BAB 11

5.8K 227 0
                                    

Hari minggu yang cerah tidak membuat moodku berubah. Aku masih bergelung di dalam selimutku. Mataku terasa berat, mungkin saja efek nangis semalaman. Mungkin kalian bertanya-tanya mengapa aku bisa nangis semalaman.

Karena kejadian itulah aku seperti ini. Aku masih bingung dengan apa yang akan kulakukan. Aku tak tahu akar dari masalah ini tetapi mengapa mereka malah melibatkanku. 

Line

Aku segera meraih hp ku saat mendengar notif line. Siapa tahu ada pesan yang membuat moodku berubah.

Afkar Reymon Fidelyo

Ret lu ada acara gak?

Aretha Nathania Reinaldy

Gk emangnya napa?

Afkar Reymon Reinaldy

Temenin gue jogging kuy

Aku tersenyum samar saat mengetahui Kak Afkar mengajakku untuk jogging. Siapa tahu saja dengan begitu moodku kembali baik lagi. Aku mengganti posisiku menjadi duduk. Dengan semangat aku membalas pesan dari Kak Afkar.

Aretha Nathania Reinaldy

Ok kak mumpung lagi gabut di rumah

Afkar Reymon Fidelyo

Gue udah ada luar

Oh ya satu lagi menangis tidak akan bisa menyelesaikan masalah yang perlu kau lakukan hanyalah tunjukkan pada dunia bahwa kau bisa.

Aku terdiam seketika saat mendengar pesan terakhir dari Kak Afkar. Kok dia bisa bijak kayak gini bahkan aku gak nyangka kata-kata yang dia kirimkan begitu pas dengan suasana hatiku saat ini.  Aku segera bersiap-siap tanpa membalas pesan terakhir dari Kak Afkar.

15 menit kemudian aku telah siap dan ternyata memang benar Kak Afkar sudah menungguku di sana. Dia duduk di teras rumahku. Aku tersenyum entah apa yang membuatku tersenyum. Aku juga bersyukur karena Kak Antha masih tidur nyenyak, jadi untuk saat ini posisiku aman.

Aku perlahan mendekatinya. Aku berniat untuk mengagetkannya lagi karena ekspresi kagetnya itu membuatnya lucu. Perlahan-lahan aku mendekatinya dan.

"Rencana lu gak bakal berhasil kali Ret." Dia membalikkan badannya yang membuatku hampir saja terjungkal ke depan untung saja dia memegang lenganku agar tidak jatuh.

"Makanya jadi orang tuh jangan usil kan lu dapet karma tuh." Ujarnya sadis yang membuatku memayunkan bibirku dan memberi jarak terhadapnya.

"Yaelah gitu aja ngambek. Yaudah yuk kita jogging ae." Ajaknya. Aku pun mengikutinya.

Kami hanya jogging di sekitar kompleks saja. Aku mengatur nafasku saat kita sampai di lapangan basket. Aku memutuskan duduk di tempat duduk yang ada di pinggir lapangan basket. Aku merutuki diriku yang tidak membawa air atau semacamnya.

"Nih minum." Kak Afkar menyodorkan sebuah air padaku.

Aku menerimanya dan tak lupa mengucapkan terima kasih padanya. Aku meneguknya hingga tinggal setengah. Ternyata aku haus juga yah. Bagaimana tidak haus jika sedari tadi kami jogging mengelilingi kompleks bahkan kita tidak istirahat.

Aku menoleh pada Kak Afkar yang memperhatikan orang-orang yang sedang bermain basket di sana. Aku baru menyadari bahwa Kak Afkar keren juga jika diperhatikan dalam jarak seperti ini ditambah lagi dia baru saja berolahraga dan itu membuatnya lebih keren. Aku tersenyum kecil saat melihat dia tertawa kecil. Enyah apa yang dia tertawakan yang jelas dan tak tahu mengapa aku menyukai pemandangan saat ini.

Aku mengalihkan pandanganku padanya. Kini aku juga ikut menatap anak-anak yang bermain basket di sana. "Lu tau gak Ret waktu kita jogging tadi banyak yang merhatiin lu." Ujarnya tiba-tiba yang membuatku menoleh padanya.

Aku mengernyitkan dahi. "Mungkin mereka terpesona sama aura lu itu atau mungkin juga mereka terpesona sama muka lu itu." 

Aku tertawa kecil. "Yaelah kak pagi-pagi gini lu udah nge gombal. Lagian nih tampangku tuh biasa aja kali atau jika benar mereka memperhatikanku mungkin saja mereka bingung dengan kehadiranku di kompleks ini. Kan aku termasuk orang baru di sini dan selama aku tinggal di sini aku jarang sekali bersosialisasi."

"Ck serah lu dah tapi gue cuma bilang fakta aja." Kak Afkar bangkit dari duduknya kemudian dia berjalan menuju segerombolan pemuda yang sedang membawa alat musik itu. Aku melihatnya dia berbica dengan salah satu dari mereka. Setelah itu dia kembali ke sini dengan membawa gitar.

Baru saja aku ingin bertanya padanya mengapa dia membawa gitar tiba-tiba saja dia memetikkan gitar itu dan menyanyikan sebuah lagu.

We could make this moment last forever

Laying with you, laying with you 

You spend it round and round just like a record

I don't wanna move, I don't wanna move

I say you're perfect, you start blushing

Got all we need and so much more

Could take on the world or just do nothing 

 All I know is

 Baby, even when you wake up

 Laying with no make up

 You're Beautiful, beautiful

 I know you think I'm crazy

 For loving all your features

 Even in your t-shirt

 You look like, you look like

 You look like a model

 Mo-o-o-o-o-odel Mo-o-o-o-o-odel

 You look like, you look like a model 

(Model - Before Your Exit)

Aku bertepuk tangan saat lagu yang dinyanyikan Kak Afkar telah selesai. "Suara lu bagus banget Kak." Pujiku.

"Kayaknya lagu iru dari hati deh." Ujar seseorang yang berada di hadapan kita.

"Makasih yah bro." Kak Afkar menyerahkan gitar itu. Ternyata cowok itu cowok yang tadi memijamkannya gitar.

"Yoi bro santai aja. Btw itu cewek lu?" Dia melirikku.

Kak Afkar melirikku sebentar setelah itu beralih pada temannya itu. "Udah jadi mantan gebetan gue."

"Yaelah bahasa lu. Bilah aja tuh cewek nolak lu atau jangan-jangan lu kena tikung." Ujar cowok itu lagi sambil melirikku. Kak Afkar tertawa saat mendengar ucapan dari temannya itu.

"Bisa ae lu. Eh gue duluan yah mau nganterin dia dulu." Aku pun bangkit dari dudukku saat kita hendak pergi dari tempat itu.

"Yaudah yuk Ret." Ajaknya aku pun mengikuti langkahnya. Sebelum itu aku sempat pamit pada teman Kak Afkar tadi.

"Gimana perasaan lu sekarang udah baikan?" Tanyanya tiba-tiba.

Aku menoleh padanya. Senyuman kecil terukir di bibirku. "Makasih yah kak" Ujarku tulus.

Dia membalas senyumanku. "Ternyata lu di sini Aretha Nathania Reinaldy."

####

Tbc

My Perfect Bad Boy#Wattys2018 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang