#PITCHER
"Hey, sebetulnya kau tidak perlu mengantarku pulang, Pitcher. Aku ini laki-laki, bukan wanita." P'Dee yang sedang berjalan di sampingku berkata ketus sambil mengerutkan keningnya, ketika malam itu, aku mengantarkannya pulang ke Dorm nya setelah kami berdua makan malam di kedai dekat Kampus.
"Au, apa salahnya jika aku mau mengantar kekasihku pulang, P'? Lagipula P'Dee, dorm kita kan letaknya juga tidak terlalu jauh." Jawabku santai.
"Tidak terlalu jauh, kepalamu! Dormku itu ada di ujung paling timur. Dan dorm mu ada di ujung paling barat. Bagaimana bisa kau bilang itu tidak terlalu jauh?" Ucapnya.
Aku hanya menyelingkan tawa kecil, "Sudahlah, aku tidak keberatan kok..."
P'Dee melirikku tajam sambil tertawa meledek, "Kau pria bodoh!" Ucapnya. P'Dee tiba-tiba menelusupkan jari-jari tangannya ke sela-sela jariku, dan menggenggam tanganku dengan erat, serta mengayunkannya perlahan.
Aku sedikit terkejut dengan tindakannya tersebut. Tidak biasanya, P'Dee berinisiatif lebih dulu untuk melakukan hal-hal seperti ini padaku. Saat itu, aku hanya bisa menatapnya lekat keheranan, "P'Dee... kau menggandeng tanganku.." Ucapku terkagum-kagum.
"Itu bukan hal hebat," Ujarnya ringan.
Aku kemudian mengeratkan genggaman tanganku juga padanya. "You're so cute, P'." Kataku berbisik di telinganya.
P'Dee menatapku, dengan semburat rona merah di kedua pipi putihnya."What are you talking about?"
"Maksudku, saat kau menggandeng tanganku seperti ini, kau terlihat sangat menggemaskan."
"Hmh! Kau tidak masuk akal, Pitcher!" Dengusnya.
Aku tersenyum lembut, "Ketika aku sedang bersamamu, aku memang tidak pernah masuk akal, P'Dee."
"Sudahlah, hentikan rayuanmu." Katanya. Aku pun hanya terkekeh pelan.
Setelah berjalan beberapa menit, kami pun akhirnya sampai di depan Dorm milik P'Dee. Ketika kami sampai disana, kami pun akhirnya melepaskan tangan kami yang dari tadi masih mengait, sambil kompak menyelingkan senyum malu-malu.
"Euh, aku tidak menyuruhmu masuk, ya!" Kata P'Dee kemudian sambil menyeringai kecil.
"Au, jahat sekali. Aku masih harus berjalan 15 menit untuk sampai ke Dormku, P'. Setidaknya biarkan aku masuk sebentar dan beri aku minum,"
"Au, aku kan tidak minta kau mengantarku. Sudah sana pulang. Aku mau istirahat."
"P'Dee, tunggu," Aku menahan tangannya. P'Dee menatapku sambil menaikkan alisnya bingung.
"Apalagi?"
Aku menyeringai, "Kau melupakan sesuatu, P'Dee."
"Melupakan? Melupakan apa?"
"Ciuman perpisahan?" Jawabku.
P'Dee terdiam sambil memberiku glaring death nya, "Mau ku tendang?"
Aku menggelengkan kepalaku cepat, "Aku mau bibirmu."
"PITCHER!!!" P'Dee membentak dengan wajahnya yang sekarang sudah sangat memerah. "Ugghh!! Kau benar-benar tidak bisa di percaya! Pulanglah!" P'Dee mendorong tubuhku sedikit, lalu kemudian masuk ke dalam Dormnya dan menutup pintunya rapat, meninggalkanku yang sedang berdiri menahan tawa.
Sangat menyenangkan rasanya menggoda P'Dee. Karena wajahnya itu justru terlihat lebih menggemaskan jika sedang marah seperti itu. Yah, walaupun sangat susah untuk membuatnya menjadi orang yang romantis, tapi aku tau kalau dia sangat mencintaiku. Sama seperti aku yang juga mencintainya.

KAMU SEDANG MEMBACA
NO REGRET, JUST LOVE
FanfictionAgain. Sotus fanfiction. Want to know? Just read it! Happy reading.... ^^