BAB 24

4K 166 2
                                    

Aku masih berdiri di tempatku tadi sementara itu Kak Ar masih menatapku dengan tatapan yang entahlah. Dia berjalan menghampiriku lalu dia menarik tanganku dan menuntunku untuk duduk di sofa.

"Gue mau ngomong perihal yang kemaren." Ujarnya menjawab semua pertanyaan di pikiranku tadi.

Aku hanya diam menunggu dia meneruskan kalimatnya. "Gue cuma mau tegasin kalau gue punya hak sepenuhnya atas lu jadi selama kita pacaran lu harus ikutin kata-kata gue tanpa terkecuali."

Aku menghela nafas panjang. Selama beberapa detik tak ada yang bicara hanya hening yang menyelimuti. "Kak gue boleh nanya?" Tanyaku hati-hati.

Dia hanya mengangguk. "Sejak kapan kakak musuhan sama Kak Antha?" Tanyaku akhirnya.

Seketika dia menatapku tajam dan intens. "Gue aja lupa sejak kapan gue musuhan sama tu anak." Jawabnya sambil menyeringai.

Aku hanya bisa pasrah. Mereka berdua emang klop dah pantas saja mereka jadi musuhan begitu. "Kak-" 

"Alasan gue libatin lu dalam permainan ini karena gue pengen kakak kesayangan lu itu hancur."

Deg. Apa dia bilang tadi apakah aku tidak salah dengar. Dia ingin menghancurkan Kak Antha dengan melibatkanku. "Ke..napa?" Tanyaku.

Pikiranku benar-benar blank saat ini. Padahal niat ku kembali ke negara ini untuk memperbaiki hubunganku dengan Kak Antha tetapi lihatlah sekarang aku adalah salah satu alat untuk menghancurkan kakakku sendiri.

Aku menggelengkan kepalaku lalu aku menatap tajam cowok di sampingku ini. "Gue gak bakal mau dijadiin alat untuk hancurin kakak gue sendiri!" Ujarku tegas padanya.

Aku bangkit dari dudukku dan tatapan tajamku masih mengarah padanya. "Mendingan lu cari cewek lain. Sorry gue gak bakal mau ngelakuin permainan busuk lu itu!" 

Dia enyeringai padaku lalu dia pun berjalan mendekatiku. Aku memundurkan langkahku karena dia terus melangkah maju hingga punggunggu menyentuh tembok pembatas.

Dia menatapku tajam lalu tiba-tiba dia mencekal kedua tanganku. Aku meringis karenanya. Jarak kita sangat dekat bahkan aku bisa merasakan deru nafasnya yang sangat tidak beraturan.

"Coba ulangi lagi ucapan lu yang tadi." Ujarnya lagi kali ini dengan nada yang rendah tetapi tersirat ketajaman yang menusuk di dalamnya.

Aku meneguk ludahku. Mata elangnya itu seakan mengunciku untuk terus menatapnya. "Lu salah gadis manis berani bermain api dengan gue." Ujarnya lagi.

"Lu tau gak kita ada di lantai teratas dan pasti lu pasti gak mau tau rasanya jatuh dari atas sini kan." Dia semakin mendorongku ke tembok pembatas.

Muka ku rasanya sudah pucat pasi bahkan aku merasakan keringat dingin mulai bercucuran. "Sekarang coba ulangi ucapan lu yang tadi!" 

"Maaf." Entah mengapa kata itu yang terlontar dari bibirku.

Dia melonggarkan cekalannya itu pada kedua tanganku dan dia pun melangkah mundur untuk memberiku sedikit ruang. Dia menyeringai padaku.

"Sekarang lu ikuti aja alur permainan ini." Ujarnya setelah itu dia menarik tanganku untuk duduk kembali di sofa.

"Nih mendingan lu makan bentar lagi bel masuk." Ujarnya sambil menyodorkan sebungkus makanan dan air mineral padaku.

Aku menerima itu kemudian aku pun menuruti perkataannya untuk memakan makanan yang dia berikan. Aku sebenarnya bingung kenapa sikapnya bisa berubah secepat itu padahal beberapa menit yang lalu sikapnya sangat seram tetapi lihatlah sekarang.

Setelah itu dia pun mengantarku sampai ke depan kelasku. Selama perjalanan hanya hening yang menyelimuti. Jujur saja aku masih shock dengan kejadian tadi.

"Ntar kita pulang bareng." Ujarnya saat berada di depan kelasku.

Setelah mengucapkan itu dia pun pergi dari hadapanku. Aku hanya bisa menghela nafas panjang. Kepalaku makin puyeng.

"Hei Ret gimana tadi makan romantisnya." Ujar Fay sambil merangkul bahuku.

"Ntar ajalah Fay kapala gue puyeng." Ujarku lemas lalu aku pun menelungkupkan kepalaku di meja.

"Lu kenapa Ret sakit tah?" Tanyanya khawatir.

"Gue gak apa-apa kok." Ujarku sambil tersenyum padanya.

Bel masuk pun berbunyi akhirnya aku mengeluarkan buku sejarahku dan tepat saat aku menoleh ke depan Pak Ian sudah datang dan siap memberi kita materi.

Ini adalah salah satu pelajaran favoritku dan biasanya akulah yang paling semangat mungkin sebagian orang pasti akan mengantuk jika dalam pelajaran ini karena kan kalian tahu sendiri sejarah tuh banyak materinya dan tentunya kita akan flashback pada kejadian yang sudah terjadi.

Dan itulah yang membuat siswa lainnya merasa bosan dengan pelajaran yang terus mempelajari tentang masa lalu tetapi menurutku tidak akan ada masa sekarang ataupun masa depan jika tidak ada masa lalu. 

Aku pernah mendengar kutipan dari Edward Hallet Carr yang mengatakan bahwa 'Sejarah adalah suatu proses interaksi yang terus-menerus antara sejarawan dengan fakta-fakta yang ada/dialog yang tidak henti-hentinya antara masa sekarang dengan masa depan'.

Gara-gara mengingat hal itu pikiranku jadi menerawang pada kejadian beberapa tahun lalu saat semuanya masih terasa bahagia sampai akhirnya akulah yang menghancurkan semua kebahagian itu hingga membuat sesuatu yang sangat fatal.

Aku cuma bisa berdoa semoga saja aku bisa memperbaiki semua ini apalagi dengan keadaan yang sekarang. Aku mengehela nafas panjang. Aku memijit kepalaku yang terasa pusing.

"Ret hidung lu berdarah." Ujar Fay sambil menunjuk hidungku.

Spontan aku memegangi hidungku dan ternyata benar ada darah yang keluar. Seluruh penghuni kelas pun beralih menatapku bahkan Pak Ian menghentikan menjelaskan materinya.

Dia menghampiriku. "Retha kamu sakit?" Tanyanya sambil memegangi dahiku.

"Lebih baik kamu ke UKS saja. Fay kamu tolong antarkan temanmu ke UKS." Ujar Pak Ian.

Dengan Tanggap Fay langsung membawaku menuju Uks. Dia menyuruhku untuk tiduran di sana dan dengan segera memanggil penjaga Uks untuk menanganiku.

"Fay mendingan lu balik aja ke kelas. Gue baik-baik aja di sini." Ujarku menyuruhnya balik ke kelas.

"Tapi Ret kan lu masih sakit." Dia menatapku khawatir.

Aku memberinya senyuman tulus. "Udah gak apa-apa koh kan gue udah bilang tadi kalau gue baik-baik aja."

Dia pun menuruti ucapanku dan segera balik ke kelas. Sementara aku mencoba untuk memejamkan mataku dan berusaha menghilangkan rasa pusing yang menyerang kepalaku ini.

####

Tbc

Sebentar lagi bakal nyampe puncaknya kok jangan bosen bosen yeh

Jangan lupa vote and comment

Karena itu membuatku makin semangat nulisnya

Thanks kawan

My Perfect Bad Boy#Wattys2018 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang