Aku menghela nafas lega saat berada di bandara Soekarno Hatta. Aku mengedarkan pandangan keseluruh bandara ini. Aku tersenyum miris saat melihat keluarga yang menyambut anggota keluarga mereka di sana. Sebenarnya aku mengharapkan dia seperti mereka yaitu menyambutku dengan penuh suka cita serta pelukan hangat yang kuterima, namun aku tahu itu semua mustahil untuk terwujud.
Oke lebih baik sekarang aku mencari taksi dan dengan segera bertemu dengan dia di sana. Aku tertawa kecil saat membayangkan dia menyambutku di sana padahal dia adalah alasan utama mengapa aku pergi dan meninggalkan tempat kelahiranku.
Tak usah menunggu lama, akhirnya aku menemukan taksi yang kosong . Saat ini aku hanya memandangi tetes air hujan yang membasahi kaca taksi yang kunaiki. Aku tersenyum kecil saat mengingat dua hari yang lalu saat aku terserang flu dan benar saja kerjaanku hanya bergelung di selimut.
Setelah beberapa menit akhirnya aku sampai di depan rumah itu. "Pak terima kasih. kembaliannya ambil aja." Ujarku sambil menyerahkan beberapa lembar uang pada sopir taksi itu.
Aku melangkahkan kakiku menuju rumah itu. Ada perasaan gugup yang menyelimutiku. Aku menghela nafas panjang saat aku mulai membuka pintu rumah itu.
Keadaan rumah ini seperti terakhir kali yang kulihat. semuanya nampak sama bahkan suasananya pun begitu. Tapi pandanganku terhenti saat melihat seorang cowok yang tengah asyik menonton tv di sofa. Dia belum menyadari keadaanku atau mungkin saja dia berpura-pura tidak menyadari keberadaanku.
Saat aku ingin bersuara tiba-tiba saja dia berdiri dan aku merasakan mata elangnya menatapku dengan tajam. Aku hanya diam menunduk saat tatapan matanya sangat intens.
"Kamar lu di lantai 2." Ujarnya dingin.
Aku pun hanya mengangguk dan dengan segera aku berjalan menuju kamarku. "Inget status lu di sini!" Ujarnya saat aku menaiku anak tangga yang ketiga. Responku pun tetap mengangguk tanpa menatapnya karena aku masih takut untuk melihat matanya bahkan lidahku tiba-tiba saja kelu tidak bisa bicara. Efek yang diberikan olehnya sangat luar biasa.
Saat ini aku hanya termenung dengan apa yang akan kulakukan dengan hari berikutnya. Besok adalah MOS pertamaku. Untungnya kali ini pemerintah melarang penyalagunahan MOS untuk menunjukkan senioritas yang ada di suatu lembaga sekolah. Mungkin dengan kebijakan ini banyak terjadi Pro dan Kontra dalam pandangan masyarakat karena sebagian dari mereka mungkin tradisi MOS yang sering dikaitkan dengan aksi pembullyan itu harus dihapuskan karena akan membentuk mental yang tidak baik bagi para penerus bangsa, tetapi sebagian lainnya menganggap tradisi MOS itu perlu dalam pembentukan karakter yang baik karena dengan adanya kegiatan itu dapat meningkatkan kedisplinan dan lebih dapat menghargai orang lain bukan seperti saat ini seolah-olah mereka bertindak seenaknya karena tradisi dalam MOS ditiadakan.
"Etdah kenapa aku malah mikirin hal itu yah." Ujarku baru tersadar karena sedari tadi aku hanya memikirkan pro dan kontra dalam sistem MOS kali ini.
"Auk ah gelap. mendingan juga aku tidur besok MOS pertama."
***
"Kak aku berangkat dulu Assalamuallaikum." Pamitku saat melihat dia kakakku sedang duduk manis di meja makan.
"Hm." Jawabnya bahkan dia tidak membalas salamku. Aku hanya tersenyum kecut. Akhirnya aku putuskan untuk pergi saja dan menghiraukan sarapan yang tersedia di meja makan karena di luar skenario ternyata aku telat bangun dan akibatnya yah begini.
Setelah menempuh waktu beberapa menit akhirnya aku pun sampai di sekolahku. Untung saja sopir pribadiku melajukan mobilnya dengan cepat sehingga aku tidak sampai telat untuk hari pertama MOS. Saat ini aku berjalan menuju aula karena saat ini jadwalnya adalah sosialisasi yang dilakukan di aula. Bisa ku tebak isi sosialisasi itu hanyalah ceramah para guru yang terlihat membosankan untuk para siswa, jadi tak heran sebagian dari mereka menghiraukannya seperti yang kulakukan saat ini. Padahal acaranya baru berjalan beberapa menit tetapi aku malah terhanyut dalam novel yang ku baca di aplikasi wattpad.
"Ehem!"
"Ehem!"
Siapa sih ganggu aja padahal kan aku masih asyik baca novel. Yaudah deh anggap angin saja.
"Ehem!"
Nih orang ganggu saja. Aku pun memutuskan untuk menoleh dan benar saja saat ini ada seorang cowok yang menatapku dengan tajam. Dari penampilannya dapat kusimpulkan bahwa dia adalah anggota Osis dan kemungkinan besar aku tertangkap basah karena aku bermain hp saat acara sosialisasi berlangsung. Aku pun hanya bisa menunduk untuk menghindari tatapan tajamnya.
"Sepertinya kamu bukan tipe siswi yang suka melanggar peraturan dan sepertinya saat ini kamu bosan mendengarkan ceramah kan." Ujarnya tiba-tiba dan itu membuatku menoleh.
"Mungkin dengan alasan itu juga saya tidak bisa menghukummu tapi gantinya saya akan mengawasimu selama sosialisasi berlangsung, jadi saya harap kamu fokus melihat ke depan dan anggap saja saya tidak ada. Beres kan." Ujarnya lagi dan entah mengapa aku menurutinya. Mungkn aku merasa malas saja berurusan dengan hal begituan jadinya yah ambil jalam aman sajalah.
Akhirnya setelah 3 jam berada di aula kita para siswa siswi baru pun terbebas dari ruangan itu. Aku pun merasa lega karena terbebas dari pengawasan anggota OSIS itu, padahal dia sendiri yang berkata menganggap dirinya tidak ada tetapi tetap saja aku merasa ada atmosfer yang tidak enak. Aku melangkahkan kakiku mengikuti salah satu anggota OSIS yang menjadi pembimbing kelompokku untuk berkeliling melihat lebih jauh sekolahku.
"Retha." Aku merasa namaku disebut. Aku pun celingak-celinguk mencari sumber suara itu.
"Heh lu Retha kan? Aretha Nathania Reinaldy." Ujar seseorang yang saat ini berada di hadapanku.
Aku mengernyitkan dahiku berusaha mengingat wajah gadis hadapanku. "Iya gue Retha. Sorry sebelumnya apa kita pernah bertemu?" Tanyaku untuk memastikan.
"Wah lu beneran Retha temen SD gue." Ujarnya kesenangan dan dia pun memelukku dengan sangat erat.
Aku pun semakin bingung apalagi tadi dia mengatakan bahwa dia adalah teman SD ku.
"Gue Fay. Ervina Fayola Arsanti temen sebangku lu pas SD."
####

KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Bad Boy#Wattys2018
Teen Fiction"Mulai hari ini lu harus jadi pacar gue dan jangan sekali-kali ngebantah gue!" - Air Nakhla Rahaja "Hidup gue berubah sejak hari itu." - Aretha Nathania Reinaldy "Apa gue harus ikhlasin dia?" - Afkar Reymon Fidelyo ---------------------- Bagaimana j...