BAB 10

5.9K 237 0
                                    

Terdengar  lagu bad things mengalun di kamarku yang membuatku menoleh pada hpku yang berada di meja belajar. Aku mengerutkan keningku saat melihat nomor yang tidak ku kenal.

"Ha-"

"Sekarang cepetan lu keluar gue ada di luar!"

"Hah?"

"Cepetan gue males nunggu!"  

Aku mengernyitkan kening saat mendengar perintah dari penelfon itu. Apa mungkin itu Kak Ar yah. Kan kemaren dia bilang bakal antar jemput aku setiap hari. Entahlah mendingan aku ke luar aja untuk memastikan.

Saat melewati meja makan ternyata di sana tidak ada Kak Antha. Untunglah dia tidak ada, jadi posisiku saat ini aman untuk sementara. Entah sampai kapan aku menyembunyikan itu. Aku yakin cepat atau lambat Kak Antha akan mengetahuinya. Dan jika itu terjadi aku yakin dia pasti akan marah besar padaku, mungkin nanti aku harus menyiapkan mentalku untuk itu.

Ternyata benar di sana aku melihat seorang cowok sedang menyandarkan punggungnya ke sepeda motornya yang kuyakini adalah Kak Ar. Aku berjalan menghampirinya.

"Kak Ar." Dia menoleh padaku.

Dia menyodorkan helm padaku. "Udah lu buruan naik."

Aku segera naik ke boncengannya dan tanpa aba-aba dia melajukan sepeda motornya dengan sangat cepat yang membutku refleks memeluknya dari belakang. Selama perjalanan bibirku berkomar-kamit membaca doa agar aku sampai di sekolah dengan selamat dan yang jelas masih dengan keadaan yang utuh.

"Kayaknya lu betah amat meluk gue." Ujarnya tiba-tiba yang membuatku membuka mata.

Ternyata kita sampai di parkiran sekolah dan tentu saja diiringi dengan tatapan penasaran dari siswa siswi lainnya. Aku segera turun dari sepedo motornku diikuti dengan Kak Ar. "Makasih kak, saya-"

"Gue anter lu ke kelas." Dia menggenggam tanganku dan berjalan menuju kelasku.

Aku tak mampu berkata lagi. Selama perjalanan yang kuperhatikan hanyalah tanganku yang berada di genggamannya. Saat kita sampai di kelas dia membisikkan suatu yang membuatku diam membeku. Saraf serta darahku seakan berhenti saat mendengar kalimat itu.

"Ret lu gak apa-apa kan?" Fay menghapiriku yang masih saja terdiam di luar kelas.

Aku hanya mengangguk setelah itu aku langsung saja berjalan menuju tempat dudukku. Aku mengambil hp serta earphoneku. Aku menelungkupkan kepalaku sambil mendengar lagu yang ku putar saat ini.

Jujur saja aku sangat kaget dengan semua fakta ini bahkan aku bingung harus bagaimana. Di lain sisi aku merasa takut dan di lain sisi aku juga merasa sedih. Apa mungkin ini berhubungan dengan kejadian kemarin dan hal ini adalah hal yang direncanakannya. Apa posisiku disini hanyalah menjadi umpan.

"Ret lu kenapa sih?" Tanya Fay yang saat ini sudah duduk di sebelahku.

Walaupun aku sedang memakai earphone, tapi aku masih dapat mendengarnya. Aku menegakkan badanku. Aku menatap serius temanku ini. "Ret lu tau apa aja tentang kak Ar?" 

Nampak Fay mengerutkan keningnya. "Kayaknya lu ada sesuatu sampai-sampai nanyain Kak Ar ke gue. Tenang aja lu nanya ke orang yang tepat." 

Aku terus menatapnya dan dia mengerti aku hanya ingin mendengarkan informasi yang dia punya. "Yang gue tau Kak Ar itu anak dari seorang CEO di salah satu perusahaan terkenal di negara ini dan orangtuanya adalah donatur paling berjasa di sekolah ini, makanya banyak anak-anak yang segan padanya. Dia terkenal dengan sifat bad boy nya dan satu lagi dia termasuk cowok yang cueknya minta ampun terutama sama cewek. Hanya Kak Afkar dan Kak Adry yang dekat dengannya. Dia juga termasuk anak yang brutal apalagi kalau ada yang cari masalah dengannya, jangan harap bisa lolos dengan mudah. Terus katanya juga dia tuh orang yang ambisius banget. Pokoknya sesuatu yang dia incer harus dia dapatkan. Itu aja sih info yang gue tahu tentang Kak Ar." 

Aku hanya bisa menghela nafas panjang. Mungkin info itu berguna tapi aku tak mendapatkan infiormasi yang ingin kudapatkan. Gak ada cara lain selain aku menanyakannya secara langsung. Aku harus mempersiapkan mentalku dengan sebaik mungkin.

***

Aku berjalan mondar-mandir di kamarku. Memikirkan sesuatu yang terus bergentayangan di pikiranku sejak tadi. Bahkan aku mengabaikan tugas sosiologi yang ingin ku kerjakan tapi entahlah aku tidak mood untuk mengerjakannya.

Sikap Ar tadi sewaktu mengantarkanku pulang masih saja sama seperti kemarin bahkan dia tidak membahas perihal sesuatu yang dia bisikkan padaku tadi pagi. Dan aku merasa sangat bingung harus bagaimana.

Tanpa terasa ternyata kakiku melangkah menuju kamar seseorang. Sejenak aku menatap pintu di depanku. Berulang kali aku menghela nafas untuk menormalkan detak jantungku yang berdegub sangat kencang. Aku merasa akan ada sesuatu yang sebantar lagi akan terjadi. Mungkin sebentar lagi aku akan membangunkan singa. Akhirnya aku pun mengetuk pintu di depanku.

Tak ada jawaban dan aku meutuskan untuk masuk saja, mungkin saja Kak Antha sedang tidur. Tetapi ternyata dugaanku salah. Saat ini Kak Antha sedang duduk santai di sofa yang terdapat di kamarnya itu. Dia menyadari kedatanganku. Dia menatapku dengan senyuman licik yang terukir di bibirnya.

"Lu pasti udah tau kan?" Tanyanya dingin dan aku langsung mentapnya.

"Iya gue cuma jadiin lu umpan gue. Gue ingin bermain sedikit dengan musuh gue. Kayaknya menarik deh." Kini dia berjalan mendekatiku.

Entah mengapa aku melangkah mundur saat dia mulai mendekatiku. Dia menatapku bingung tapi masih dengan senyum liciknya. "Lah napa lu mundur gitu bukannya lu kangen sama gue? Kakak lu yang lu rindukan. Lagipula kita kan udah gak ketemu selama 3 tahun."

Aku terus melangkah mundur hingga tubuhku membentur tembok di belakangku dan dia masih saja berjalan mendekatiku. Aku semakin takut dengan keadaan saat ini. Tangannya bergerak menyentuh wajahku. Aku merasa air mataku sebentar lagi akan keluar.

"Gue punya penawaran bagus." Ujarnya sambil menatapku dingin.

"Gue mau lu jalananin rencana ini dan imbalannya gue bakal senang hati menganggap lu adek gue. Kita bakal jadi kakak adek pada umumnya. Gimana?"

####

My Perfect Bad Boy#Wattys2018 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang