Saat ini aku tengah mengerjakan tugas sejarah yang diberikan oleh Bu Nila. Tugas sejarah yang membuat anak sekelas pada puyeng yah termasuk aku.
"Besok lu bareng gue berangkat sekolah." Tiba-tiba saja Kak Antha sudah berada di kamarku.
Dia merebahkan tubuhnya pada kasurku. "Serius tadi kakak ngajak berangkat bareng?" Tanyaku untuk memastikan apakah aku tidak salah dengar.
"Hm."
Aku berjalan menghampirinya. Aku duduk dekatnya. "Tapi besok kita berangkat lebih pagi." Ujarnya lagi saat aku ingin membuka mulut untuk bertanya secara lanjut.
"Iya kak. Emangnya ada apa?" Tanyaku akhirnya karena aku terlalu penasaran kenapa tiba-tiba Kak Antha mengajakku berangkat bareng.
"Bacot lu. Lu ikutin aja ucapan gue dan gak usah banyak nanya!" Ujarnya. Tatapan matanya mengarah pada langit-langit kamarku.
"Terus ngapain lu masih aja liatin gue. Mendingan lu terusin aja pekerjaan lu itu." Ujarnya lagi saat dia mengetahui aku masih saja fokus menatapnya.
Aku pun memutuskan untuk fokus mengerjakan tugas sejarahku yang tadi sempat tertunda. Saat aku menegrjakan tugas, aku mendengar Kak Atha sedang bermain gitar. Dan dapat dipastikan gitar itu diambilnya dari kamarku.
Mungkin tanpa sadar dia telah memainkan gitar itu dan aku tahu lagu yang sedang dia mainkan dan tanpa sadar aku bergumam mengikuti nada dari lagu itu. Hingga akhirnya bukan hanya suara gitar yang kudengar.
I won't let these little things slip out of my mouth
But if I do, it's you, oh it's you, they add up to
I'm in love with you and all these little thingsYou can't go to bed without a cup of tea
Maybe that's the reason that you talk in your sleep
And all those conversations are the secrets that I keep
Though it makes no sense to meI know you've never loved the sound of your voice on tape
You never want to know how much you weigh
You still have to squeeze into your jeans
But you're perfect to meI won't let these little things slip out of my mouth
But if it's true, it's you, it's you, they add up to
I'm in love with you and all these little thingsYou never love yourself half as much as I love you
You'll never treat yourself right darling but I want you to
If I let you know, I'm here for you
Maybe you'll love yourself like I love you ohI've just let these little things slip out of my mouth
Because it's you, oh it's you, it's you they add up to
And I'm in love with you (all these little things)
I won't let these little things slip out of my mouth
But if it's true, it's you, it's you they add up to
I'm in love with you, and all your little things(Little things - One Direction)
Aku memejamkan mataku menikmati tiap lirik lagu itu hingga selesai. Entah mengapa perasaanku menjadi tenang apalagi Kak Antha yang menyanyikannya. Tak pernah kuduga sebelumnya bahwa kita bisa sedekat ini walaupun tak saling bicara, tapi entah mengapa lagu itu yang menjadi jembatan penghubung antara kita.
Aku mendengar suara kaki menjauh lebih tepatnya berjalan menuju pintu kamarku. Aku pun membalikkan badan. "Suara kakak bagus." Pujiku.
Langkah kaki Kak Antha terhenti saat mendengar suaraku tadi, Tetapi dia melanjutkan langkahnya tanpa mengatakan satu kata pun padaku. Aku hanya bisa menghela nafas panjang, ya paling tidak hubunganku dengan Kak Antha mulai ada perkembangan yah walaupun itu hanya sepersekian persen.
***
"Lu udah selesai kan?" Tanya Kak Antha. Saat ini kita tengah berada di meja makan.
"Iya kak udah kok." Jawabku setelah meminum air putih yang telah tersedia.
"Yaudah kita berangkat sekarang." Ujarnya lagi setelah itu dia beranjak dari duduknya.
Aku pun mengikutinya. Dia mengeluarkan mobil hitamnya yang jarang sekali kulihat. "Ayo buruan!" Perintahnya yang membuatku tersadar dari acara melamunku.
Karena aku takut membuatnya marah lagi akhirnya aku segera masuk ke mobilnya itu. Saat ini dia tengah fokus menyetir sementara aku sendiri fokus memperhatikannya yang sedang menyetir.
Aku baru nyadar ternyata kakakku yang satu ini keren juga. Yah walaupun penampilannya khas seperti bad boy tetapi menurutku itu yang membuatnya tambah keren. Mungkin saja kalau dia bukan kakakku aku sudah jatuh cinta padanya. Eh aku mikir apaan sih.
"Ngapain lu ngeliatin gue?" Tanyanya tiba-tiba yang membuatku salting.
Aku merutuki perbuatanku tadi. " Nggg... kakak kok tumben bawa mobil, kan biasanya kakak bawa sepeda motor?" Tanyaku berusaha mencari topik pembicaraan sekaligus mengalihkan perbuatanku tadi.
"Terserah gue lah. Lagian gue gak sudi sepeda motor kesayangan gue diduduki sama lu!" Ujarnya sarkastis yang langsung membuatku terdiam.
Akhirnya selama perjalanan menuju sekolah hanya hening yang menghiasi. Aku sendiri ingin mengajaknya bicara, tetapi karena perkataannya tadi aku tahu dia tidak ngin diajak bicara olehku.
"oh udah sampai." Ujarnya. Dia pun keluar dari mobil.
Aku mengernyitkan dahiku karena penasaran mengapa Kak Antha malah keluar dari mobil. Apa mungkin dia ada urusan di sekolahku dan mungkin saja itu alasaan mengapa dia tiba-tiba mengajakku untuk berangkat bareng.
Karena aku tak mau berpendapat sendiri akhirnya aku pun memutuskan untuk turun dari mobil. Aku melihat Kak Antha dengan santainya menyandarkan punggungnya pada mobil tetapi aku melihat tatapan matanya menelusuri sekolahku.
"Oh yah kak, Aku masuk dulu." Pamitku. Aku berjalan menuju sekolahku.
Baru saja aku sampai di gerbang eh ternyata aku melihat ketiga kakak kelasku sedang nongkrong di sana. Aku dapat mengenali salah satu mereka yang kuyakini adalah kakak Osis itu alias Kak Afkar.
Aku melihat tatapannya lurus tapi anehnya ada sorot lain dari matanya begitu pun dengan kedua temannya itu. Aku mengedikkan bahuku tak ingin terlalu penasaran karena itu bukan urusanku. Aku pun melanjutkan langkah kakiku menuju kelasku yang dipastikan masih sepi.
####
Typo bertebangan
jangan lupa vote and comment
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Bad Boy#Wattys2018
Teen Fiction"Mulai hari ini lu harus jadi pacar gue dan jangan sekali-kali ngebantah gue!" - Air Nakhla Rahaja "Hidup gue berubah sejak hari itu." - Aretha Nathania Reinaldy "Apa gue harus ikhlasin dia?" - Afkar Reymon Fidelyo ---------------------- Bagaimana j...