BAB 23

4K 171 0
                                    

"Ret lu mau ke kantin gak?" Tanya Fay padaku.

Aku meliriknya sekilas. "Lo lupa kalau gue ada janji."

Fay hanya cengengesan. "Oh iya gue lupa. ciee yang mau ketemuan sama pangeran berkuda putihnya nih." Goda Fay.

"Apaan dah lu Fay. udahlah gue duluan yeh bye." Pamitku setelah itu aku pergi meninggalkan kelas.

"Tiati Ret inget jangan macem-macem ini masih di lingkungan sekolah loh." Teriaknya yang masih kudengar.

Aku hanya menggeleng lucu saat melihat tingkah temanku satu ini. Aku pun memutuskan melangkah menuju rooftop yang artinya aku harus melewati koridor kelas 12. Entah mengapa aku merasa takut mungkin saja karena koridor tersebut berisikan kakak kelasku yang paling berkuasa namanya juga tingkatan paling akhir.

Apalagi dengan statusku saat ini pasti banyak yang mengenaliku atau bahkan di sini aku sudah mempunyai haters gitu. Kan tahu sendiri bagaimana posisi Kak Ar yang menjadi most wanted di sekolah ini pasti semuanya pada kagak suka jika pujaan hatinya akhirnya berpacaran dengan cewek biasa sepertiku.

Saat aku mulai menaiki tangga yang menuju pada koridor kelas 12 banyak pasang mata yang menatapku. Aku jadi ngeri sendiri deh. 

Aku hanya bisa menunduk dan saat aku berjalan di koridor itu tiba-tiba ada sepasang sepatu yang menghalangi jalanku yang otomatis membuatku menghentikan langkah kakiku ini.

Aku pun mendongak untuk melihat siapa yang menghalangi jalanku itu. Aku mengernyitkan dahiku saat melihat seorang cewek yang kini menatapku tajam. 

"Mau kemana adek manis?" Tanyanya dengan nada sinis dan tatapan tajamnya itu tetap menghujam padaku.

Aku memundurkan langkahku tetapi tiba-tiba saja aku menabrak seseorang di belakangku. "Maaf kak gak sengaja." Ujarku meminta maaf pada orang yang tak sengaja kutabrak tadi.

Orang itu tidak menanggapi ucapanku itu malahan dia menatapku tajam. "Wah songong nih anak Nda nginjak kaki gue kagak sadar posisi amat dah." Ujar cewek itu. Ternyata mereka berteman tah.

Cewek yang menghalangi langkah kakiku tadi mulai melangkah maju mendekatiku. Dia masih menatapku dengan tatapan tajamnya itu. "Lu tau gak lu nyari masalah banget dah. Lu sadar gak sih kali lu tuh masih anak bau kencur tapi-"

"Bubar semua!" Teriak seseorang yang membuatku tersentak.

Dan sekaang aku sudah mendapati Kak Afkar dan Kak Adry yang masing-masing ada di samping kiri dan kananku. "Eh si ayang Blinda." Ujar Kak Adry sambil menatap genit cewek itu.

Cewek yang dipanggil Blinda itu hanya bergidik ngeri. "Apaan dah lu Ad jijik gue dengernya."

Kak Adry menghampiri cewek itu lalu merangkul bahunya. "Gak usah jijik gitu sama gue ayang Blinda." Godanya.

Si Blinda itu menepis kasar tangan Kak Adry lalu dia memasang tampang juteknya. "Apaan dah lu najis gue."

Kak Adry memasang tampang sok terlukanya saat melihat reaksi cewek yang digodanya itu. "Lu jahat banget dah yang gue kan sayang banget sama lu."

Tanpa sadar aku terkekeh geli saat mendengar ucapan Kak Adry itu bahkan ternyata di sampingku Kak Afkar sudah tertawa keras sambil memegangi perutnya itu. 

"Gue doain yeh kalian langgeng." Timpal Kak Afkar setelah tawanya itu reda.

Kini dia beralih menatpu. "Yaudah yuk Ret gue anterin lu kan lu punya janji sama seseorang." Ujar Kak Afkar sambil menaikkan sebelah alisnya.

Aku hanya mengangguk patuh lalu aku pun mengikuti langkahnya itu. "Hei lu mau kemana?!" Teriak Blinda. Dia berusaha menghalangiku pergi tetapi untung Kak Adry bisa mencegatnya.

"Ayang mau kemana sih sini temenin gue aja dah. Afkar mendingan lu pergi aja bawa kanjeng ratu pada baginda raja. Tenang aja dua cewek ini gue yang tanangi dah." Ujar Kak Adry sambil tersenyum lebar.

Kak Afkar hanya mengancungkan jempol padanya lalu dia pun melanjutkan langkahnya itu. Otomatis aku pun mengikuti langkahnya itu.

"Kalau jalan tuh jangan nunduk kan seharusnya lu tunjukin sama mereka kalau lu gak lemah seperti yang mereka pikirkan selama ini." Ujar Kak Afkar tiba-tiba yang membuatku menoleh padanya.

"Tapi kalau gue kagak nunduk ntar gue disangka songong lagi sama kakak kelas apalagi posisi gue kan sebagai adek kelas." Jawabku memberi tanggapan terhadap ucapannya tadi.

"Yaelah pendapat kek gitu tuh cuma bagi orang yang gila hormat lagian jarak umur kita kan gak terlalu jauh. Lu tau kan derajat kita sama di mata tuhan." Ujarnya lagi yang membuatku mengangguk setuju tentang pendapatnya itu.

"Dan satu lain kali kalau lu mau ke markas mendingan lu lewat tangga satunya yang lebih sepi atau lu minta temenin gue atau gak si Adry." Ujarnya lagi yang mebuatku bingung.

"Kok Kak Afkar dan Kak Adry kayaknya sukarela gitu nemenin gue?" Tanyaku penasaran.

"Pertanyaan bodoh tuh. Mana mungkin gue biarin si kanjeng ratu terluka bisa habis kita dihaja sama baginda raja." Jawabnya sambil tersenyum geli padaku.

"Baginda raja?" Gimamku.

"Iya si baginda raja alias pacar lu atau lebih tepatnya si Ar noh dan pastinya kanjeng ratu tuh lu." Jelasnya ternyata dia mendengar gumamanku tadi.

Aku hanya mengangguk paham. "Noh si baginda raja sudah menunggu di kursi keagungannya." Ujar Kak Afkar sambil menunjuk Kak Ar yang sedang duduk  di sofa.

"Ar cewek lu nih udah gue anterin sampe selamat kagak ada yang lecet kok." Ujar Kak Afkar sesekali dia melirikku.

Kak Ar berdiri lalu menatap kami tetapi menurutku tatapannya itu lebih terarah padaku. "Thanks yeh Kar." Ujar Kak Ar berterimakasih pada sohibnya itu.

"Yoi gue cabut dulu yeh. Inget jangan ngelakuin hal-hal yang aneh." Ujar Kak Afkar sambil tersenyum geli.

"Tenang ae lah gue gak bakal macem-macem." Jawab Kak Ar sambil tersenyum meyakinkan yang ditunjukkan pada sohibnya itu 

####

Tbc

Bentar lagi satu persta masalah baru bakal dateng nih. Tetep tungguin ceritaku yeh jangan pernah bosen bosen

Jangan lupa tinggalkan jejak vote and comment yah kawan

Thanks



My Perfect Bad Boy#Wattys2018 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang