"Hey ngelamun mulu lu." Ujar seseorang mengagetkanku.
Dia duduk di sampingku. Saat ini kita berada di taman rumah sakit. "Nih buat lu." Ujarnya sambil menyodorkan coklat panas padaku.
Aku tersenyum padanya. "Thanks yah kak." Aku pun menerimanya.
Selama beberapa menit kami hanya terdiam dengan pikiran masing-masing. Yang jelas entah mengapa pikiranku saat ini benar-benar blank.
Aku menghela nafas berat. "Dia gak bakal kenapa-napa." Ujar Kak Afkar sambil tersenyum tulus padaku.
"Gue sih pengennya begitu kak tapi kan lu tau sendiri kalau-"
"Aretha gue udah lumayan kenal lama sama kakak lu itu dan gue tau luka tusukan kek gitu baginya kecil lah. Mana mungkin dia mati cuma gara-gara itu." Ujar Kak Afkar memotong ucapanku yang tadi.
Aku menghela nafas berat. "Tapi tetap aja kak gue tuh khawatir apalagi kan gue baru aja balik ke indo." Ujarku.
Dia mengernyitkan dahinya. "Ret emangnya apa alasan lu balik ke sini?" Tanyanya.
Aku menatapnya bingung. Apa mungkin sebaiknya aku memberitahunya tentang alasan kepidahanku ke sini. "Ada alasan yang mungkin untuk saat ini gue gak bisa jelasin." Ujarku akhirnya.
Aku merasa Kak Afkar tersenyum padaku seolah dia memahami kondisiku saat ini. "Btw kakak tau alasan kenapa Kak Antha musuhan sama Kak Ar ? Katanya Kak Antha gue bisa tanyakan soal itu ke Kak Afkar atau Kak Adry." Ujarku sambil menatapnya serius.
Nampaknya kini dia yang menghela nafas berat. "Gue bisa aja ngasih tau ke lu perihal itu tetapi bukan untuk sekarang." Ujarnya yang membuatku bingung.
"Kok gitu? Gue gak ngerti."
"Situasi kek sekarang gak memungkinkan gue ngasih tau lu perihal itu lagipula lu pasti tambah drop waktu dengar penjelasan gue perihal itu." Jawabnya. Sama-samar aku tersenyum senang karena dia pengertian dengan keadaanku saat ini.
"Eh lu kagak pulang bukannya besok masih sekolah atau lu mau bolos yeh." Tuduhnya.
Aku mengerucutkan bibirku saat mendengar tunduhannya itu. "Sembarangan lu! Gue bukan lu yeh yang hobi banget bolos. Gue ini termasuk kategori siswi teladan yeh." Belaku sedikit menyindir cowok di sampingku ini.
Dia terkekeh geli lalu tangannya beralih mengacak-ngacak rambutku. "Lu lucu yeh kalau gini." Ujarnya.
Deg. Lagi-lagi jantungku berdetak dengan cepat dan dengan segera aku mengalihkan tatapanku darinya. Aku bingung sebenarnya dia pakai sihir apaan sih sampai-sampai jantungku berdetak seperti ini.
"Ret kenapa lu tiba-tiba diem begitu biasanya juga langsung ngomel ?" Tanyanya sepertinya mulai menyadari sikapku yang aneh ini.
"Gak apa-apa kok." Ujarku bohong. Ya masa aku harus jujur kalau jantungku berdetak cepat gara-gara sikapnya tadi. Gengsi lah.
"Terus gimana besok kan seragam lu sama buku mapel lu itu ada di rumah."
"Gue udah nyuruh pembantu gue untuk nganterin ke sini jadi sans ajalah semuanya udah beres tuh." Jelasku.
Aku melihatnya hanya mengangguk-angguk saja lalu dia mengambil hpnya yang berada di saku celanya. Aku melihat dia mengernyitkan dahinya lalu jari-jarinya itu mulai mengetik sesuatu di sana.
Setelah itu dia beralih menatapku. "Ret gue cabut dulu ada kepentingan mendadak." Pamitnya.
Aku hanya mengangguk. "Hati-hati yah kak." Ujarku sambil tersenyum manis.
Dia hanya membalas senyumanku lalu dia pun pergi dari tempat ini. Aku melirik jam tanganku. Ternyata sudah semakin larut aku pun memutuskan untuk menemui kakakku saja.
Aku melihat di sana masih ada Kak Allena yang sedang menggenggam tangan Kak Antha. Aku tersenyum samar. Perkiraanku hubungan mereka mungkin saja lebih dari sekedar teman. Aku baru kali ini melihat Kak Antha pedulu sama cewek bahkan dia rela seperti ini.
Kesan pertama saat aku melihat Kak Allena yaitu dia adalah really good girl not fake. Dan kurasa dia punya rasa terhadap kakakku ini, aku bisa mengetahuinya saat melihat pancaran matanya itu. Semoga saja dugaanku benar.
Aku merebahkan badanku pada sofa yang terdapat di sana. Aku memijat kepalaku yang pening karena kejadiaan ini. Perlahan-lahan aku pun memejamkan mataku berusaha untuk terlelap dalam mimpi indahku.
***
Aku mengerjapkan kedua mataku saat merasakan cahaya yang mengusik tidurnya. Aku melirik jam tanganku dan benar saja sudah pagi tetapi aku masih punya cukup waktu untuk ke sekolah.
Aku meregangkan kedua tanganku yang terasa kaku mungkin saja efek tidur di sofa ini. "Lu udah bangun." Ujar seseorang yang membuatku langsung menoleh pada sumber suara itu.
Di sana aku melihat Kak Antha yang sedang menatapku. "Kak Antha udah sadar." Ujarku senang.
Aku langsung menghampirinya. "Kak Antha jangan banyak gerak. Luka kakak belum kering." Ujarku saat dirasa dia ingin duduk.
Dia pun menuruti perkataanku. Lalu tatapannya beralih pada tangan satunya yang sedang digenggam oleh Kak Allena. "Sejak kapan nih cewek ada di sana?" Tanyanya tetapi tatapannya masih tertuju pada Kak Allena.
"Sejak kemarin waktu kakak dibawa ke sini. Kak Allena semalam maksa buat nemenin Kakak di sini." Jawabku apa adanya.
"Nih anak pasti niat bolos." Ujarnya pelan tetapi aku masih dapat mendengarnya.
"Lu sendiri mau ikutan jejak dia bolos." Tudunya padaku.
Aku langsung menggeleng cepat. "Ngak kok kak. Aku mau berangkat sekolah kok lagian buku sama seragamku sudah ada di sini kok." Jelasku.
"Mendingan lu kagak usah dianter pacar lu itu. Lu mesen grab." Ujarnya dan nadanya mulai mendingin apalagi saat dia mengucapkan kata pacar itu.
Aku pun hanya mengangguk patuh saja dah karena aku tidak mau mebuat keributan di pagi ini. "Yaudah Aretha siap-siap dulu yah kak." Ujarku lalu setelah itu aku mengambil seragamku dan berjalan menuju kamar mandi.
####
Tbc
masih ada yang nunggu kelanjutan cerita ini gak
Jangan lupa Vote and comment kawan jangan jadi siders mulu hihihi
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Bad Boy#Wattys2018
Teen Fiction"Mulai hari ini lu harus jadi pacar gue dan jangan sekali-kali ngebantah gue!" - Air Nakhla Rahaja "Hidup gue berubah sejak hari itu." - Aretha Nathania Reinaldy "Apa gue harus ikhlasin dia?" - Afkar Reymon Fidelyo ---------------------- Bagaimana j...