#AUTHOR
"Knott..."
Knott menoleh ke belakang, ketika Bright dan Toota kompak memanggilnya. Dia memandang kedua temannya yang sedang menatapnya dengan iba itu, sambil menyunggingkan senyum kecil di bibirnya.
"Aku sudah bilang kan, aku tidak perlu rasa kasihan dari siapapun. I'm okay." Kata Knott meyakinkan. "Aku mau ke toilet sebentar." Knott kemudian langsung berjalan cepat meninggalkan mereka, dan menuju ke toilet.
Bright, Toota dan Tiw hanya melihatnya menjauh dengan perasaan cemas dan khawatir.
"Kau tidak mengikutinya?" Tanya Bright pada Tiw.
Tiw tersenyum pelan, menundukkan kepalanya, lalu mulai menggeleng pelan. "Aku rasa, sekarang P'Knott butuh waktu sendirian, P'Bright."
Bright mengangguk setuju. Mungkin sekarang, memang ada baiknya membiarkan Knott sendirian dulu untuk menenangkan dirinya.
"Lalu... apa benar kau dan Knott adalah kekasih sekarang?"
Tiw terdiam sebentar sambil mengerjapkan matanya beberapa kali. Dia tidak tau harus berbicara apa pada Bright. Seingatnya, 'menjadi sepasang kekasih' tidak ada di dalam rencananya dan Knott. Dia disini hanya karena dia ingin menemani Knott untuk menemui Prem. Tapi ternyata, semuanya malah menjadi lebih jauh dari itu.
"Kau tidak bisa menjawabnya?" Bright masih menuntut jawaban dari Tiw yang masih tenggelam dalam lamunannya sendiri. Tiw hanya bisa menunduk pasrah, karena memang dia tidak punya jawaban atas pertanyaan Bright. Bright kemudian mengangguk lagi.
"Kalau begitu, kejadian tadi pasti terjadi dengan tiba-tiba. Dia pasti tidak ingin kita semua, terutama Prem jadi khawatir padanya." Toota menyimpulkan.
Ketiganya kemudian terdiam, membuktikan bahwa apa yang Toota sampaikan itu benar.
Sedangkan Knott, sesampainya dia di toilet, Knott langsung menuju ke wastafel. Saat ini perasaannya benar-benar sangat campur aduk. Sedih, hancur, tapi di lain sisi juga senang, karena bisa melihat Prem bahagia dengan orang yang dicintainya. Knott menatap tajam refleksi dirinya di cermin. Meneriakkan berkali-kali di hatinya, bahwa dia bisa melalui ini.
Namun rasa sesaknya masih terasa sangat menyiksa. Tenggorokannya terasa tersekat, dan dia merasa air matanya akan segera turun. Tapi sebelum itu terjadi, Knott langsung membasuh wajahnya dengan air berkali-kali untuk menutupi tangisnya, serta untuk menyegarkan pikirannya. Dia berusaha menekan perasaan egoisnya. Dia berusaha untuk mengontrol emosinya. Karena dia sangat meyakini apa yang dia lakukan ini adalah hal yang benar.
Rambut bagian depannya mulai basah karena air. Dia menarik rambutnya ke belakang, dan kemudian menatap lagi bayangannya di cermin, dengan tangannya yang mencengkram tepi wastafel dengan erat. Knott menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya keras. Knott mulai melemaskan otot-otot wajahnya, mencoba untuk kembali tersenyum senatural mungkin. Karena dia tidak mungkin menemui teman-temannya dengan keadaannya yang berantakan. Dia harus meyakinkan semua orang bahwa dia baik-baik saja.
Ya, dia baik-baik saja.
Knott menyisir rambutnya ke belakang dengan jarinya sekali lagi dan menepukkan kedua telapak tangannya ke pipinya. Dengan sekali tarikan nafas, Knott berkata, "I'm okay!"sambil kemudian berjalan keluar dari toilet.
Knott berjalan kembali menuju ke arah teman-temannya dengan senyum lebar di wajahnya yang masih terkesan di paksakan. Knott kemudian duduk di samping Bright, mengulatkan badannya, seakan tidak terjadi apa-apa.
"Uugghhh.. perjalanan kami kesini sangat melelahkan, kau tau? Kami bahkan belum sempat pulang ke rumah. Sekarang aku sangat lelah dan mengantuk," Kata Knott.

KAMU SEDANG MEMBACA
NO REGRET, JUST LOVE
Fiksi PenggemarAgain. Sotus fanfiction. Want to know? Just read it! Happy reading.... ^^