Aku tercengang saat melihat pemandangan di hadapanku saat ini. Langkah kakiku terhenti begitu saja. Aku mengucek-ngucek mataku untuk memastikan jika pemandangan yang ada di hadapanku ini benar adanya.
"Kok Kak Ar ada di sini?" Tanyaku yang membuat dua orang di sana langsung menoleh padaku.
Aku berjalan menghampiri mereka dan segera mengambil tempat duduk yang bertepatan berada di tengah-tengah mereka. Aku bergantian menatap mereka dengan bingung.
"Cepetan lu abisin sarapan lu itu terus kita berangkat bareng." Ujar Kak Ar sambil menatapku.
Aku pun hanya mengangguk lalu mengambil dua iris roti dangan jangan lupa aku mengolesinya dengan selai coklat kesenanganku. Aku memakan rotiku itu dengan nikmat berusaha mengabaikan tatapan dingin yang dilemparkan pada dua orang itu.
Mereka menatap satu sama lain dengan tak kalah dingin dan tajamnya sementara aku yang berada di tengah-tengah mereka hanya diam sebagai penonton saja. Setelah roti yang tadi kumakan telah habis aku pun mengambil susu yang berada di sampingku dan dengan segera meminumnya hingga habis.
"Yaudah yuk Kak. Gue udah selesai." Aku bangkit dari dudukku.
"Kak Antha aku berangkat sekolah dulu yah." Pamitku tak lupa pada kakakku satu ini.
Dia belum mengalihkan tatapannya pada Kak Ar. "Hm." Hanya itulah yang kudengar dari mulutnya.
Aku pun melangkah dengan segera keluar dari rumah. Suasana di sana semakin memanas mendingan aku menunggu di luar saja.
"Nih pake." Kak Ar menyodorkanku helm.
Aku tak tahu sejak kapan dia berada di sini. Aku pun menerimanya dan dengan segera memakainya. Dia juga menyuruhku untuk naik ke boncengannya. Aku pun mengikuti semua perintahnya itu termasuk memeluk dirinya saat sepeda motor melaju dengan cepat memelah kepadatan ibu kota.
Setelah menempuh perjalanan beberapa menit akhirnya kita sampai juga di sekolah dan tentunya saat kita berada di lingkungan sekolah banyak yang menatap kami seolah=olah kita ini adalah artis.
Kak Ar mengantarku hingga ke depan kelas dan selama perjalanan yang kulihat banyak tatapan memuja dari siswi-siswi yang berlalu lalang dan tentunya tatapan itu ditujukan untuk Kak Ar. Aku menghela nafas berat mencoba untuk beradaptasi dengan keadaan yang seperti ini.
Saat aku hendak memasuki kelas tiba-tiba Kak Ar mencekal pergelangan tanganku yang membuatku otomatis menatapnya. "Ntar istirahat ke markas ada yang perlu gue bicarain sama lu." Bisiknya.
Aku pun hanya mengangguk paham. Dia berjalan mendekatiku dan tanpa kuduga sebelumnya dia mencium keningku setelah itu dia pergi begitu saja. Aku hanya diam mematung terlalu kaget dengan apa yang terjadi beberapa detik yang lalu.
Spontan aku meraba keningku. "Ehem ehem cieee yang pagi-pagi udah mesra-mesraan sama pacar nih." Sindir Fay yang tiba-tiba berada di sampingku.
Dengan refleks aku langsung menoleh padanya. Aku menarik tangannya untuk masuk ke dalam kelas. Aku merasakan pipiku memanas karena dapat dipastikan kejadian tadi menjadi tontonan gratis murid lainnya.
Aku menelungkupkan kepalaku. Aku tak habis pikir dengan kejadian tadi. "Udah kagak usah malu gitu. Nikmati aja masa pacaran lu itu." Ujar Fay.
Aku pun mendongak untuk menatapnya. "Tapi gue bingung harus gimana. Lu tau sendiri kan ini pertama kalinya gue pacaran." Ujarku lemas.
Fay tersenyum padaku lalu dia menepuk pundakku. "Sans ajalah Ret. Gue yakin Kak Ar cowok baik-baik kok jadi dia gak mungkin ngelakuin hal yang ngak-ngak sama lu."
Aku menyipitkan mataku saat mendengar penuturannya itu. "Baik-baik gimana kanlu tau sendiri dia kan termasuk jajaran bad boy di sekolah ini."
Aku melihat Fay menepuk keningnya lalu dia cengengesan. "Hehehehehe gue lupa Ret kalau Kak Ar itu bad boy hihihi."
"Eh gue liat tadi Kak Ar tadi ngebisikin lu yah. bisikin apa? jangan-jangan dia nge gombal gitu yeh. cieee Retha yang pagi-pagi udah dapet gombalan dari cogan nihh gue jadi ngiti dah." Goda Fay dan jangan lupa dia memasang tampang nyebelinnya itu.
"Apaan sih lu Fay. gombal dari hongkong, tadi dia cuma ngajak ketemuan di rooftop." Ujarku mengklarifikasi.
"Yeh kan bisa tau aja dia ngajak lu ketemuan gitu biar makan romantis kek dulu tuh." Ujar Fay masih aja betah menggodaku.
"Tau ah gelap Fay." Ujarku pada akhirnya malas untuk meladeninya.
"Gelap darimananya coba perasaan terang deh." Sahutnya dengan memasang tampang sok polosnya.
"Eh katanya lu mau nyontek tugas sosiologi gue jadi gak nih liat noh bentar lagi masuk loh." Ujarku mengalihkan pembicaraan.
Fay menepuk keningnya. "Eh iya gue lupa tau. Gue minjem dong Ret." Dan tanpa persetujuanku dahulu dia langsung mengobrak-abrik tasku mencari buku sosiologiku itu.
Aku hanya menggeleng lucu melihat tingkah absurd temanku satu ini. Lalu kini perhatianku teralihkan pada hp yang genggam saat ini.
Aku segera membuka aplikasi kesukaanku hihihi. Yah tentu itu si negeri orange yang tak lain dan tak bukan pacar terbaikku si wattpad itu loh hihihi.
Aku pun tenggelam dalam cerita yang kubaca di aplikasi itu mengabaikan segala keramaian di kelasku gara-gara sibuk dengan tugas sosiologi itu.
####
Tbc
Sorry telat up
Part selanjutnya ada yang seru loh
Jangan bosen baca ceritaku yeh dan jangan lupa tinggalkan jejak vote and comment kawan
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Bad Boy#Wattys2018
Teen Fiction"Mulai hari ini lu harus jadi pacar gue dan jangan sekali-kali ngebantah gue!" - Air Nakhla Rahaja "Hidup gue berubah sejak hari itu." - Aretha Nathania Reinaldy "Apa gue harus ikhlasin dia?" - Afkar Reymon Fidelyo ---------------------- Bagaimana j...