BAB 2

9.9K 367 0
                                    

"Ret lu kemana aja sih?" Tanya Fay padaku. Saat ini kami berada di kantin sekolah.

Aku tersenyum kecil saat mendengar pertanyaan yang terlontar oleh teman SD ku satu ini. Aku mempertimbangkan apakah aku harus memberitahu dia apa yang telah terjadi selama ini atau. "Gue ikut orangtua gue ke singapura dan sekaligus selama itu gue sekolah di sana." Akhirnya aku putuskan untuk menyembunyikannya,

Fay hanya menganguk-angguk mendengar jawabanku. "Lu tau gak Ret?"

"Ngak lah. Lu kan belum ngasih tau gue Fay." 

"Oh iya yah. Ret lu tau gak semenjak lu kagak ada hampa tau hidup gue." Ujar Fay mendramatisir. Nih anak mulai lagi dah si drama queen.

"Lebay lu Fay. Eh ke sana yuk kayaknya acaranya udah mulai deh." Ajakku sambil menarik tangan Fay menuju gerombolan kelompokku yang sudah mulai berkumpul.

Akhirnya MOS di hari pertama telah usai, tetapi masih ada dua hari lagi. Setelah itu aku telah resmi menjadi siswi SMA Trisakti. Untung saja masih ada Fay teman SD ku yang ku kenal dan aku berharap semoga saja nanti aku ditempatkan satu kelas dengannya. Dan seperti biasa saat ini aku telah berada di dalam kamarku dengan novel yang berada di pangkuanku. Sudah jam segini tapi dia belum pulang juga. Aku tahu dia kakakku mungkin saja sengaja menghindariku seperti yang dia lakukan dulu.

Untuk menghilangkan rasa bosanku, aku memilih untuk berjalan-jalan di sekitar kompleks sekalian melihat perubahan yang terjadi selama aku pergi. Selama berkeliling aku melihat banyak perubahan yang terjadi termasuk taman yang sering kukunjungi yang sekarang telah berubah menjadi taman kanak-kanak. Begitu miris melihat tempat kesukaanku telah tiada , tetapi di satu sisi aku merasa senang karena walaupun begitu paling tidak taman itu masih bermanfaat untuk digunakan sebagai taman kanak-kanak.

Duk 

"Aww!" Seruku saat tiba-tiba saja ada sebuah bola yang menghantam kepalaku.

Aku terduduk sambil memegangi dahiku yang sepertinya mengeluarkan darah. "Eh sorry gue kagak sengaja." Ujar seseorang padaku dan dia pun membantuku berdiri.

"Ngak apa-apa kok." Ujarku tapi aku masih meringis saat merasa nyeri yang timbul begitu saja.

"Ngak apa-apa gimana. Dahi lu aja dari tadi ngeluarin darah." 

"Eh tunggu bukannya lu yang tadi main hp waktu ada sosialisasi di aula." Ujarnya tiba-tiba dan reflek aku langsung melihat wajah cowok itu.

Dan ternyata benar dia cowok yang memergokiku bermain hp sewaktu sosialisasi tadi. Kenapa juga aku harus ketemu nih cowok lagi. Apalagi dialah penyebab dahiku jadi berdarah. "Eh kakak yang tadi yah." Ujarku dan tentunya aku memasang wajah sok polosku.

"Muka lu jangan sok polos gitu kali." Ujarnya yang langsung membuatku cemberut.

"Gak usah monyong-monyong gitu muka lu jadi kayak bebek. Sini gue obatin luka lu." Dia mengajakku ke lapangan basket yang tak jauh dari sini.

Dia mengambil sesuatu dari tas yang dibawa. Kemudian dia mulai mengobatiku dengan telaten bahkan tanpa sadar aku tersenyum saat melihat wajahnya yang sedang serius mengobati lukaku. "Lu jangan senyam-senyum sendiri. Ntar malah lu jadi suka sama gue." Ujarnya tiba-tiba yang langsung membuatku mengalihkan pandangan darinya.

"Udah tuh." Dia menjauhkan badannya dariku saat dia telah selesai mengobati lukaku. Aku baru sadar ternyata sedari tadi jarak antara aku dan dia sangat dekat. 

"Mmmm makasih yah kak." Ujarku tulus.

"Emang seharusnya kan lu bilang begitu. Btw kok gue baru tahu lu tinggal di daerah sini."

Aku menatapnya bingung. "Gue tinggal di daerah sini dan gue baru tahu lu juga tinggal di daerah sini." Seakan mengerti tatapanku dia pun menjelaskan maksud ucapannya tadi.

"Oalah gitu. Gue baru aja pindah di daerah sini makanya lu baru liat gue. Eh iya gue duluan yah ada urusan." Pamit gue tetapi saat gue hendak pergi dari tempat itu dia terlebih dulu menahan pergelangan tanganku.

Aku menatapnya bingung. "Lain kali kalau ngomong sama yang lebih tua itu pakai sebutan kakak. Ngerti kan?" 

Aku pun hanya mengangguk patuh lalu dia melepaskan pergelangan tanganku dan malah dia yang pergi meninggalkanku. Aku mah cuek saja dan langsung saja pulang ke rumah siapa tahu saja dia sudah pulang.

Dan benar saja sewaktu aku telah sampai di rumah aku melihat kakakku yang tengah duduk santai di ruang tamu bahkan dia masih memakai baju seragamnya. Aku bimbang yang mau menyapanya. Aku pun memutuskan duduk di sampingnya tetapi dia masih menganggapku tidak ada.

"Mmmm kakak sudah makan ?" Tanyaku hati-hati.

"Belum." Jawabnya dingin tapi aku senang dia masih mau meresponku.

"Kakak mau aku masakin gak?" Tawarku mungkin dengan cara ini aku bisa kembali dekat dengannya.

"Lu gak usak sok cari perhatian. Gue tau maksud lu selama ini." Ujarnya ketus dan tatapannya dingin padaku.

Aku melihat tatapan itu penuh kebencian dan itu membuatku sedih. "Aku cuma pengen deket sama kakak." Ujarku pelan.

Dia berdiri tetapi dia tidak melepaskan tatapan dinginnya padaku. "Lu harus inget posisi lu di rumah ini. Satu lagi gue gak ngerasa kita pernah dekat jadi lu buang aja niatan lu itu." Dia mengambil jaket serta kunci sepeda motornya lalu dia pun pergi meninggalkanku lagi di rumah ini.

####



My Perfect Bad Boy#Wattys2018 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang