Chapter 21

2.5K 265 41
                                    

#AUTHOR

Prem dan Knott sedang duduk berdua di kamar apartemennya, sambil menghabiskan makan malam mereka. Tidak ada percakapan serius di antara mereka, namun Knott bisa melihat perubah sikap Prem semenjak pulang dari rumah sakit tadi. Prem lebih banyak diam, melamun, dan kadang tidak fokus mendengarkan apa yang sedang Knott bicarakan kepadanya.

Kali ini Knott benar-benar tau, bahwa dia hanya memiliki raga Prem, tapi tidak dengan hatinya. Dia tau persis, hati itu masih menjadi milik orang lain. Orang yang sama, dengan orang yang membuatnya jatuh cinta setahun lalu. Orang yang selalu memiliki hati dan cinta Prem sejak awal. Mau bagaimana pun dia berusaha menjauhkan Prem dari orang itu, itu tidak akan berhasil.

Knott tau persis hal itu. Tapi dia tidak bisa melepaskan Prem.

Karena dia sudah berjanji untuk terus menahannya disisinya.

Juga cinta di hatinya, yang tidak dia sadari, yang telah dimiliki sepenuhnya oleh Prem, semakin hari semakin bertambah besar.

"Kau sudah selesai makannya? B-Biar... aku cuci piringnya." Kata Prem.

"Prem tunggu..." Knott menahannya.

"Hm?"

Knott terdiam sebentar sambil menatap sayu pada kekasihnya itu, "Tidak, aku hanya penasaran. Apa saja yang kau bicarakan dengan Wad tadi di rumah sakit?"

Prem diam sejenak, sebelum akhirnya menyelingkan senyum meledek, "Tuan besar, kalau kau begitu penasarannya, kenapa tadi kau tidak mau masuk ke dalam ruangan Wad bersamaku untuk menjenguknya?"

Knott tertawa pasrah, "Sejak 2 tahun lalu, saat dia jadi mahasiswa tahun pertama di bawah bimbingan kita, aku sudah merasa tidak cocok dengan anak keras kepala itu. Sebenarnya kau dan yang lainnya juga begitu. Karena si pemberontak kecil itu benar-benar pembuat masalah! Dan lagipula... kami tidak terlalu dekat. Jadi... aku merasa sedikit tidak nyaman berada di dekatnya."

Prem mengangguk mengerti. "Yah, itu cukup menjawab, kenapa kau terkesan melarangku untuk dekat dengan dia selama ini."

"Jadi? Apa yang kalian bicarakan?" Tanya Knott lagi.

"Tidak banyak. Wad sangat pendiam. Di bandingkan dengan membicarakan sesuatu denganku, dia hanya diam sepanjang waktu, sambil terkadang tersenyum sambil menatap aneh padaku. Tapi anehnya... sikapnya yang seperti itu malah membuatku lebih nyaman. Ya, semacam itulah." Kata Prem sambil menaikkan bahunya.

"Itu saja?"

Prem mengangguk pasti.

Knott tersenyum. "Anak itu memang tidak pernah berubah." Knott bangkit dari kursinya dan berjalan mendekat pada Prem. "Hari ini, biar aku yang cuci piring." Knott mengambil piring kotor yang ada di tangan Prem, dan sejurus kemudian melayangkan ciuman yang cukup panjang di kening Prem. Setelah melepas ciuman itu, Knott tersenyum ke arah Prem yang sudah tersipu malu, dan segera berlalu menuju ke dapur.

--00--

#ARTHIT

"Hahhh~~~" Kongpob menghela nafasnya sambil merebahkan dirinya di sebelahku. Aku menatap wajahnya. Kongpob sedang tersenyum berseri. Dia menatap ke langit-langit kamar sambil sesekali terkikik geli.

"Ada apa? Kau kelihatannya senang sekali Kong?" Tanyaku.

Kongpob memandangku, sambil kemudian meletakkan dagunya di atas pahaku. "Aku sangat senang P'Arthit." Ucapnya berseri-seri. Wajah Kongpob saat ini benar-benar menggemaskan. Seperti anak kecil yang baru saja mendapat mainan robot-robotan baru.

Aku tertawa pelan, sambil menutup buku yang sedang ku baca. Aku membuka kaca mata bulatku untuk bisa menatapnya lebih leluasa.

"Katakan, apa yang membuatmu senang? Hm?" Aku mengacak rambutnya dengan gemas.

NO REGRET, JUST LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang