#AUTHOR
"Wad.." Kongpob muncul dari balik pintu, dan membuat Wad dan Prem yang berada disana menoleh ke arahnya.
"Au, Kong, kau sudah datang?" Kata Wad. Kongpob tersenyum kecil.
"Sawadee khrub, P'Prem..."
"Sawadee, Kongpob. Mau menjemput Wad ya?"
"Iya P'... Wad, kau sudah siap?"
"Emm..." Wad menjawabnya sedikit ragu sambil memandang ke arah Prem yang tersenyum sendu. "Tentu," Lanjutnya kemudian.
Kongpob tertawa pelan melihat kedua orang itu, "Actually, we still have a little bit time. You can talk with P'Prem, if you want, Wad. I'll be waiting you outside." Kata Kongpob.
Wad mengangguk sambil tersenyum lebar. Temannya yang satu itu memang sudah tidak perlu di ragukan lagi instingnya. Wad kadang curiga, Kongpob adalah keturunan paranormal. Dia selalu bisa membaca situasi yang ada di sekitarnya.
Setelah kepergian Kongpob, akhirnya Wad dan Prem tinggal berdua lagi disana.
Wad masih duduk di tepi ranjangnya sambil memandang ke arah Prem yang masih sibuk membantunya memasukkan beberapa barang miliknya ke dalam Tas. Wajah Prem sedikit sendu, seperti orang yang sedang sedih. Wad tidak tau apa yang terjadi. Tapi sepertinya, Prem sedang memikirkan sesuatu.
Wad masih memandang Prem dalam diam, hingga akhirnya Prem balik menatapnya. Dia tersenyum, lalu menghampiri Wad dan duduk disebelah Wad. Prem hanya diam, menunduk sambil menggerak-gerakkan kakinya yang menggantung.
"P' are you okay? What's going on?" Tanya Wad. Prem menggeleng pelan. "Aku tau kau sedang memikirkan sesuatu. What happened?" Tanya Wad lagi. Prem mengangkat kepalanya dan tersenyum manis.
"Aku tau aku gila karena aku mengatakan ini padamu. But Wad, I think I'm gonna miss you..." Ujarnya lirih.
Wad terpaku mendengar jawaban Prem. Hatinya membuncah seketika. Secara logika, Prem yang dulu tidak akan pernah mengatakan hal-hal seperti itu padanya. Tapi Prem yang sekarang, nampaknya lebih jujur terhadap perasaannya sendiri. Dan karena itu, untuk pertama kalinya Wad merasa, bahwa keputusan Prem untuk melakukan operasi itu, adalah keputusan yang tepat.
"P'Prem.. aku..." Wad tidak bisa berkata-kata. Prem tiba-tiba melepaskan jaket di tubuhnya dan memakaikannya ke tubuh Wad.
"P'... apa ini?"
"Jaket itu untukmu, Wad."
"U-Untukku?"
Prem mengangguk. "Anggap saja sebagai kenang-kenangan dariku."
Wad tersenyum tersipu. "Terimakasih banyak P'Prem." Ujar Wad yang diikuti dengan anggukan dari Prem.
"Aku senang bertemu denganmu, Wad. Aku tidak tau kenapa, tapi... yang jelas, aku merasakan suatu koneksi denganmu. Aku selalu nyaman ketika berada di dekatmu. Seakan kita memang sudah saling mengenal lama. Dan untuk ke depannya, aku harap kita bisa tetap seperti ini dan jadi teman baik, Wad."
Wad tersenyum kecil. Dia masih sangat asing dengan kata 'teman baik' yang di lontarkan oleh Prem, tapi itu masih jauh lebih baik daripada dia harus mendengar kata kebencian dari orang yang paling dia cintai itu.
"Terimakasih sudah mau datang, P'. Aku senang... P'Prem masih mau menemuiku."
Prem tersenyum dengan rona merah di wajahnya, "Sama-sama. Aku hanya khawatir pada keadaanmu, Wad."
"Aku tau. Aku sudah tidak apa-apa P'. Emm... ngomong-ngomong... P'Knott, tidak marah kalau P'Prem kesini? Maksudku..."
"Tidak mudah memang untuk membujuk Knott. Tapi dia orang yang baik, Wad. Dia selalu mengabulkan permintaanku, apapun itu. Termasuk untuk menemuimu."
![](https://img.wattpad.com/cover/104241866-288-k786866.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NO REGRET, JUST LOVE
FanficAgain. Sotus fanfiction. Want to know? Just read it! Happy reading.... ^^