5 months later...
#KONGPOB
Aku keluar dari kamar mandi malam itu, dan menemukan P'Arthit masih asik membaca bukunya di tempat tidur. Aku tersenyum sendiri melihat P'Arthit masih fokus dan nampak tidak terganggu dengan kehadiranku. Aku kemudian naik ke atas ranjang dan duduk di sampingnya sambil mengeringkan rambutku yang masih basah dengan handuk. Aku terus memperhatikan P'Arthit untuk mencoba menarik perhatiannya. Tapi fokusnya sama sekali tidak goyah. Dia masih asik membaca buku di tangannya tanpa menoleh kepadaku sama sekali.
"Ohooo.. kau sudah lengket dengan buku itu berjam-jam, P', bagaimana dengan nasibku?" Ujarku pura-pura merajuk.
P'Arthit akhirnya memandangku di balik kacamata beningnya sambil menghembuskan nafas dengan jengah, "Kenapa kau terus merengek seperti bayi, Kongpob? Apa sekarang kau sedang cemburu pada bukuku?" Katanya.
"Iya..." Ujarku sambil mempoutkan bibirku.
P'Arthit menghela nafasnya. Dia kemudian bangun dan merubah posisinya menjadi duduk. Dia menutup bukunya serta melepaskan kacamatanya dan meletakkannya di meja sambil kemudian memandangku dengan teduh danmengacak rambutku gemas.
"Jangan memasang wajah begitu saat kau ada di depanku! Kau tau aku selalu kalah padamu jika kau sudah berwajah seperti itu!" Dengus P'Arthit sambil menjambak rambutku.
Aku memandangnya sambil tertawa, "Aku melakukannya karena aku tau itu selalu berhasil."
"Kau menyebalkan, Kongpob!"
Aku mengulurkan tangan kiriku ke belakang tubuh P'Arthit dan merengkuh pinggangnya serta menariknya untuk lebih mendekat padaku. P'Arthit tetap memasang wajah sebalnya, namun juga tidak memberontak dan menolak perlakuanku.
"Hey Kongpob..."
"Hm?"
"Bagaimana keadaan Na? Dia baik-baik saja kan?"
"Pitcher? Memangnya ada apa?"
"Tidak, hanya saja, dia semakin jarang menghubungiku. Biasanya kan dia selalu merengek, memintaku untuk menemaninya kemana-mana,"
"Ya, dan itu membuatku kesal!" Dengusku.
"Aku tau! Tapi bukan itu masalahnya! Akhir-akhir ini dia nampak berubah. Beberapa kali, aku sempat meneleponnya tapi dia tidak mengangkatnya. Dia baik-baik saja kan?"
"Itu bagus P'Arthit! Jadi dia tidak lagi bisa mengacaukan kencan kita!"
"Kongpob! Aku hanya khawatir padanya, itu saja."
"Kau tidak akan percaya dengan apa yang ku katakan, P'Arthit," Kataku sambil menyeringai.
P'Arthit menautkan alisnya, "Apa maksudmu? Tidak percaya apa?"
"Dia sedang gencar mendekati seseorang, P'Arthit."
"Apa??? Benarkah?? Wah, itu berita bagus. Siapa orangnya? Apa aku mengenalnya??"
Aku tertawa kecil, "Emm.. Dee."
"Apa? Dee? Hey, yang benar saja! Jangan bercanda denganku! Bukankah kau pernah mengatakan bahwa Dee menaruh perasaan pada Maprang?"
"Hmh... itu sudah lama sekali P'Arthit. Sekarang Dee dan Maprang hanya berakhir sebagai teman. Lagipula, sebenarnya aku juga tidak tau pasti, apakah Pitcher dan Dee saling menyukai atau tidak, tapi beberapa bulan ini, mereka selalu terlihat bersama, ya walaupun masih sering terlihat seperti pasangan konyol yang sedang berada dalam love-hated relationship, kau tau? Pitcher yang suka menggoda, dan Dee yang malu-malu dan selalu menendang Pitcher menjauh darinya. Tapi... entahlah. Kadang aku merasa bahwa Dee sangat peduli pada Pitcher melebihi siapapun."

KAMU SEDANG MEMBACA
NO REGRET, JUST LOVE
FanficAgain. Sotus fanfiction. Want to know? Just read it! Happy reading.... ^^