BAB 18

4.3K 191 0
                                    

Fay menyenggol bahuku. Membuatku menghentikan aktivitas menulisku. "Kenapa?" Tanyaku saat melihat raut khawatir darinya.

"Noh si Kak Ar udah nunggu lu tuh." Ujar Fay yang membuatku melirik ke arah pintu.

Bukan cuma Kak Ar di sana tetapi juga ada Kak Afkar dan Kak Adry. Aku melirik jam tanganku. "Perasaan bel pulang 5 menit lagi dah. Tapi mereka udah stand by aja di pintu." Gumamku.

"Mati dah gue." Cibir Fay yang membuatku menoleh padanya.

"Kok lu yang kayaknya gelisah gitu. Emangnya ada apaan?" Tanyaku bingung melihat temanku satu ini.

Fay tidak mendengar pertanyaanku itu. Sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu. "Fay lu kagak kenapa-napa kan?" Aku memegang lengannya itu.

Dia menoleh padaku. Dia tersenyum tetapi kali ini aku melihat senyumannya itu sangat dipaksakan. "Gue gak apa-apa kok. Mendingan kita lanjut nyatet aja." Dia kembali menyibukkan dirinya dengan melanjutkan catatannya yang sempat tertunda.

Akhirnya bel pulang sekolah berbunyi. Aku segera memasukkan bukuku ke dalam tas. Aku menghela nafas berat karena sebentar lagi aku harus menghadapi perang dunia ketiga. Aku cuma bisa berharap semua yang kutakutkan tidak terjadi.

Aku dan Fay berjalan keluar kelas dan saat kita berada di ambang pintu benar saja ketiga cowok itu menghadang kami. Lebih tepatnya Kak Ar yang tiba-tiba saja menarikku ke sampingnya sementara itu aku melihat Fay menundukkan kepalanya.

Aku jadi bingung kenapa sikap dia berubah begitu kan biasanya dia yang paling heboh tuh.

"Lu gak lupa kan sama acara kita?" Tanya Kak Ar dengan senyum evilnya itu.

Aku hanya mengangguk lemas. "Eh Fay gue pinjem teman lu ini yeh. Eh lu gak mau ngulang masa lalu mumpung orangnya ada di sini tuh." Sindir Kak Ar entah kepada siapa.

"Masa lalu biarlah masa lalu jangan kau ungkit jangan kau ingatkan aku masa lalu." Kak Afkar malah bernyanyi.

Aku hanya diam bingung dengan apa yang sedang mereka bicarakan sementara itu Kak Ar dan Kak Afkar tertawa. "Ad lu kagak ada niatan clbk gitu?" Tanya Kak Afkar pada Kak Adry yang sedari tadi hanya diam.

Kok aku baru nyadar biasanya kan Kak Adry yang katanya paling cerewet gak bisa diem ,lah ini kok diem mulu. "Sariawan lu Ad. Kalian kagak ada niatan clbk gitu?" Timpal Kak Ar.

"Bacot!" Ujar Kak Adr dan Fay secara bersamaan.

"Ehem ehem cieee yang barengan." Kak Afkar makin jadi menggoda mereka.

Sepertinya otaku mulai connect nih. Jadi sedari tadi mereka nyindir Kak Adry dan Fay eh tunggu emangnya mereka ada hubungan apa. "Lah emangnya Kak Adry ada hubungan apa sama Fay?" Tanyaku pada akhirnya.

Mereka semua menatapku dengan tatapan yang berbeda. Fay menatapku dengan gelisah. "Eh Ret gue duluan yah." Dia pergi begitu saja dengan terburu-buru.

Aku hanya menatap bingung punggungnya itu yang semakin lama semakin menjauh. "Mendingan lu tanya aja sendiri sama temen lu itu." Ujar Kak Ar yang melihat raut kebingungan dariku.

"Gue duluan. Gua ada acara sama pacar gue." Pamit Kak Ar pada kedua sohibnya itu.

"Cielah Ar gaya lu mentang-mentang udah kagak jomblo." Sahut Kak Adry.

"Sirik ae lu. sono ajak si masa lalu lu itu." Seketika Kak Adry langsung bungkam saat mendengar ucapan Kak Ar.

"Makanya jangan sia-sia in kesempatan kedua." Sindir Kak Afkar sambil merangkul bahu sohibnya itu.

Kak Adry melepaskan rangkulan Kak Afkar. "Bacot lu pada."

Kak Afkar dan Kak Ar hanya terkekeh saat melihat reaksi sohibnya itu. "Hati-hati yah Ret. Lu tenang aja pacar lu itu udah jinak kok." Kini Kak Afkar beralih menatapku.

Sebelum aku membalas ucapan Kak Afkar eh Kak Ar malah berjalan menjauh dari mereka dan menuju parkiran. Padahal tadi aku ingin menanyakan maksud dari ucapan Kak Afkar waktu itu.

***

Aku turun dari sepeda motor Kak Ar dengan hati-hati. Sejenak aku memandangi keadaan rumahku. Aku masih berharap kalau Kak Antha masih belum pulang, tetapi sekita harapanku sirna saat melihat sepeda motor milik Kak Antha yang terpakir dengan rapi di halaman.

Aku menghela nafas berat. "Kenapa lu kok tegang gitu?" Aku melirik Kak Ar sekilas.

Dalam hati aku merutuki pertanyaan yang dilontarkannya. Bagaimana aku tidak tegang kalau sebentar lagi akan terjadi perang dunia ketiga.

"Yaudah yuk." Dia menarik tanganku untuk masuk ke dalam rumah.

Aku jadi bingung sebenarnya siapa yang jadi tuan rumah kok malah dia yang menarik tanganku secara paksa untuk masuk ke dalam rumahku. Aku hanya mengikuti langkahnya dan saat kita sampai di ruang tamu aku hanya melihat pembantuku yang sedang beres-beres.

"Eh non Retha udah pulang. Den Antha dari tadi udah pulang sekarang dia ada di kamarnya." Seolah mengerti tatapanku pembantuku itu memberitahu posisi Kak Antha saat ini.

Aku bisa bernafas sedikit lega. Paling tidak saat ini Kak Antha ada di kamarnya. "Gue ambil novelnya di kamar yah kak." Saat aku hendak menaiki tangga tiba-tiba saja tanganku di pegang oleh Kak Antha.

Aku menatpnya bingung. "Gue ikut ke kamar lu." 

Aku membelakkan mataku saat mendengar ucapannya itu. Wajar lah aku begitu kan sebelumnya tidak ada cowok yang ke kamarku kecuali Kak Antha. 

"Tenang aja gue gak bakal ngapa-ngapain lu." Ujarnya saat mengetahui arti dari tatapanku itu.

Aku pun hanya mengangguk. Kami pun berjalan menuju kamarku yang terletak di lantai dua. Saat kita telah sampai aku melihat Kak Antha sedang bersandar di pintu kamarku. Tatatapan tajamnya mengujam cowok yang berada di sampingku.

Alarm di kepalaku berbunyi menandakan akan ada sesuatu yang tidak kuinginkan akan terjadi. Aku jadi takut dengan segala kemungkinan yang dapat terjadi.

####

Tbc

My Perfect Bad Boy#Wattys2018 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang