesempatan sama sekali.
Aku akhirnya memaksakan berjalan hingga sampai disana. Ketika sudah sampai disana, ku lihat P'Oon sedang duduk bersama 2 temannya yang lain di kedai tersebut.
"P'Oon..." Aku memanggilnya. P'Oon langsung memandang ke arahku dengan senyum lebar di wajahnya dan kemudian berjalan menghampiriku.
"Hey Na, bagaimana? Lelah?" Tanyanya.
"Ohoo... Aku hampir mati, P'." Rutukku.
P'Oon tertawa, "Kau terlalu melebih-lebihkan! Yang penting kan kau tidak mati! Hahaha..." Ujarnya riang. "Masuklah ke dalam, biar ku traktir kau minum."
"Emm.. tidak perlu P'Oon. Kita bicara disini saja. Aku.. hanya ingin mengatakan sesuatu saja padamu sebentar."
"Okay... jadi.. apa yang mau kau bicarakan?"
Aku menghela nafas pelan, "P'Oon... aku pikir... aku sudah menemukan, apa yang ku inginkan sebagai hadiahku karena aku berhasil menebak lagu terpopuler di dunia itu."
P'Oon tersenyum lebar. "Benarkah? Bagus kalau begitu. Katakan apa yang kau inginkan. Jika aku bisa, aku akan memberikannya untukmu."
Aku tersenyum tipis, "Hm. Kalau begitu... aku ingin..."
--00--
#KONGPOB
"Apa yang mau kau bicarakan padaku, Pitcher?" Aku membuka suara, ketika Pitcher membawaku ke tempat yang lebih sepi untuk berbicara.
Pitcher memandangku, sambil tersenyum. "P'Kongpob... Kau tau kan, kalau aku... punya kesempatan untuk meminta satu permintaan pada P'Oon?"
Aku mengangguk, "Tau. Soal lagu yang kau bawakan di Freshy Night itu kan?"
"Benar," Pitcher mengangguk.
"Euh, lalu... hubungannya denganku?"
"Tadi... aku mengungkapkan keinginanku padanya. Kau tidak penasaran, apa permintaanku?"

KAMU SEDANG MEMBACA
NO REGRET, JUST LOVE
FanfictionAgain. Sotus fanfiction. Want to know? Just read it! Happy reading.... ^^