BAB 5

7.3K 273 1
                                    

Aku dengan segera membalikkan badan saat mendengar suara yang sangat ku kenal. Aku melihat dia di sana dengan tatapan yang menusuk. "Dari mana lu?" Tanyanya dengan nada dingin.

"Nggg... itu kak dari sekolahan." Ujarku sambil melihat ke lantai karena aku terlalu takut untuk menatapnya.

"Lu gak punya sopan santun amat kalau jawab tuh natap orang yang nanya!" Teriaknya yang membuatku mundur satu langkah.

Aku menuruti perkataannya. Kini aku menatapnya walaupun takut. "Sekarang gue tanya sekali lagi tadi lu bareng siapa?!" 

"Tadi aku bareng kak Afkar. Dia kakak kelasku kak." Jawabku takut-takut.

"Siapa yang nyuruh lu bareng dia!" 

Aku menunduk lagi saat mendengar teriakannya. Aku terlalu takut bahkan air mataku sudah mulai terkumpul. "Maaf kak."

Aku merasakan ada suara kaki melangkah mendekat ke arahku yang kuyakini langkah kaki milik kakakku. Dia memegang kedua bahuku dengan sangat erat hingga aku merasa nyeri akan hal itu. "Denger sekali lagi gue lihat lu bareng tuh cowok gue jamin lu bakal ngerasain kejadian 3 tahun yang lalu!" Ancamnya dan aku hanya bisa mengangguk pasrah.

Tubuhku lemas saat mendengar dia mengungkit kejadian tiga tahun yang lalu. Dia melepaskan kedua bahuku lalu dia berjalan masuk menuju kamarnya sementara itu tubuhku luruh jatuh ke lantai. Tangis yang kupendam pun akhirnya pecah juga.

Aku menelungkupkan wajahku diantara kedua kakiku. Aku menangis dalam diam. Sungguh aku tak menyangka akan terjadi kejadian seperti ini, aku tak tahu mengapa dia semakin membenciku padahal aku telah pergi dalam hidupnya selama 3 tahun tetapi dia belum juga berubah. Dia tetap membeciku.

Jujur saja aku tak tahan dengan keadaan ini apalagi saat ini aku merasa sendirian tak ada satu orang pun yang mengerti keadaanku . Ingin sekali aku meninggalkan rumah ini tetapi aku sudah terlanjur janji dengan mereka yang telah merawatku selama ini. Aku juga tidak tega meninggalkan Kak Antha sendirian di rumah ini. Bagaimana pun caranya aku harus menghancurkan tembok penghalang itu agar aku bisa masuk ke kehidupan kak Antha.

Aku harus membuatnya tidak membenciku. Aku tak akan menyerah sampai di sini, aku harus terus berjuang demi orang yang kusayangi termasuk Kak Antha walaupun dia belum bisa menerimaku dalam kehidupannya.

Setelah aku merasa mulai tenang aku segera menghapus sisa-sisa air mataku kemudian aku berusaha berdiri. Aku pun mulai berjalan menuju kamarku. Aku langsung merebahkan tubuhku pada kasur empuk di kamarku. Aku berguling-guling lalu setelah aku puas melakukan kegiatan itu. Aku pun menegcek notif di hp ku.

Tak ada yang spesial hanya notif oa yang membuatku langsung mematikan hpku. Selama beberapa menit aku hanya menatap kosong langit kamarku hingga tanpa sengaja aku pun terlelap dalam dunia mimpiku.

***

"Eh Ret ntar ikut gue yuk ke kelas XII Ipa 2" Ujar Fay sambil menyenggol bahuku.

"Emangnya ngapain lu ke sana?" Tanyaku dengan pandangan yang tertuju pada papan karena saat ini masih berlangsung pelajaran sejarah.

"Gue mau ngasih formulir pendaftaran extrakulikuler dance." Jawab Fay.

"Oalah ok deh."

Akhirnya setelah bel istarahat berbunyi kami pun berjalan menuju koridor kelas dua belas yang berada di lantai tiga. Selama perjalanan Fay sangat bersemangat menceritakan ekskul yang dia pilih dan jangan lupa dia dia berkata dengan dramatisirnya. Aku pun hanya mengiyakan saja setiap ucapannya.

My Perfect Bad Boy#Wattys2018 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang