BAB 17

4.6K 180 1
                                    

Aku memundurkan langkahku. Dia masih saja tersenyum evil yang membuatku takut. "Lu gak usah takut gitu. Emangnya salah kalsu gue sebagai pacar lu main ke rumah lu?" Tanyanya masih dengan senyum evil yang terukir di bibirnya itu.

Aku jadi gelagapan saat dia bertanya begitu. Keringat dingin mulai membasahi dahiku, padahal ruangan ini ber AC tapi tetap saja aku merasa gerah di sini mungkin saja karena aura yang tidak mengenakkan yang diciptakan oleh cowok yang berada di hadapanku ini.

"Gue juga mau ketemu kakak ipar gue." Ujarnya kali ini aku merasa ada nada kebencian saat dia mengucapkan kalimat itu.

Dia melirik jam tangannya sekilas lalu kembali menatapku. "Yuk ke kantin. Gue tau lu pasti lapar kan." Ajaknya dan kali ini dia menggenggam pergelangan tanganku.

Saat ini kami bukan hanya jalan beriringan tapi kita berjalan dengan bergandengan tangan. Selama perjalanan menuju kantin yang kulakukan hanya diam menunduk karena aku belum terbiasa dengan keadaan seperti ini dimana semua orang memperhatikan kita.

Saat aku melirik ke arah Kak Ar dia mah cuek saja dengan keadaan di sekitar atau lebih tepatnya dia tidak memperdulikan keadaanku saat ini. Hingga akhirnya kita sampai di kantin. Kita tak butuh waktu lama mengantri untuk memesan makanan karena murid lainnya dengan sukarela memberi akses jalan untuk kita.

Aku saja sempat terpana beberapa detik karena biasanya aku harus rela repot-repot untuk mengantri lah ini kita aja baru sampai di kantin eh sudah dikasih akses duluan. Setelah memesan makanan Kak Ar pun mengajakku entah kemana.

Tadinya aku berpikir kita akan makan di sana ternyata dugaanku salah dia mengajakku entah kemana. Aku mulai menyadari bahwa kita berada di koridor kelas 12 tetapi anehnya mengapa di sini sangat sepi bahkan hampir tidak ada siswa maupun siswi yang berlalu lalang. Lalu kita menaiki tangga yang ternyata adalah akses menuju rooftop sekolah.

Saat pertama aku sampai di sini aku melihat banyak barang di sini bahkan di pojok sana terdapat sofa. Aku mengerutkan keningku bingung. Mengapa banyak barang di sini. 

"Ini markas gue." Ujar Kak Ar menjawab semua pertanyaan yang ada di pikiranku tadi.

Aku hanya mengangguk paham. Lalu aku mengikutinya menuju sofa yang terdapat di pojok itu. Dia menyuruhku untuk duduk di situ.

"Nih lu makan." Dia menyodorkan sebungkus makanan yang dia pesan di kantin tadi.

"Makasih kak." Aku pun membuka bungkusan itu. 

Kita pun mulai memakan makanan kita masing-masing dengan keadaan yang hening. Mungkin saja aku terlalu lapar hingga akhirnya aku menghabiskan nasi goreng itu padahal biasanya aku menyisakannya.

"Ternyata benar dugaan gue kalau lu tuh kelaperan." Ujarnya sambil menatapku geli.

Aku mengerucutkan bibirku saat mendengar kalimat terakhirnya itu. Aku mengedarkan pandanganku pada sekitar rooftop yang sudah di sulap menjadi sebuah markas.

"Biasanya gue dan kedua sohib gue nongkrong di sini." Kak Ar menyanderkan punggungnya pada sandaran sofa sambil memejamkan kedua matanya.

Aku tersenyum kecil lalu aku mengadahkan kepalaku untuk melihat langit biru yang cerah. "Di sini tempat yang bagus kak. Bahkan langit biru nampak bagus dari tempat ini." Ujarku dengan takjub.

"Kalau gitu mulai saat ini lu bebas gunain tempat ini." Aku menatapnya dengan bingung.

Dia menghiraukan tatapanku malahan nih sekarang dia hanya memejamkan kedua matanya. Aku menghela nafas berat. Aku melirik jam tanganku yang masih menunjukkan bahwa masih ada waktu 15 menit lagi untuk bel masuk.

Aku pun menyandarkan punggungnku pada sandaran sofa dan aku pun ikut memejamkan kedua mataku. Menikmati semilir angin pada hari ini.

***

"Ret gue ngantuk." Ujar Fay sambil menguap.

Dia menempelkan pipinya pada mejanya sepertinya dia mulai mengantuk gara-gara mendengar penjelasan dari guru biologi yang saat ini tengah menjelaskan di depan.

"Kenapa sih lintas minat kita harus ada biologi? padahal kan kita anak ips." Gerutunya.

Aku hanya tersenyum kecil saat mendengar gerutuannya itu. "Udah takdir kali Fay terima ajalah."

"Eh ntar lu balik bareng Kak Ar yeh?" Tanyanya mencari topik lain tetapi topik itu malah membuatku kepikiran perihal kejadian di perpustakaan tadi.

"Hey malah bengong lu. Jadi gimana?" Fay membuyarkan lamunanku.

"Iya ntar gue balik bareng dia." Jawabku dengan nada lesu. Entah mengapa badanku langsung lemas saat mengingat bahwa Kak Ar akan mampir ke rumahku.

Aku berharap semoga saja Kak Antha belum pulang sekolah. Jadinya paling tidak aku dapat mencegah perang dunia yang akan terjadi. 

"Kok lu lemas begitu Ret. Ada apa lagi?" Tanya Fay dengan raut khawatir.

Rasanya dia mulai peka deh. Aku membalas tatapan khawatirnya itu dengan senyuman kecil. "Gue gak apa-apa kok. Udah mendingan lu fokus aja ke depan soalnya tuh guru mulai melirik kita deh." 

Aku dan Fay mulai fokus pada penjelasan yang disampaikan oleh guru biologiku. Jujur saja aku tak mengerti dengan penjelasannya itu karena sebagian diriku yang lain memikirkan apa yang akan terjadi nanti. Aku berharap hal yang kutakutkan tidak akan terjadi.

####

Tbc

Kalau ada part yg error atau gk kebaca atau bisa juga cuma setengah comment aja

Thanks

My Perfect Bad Boy#Wattys2018 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang