BAB 13

4.9K 223 2
                                    

"Apa kabar lu Tha ?" Tanya Kak Ar tapi dengan tatapan tajamnya dan jangan lupa dengan seringai yang menghiasi bibirnya itu.

"Baik. Seperti yang lu lihat." Kak Antha membalas tatapan tajam Kak Ar.

Aku merasa aura di sini sangat tidak mengenakkan. Aku meringis sebentar saat aku merasakan sakit di sekitar pergelangan tanganku. Aku melihat Kak Antha melirikku lebih tepatnya melirik pergelangan tanganku itu.

"Lu gak ada niat lepasin tangan adek gue. Lu liat tuh adek gue kesakitan gara-gara lu." Ujar Kak Antha dengan menekankan setiap kata adek yang dia ucapkan.

Kak Ar menoleh padaku dan mungkin saja dia menyadari yang dia lakukan tadi. Dia melonggarkan genggamannya tapi sepertinya dia tak ada niat untuk melepaskannya. "Sejak kapan lu punya adek?" Kini sekarang giliran Kak Ar bertanya serius pada Kak Antha.

Kak Antha terkekeh saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan Kak Ar padanya. "Sejak kapan lu suka ngurusin hidup orang?" Alih-alih menjawab pertanyaan Kak Ar ternyata Kak Antha malah balik bertanya pada Kak Ar.

Aku merasa Kak Ar sedang menggertakkan giginya pertanda dia sedang merendam amarah yang kuyakini sudah di ujung. "Bacot lu! Apa susahnya jawab pertyanyaan gue!" Sepertinya Kak Ar mulai kehabisan kesabaran.

Kak Antha tersenyum meremehkan. "Santai bro gak usah emosi. Inget sekarang lu berurusan sama kakak pacar lu itu." Aku membulatkan mataku saat mendengar penuturan Kak Antha.

Aku bingung kok Kak Antha bisa tahu jika aku dengan Kak Ar sudah pacaran. Perasaan aku tak pernah memberitahunya bahkan sepertinya dia tidak peduli denganku.

"Kok Kak Antha bisa tahu?" Tanyaku akhirnya setelah sedari tadi aku hanya diam menyaksikan mereka.

Aku merasakan kedua orang itu sama-sama menatapku. Aku jadi gugup sendiri ditatap oleh mereka. "Jangan remehin gue Aretha sayang." Ujar Kak Antha lembut.

Aku pun kaget dengan nada bicara Kak Antha yang tiba-tiba lembut begitu. Kan biasanya dia selalu dingin padaku. Ada yang aneh di sini.

"Bacot lu !" Baru saja Kak Ar ingin melangkah untuk menhampiri Kak Antha dengan segera aku menghalanginya. Aku berdiri di hadapannya. Aku menatapnya dengan tatapan memohon.

Dia membalas tatapanku dengan tatapan tajam miliknya. "Please kak." Mohonku padanya.

Dia menghela nafas kasar. "Liat sendiri kan adek tersayang gue lebih belain gue dari pada lu pacarnya." Ujar Kak Antha yang semakin menyulut kemarahan Kak Ar.

"Please kak." Mohonku lagi sambil memegang tangannya itu. Berusaha menenangkannya.

Setelah emosi Kak Ar dirasa mulai reda aku pun melepaskan genggamanku itu. Lalu aku berbalik untuk menghadap Kak Antha. Kak Antha menatapku dengan tatapan meremehkan. Aku tahu maksud dari tatapannya itu. Aku menghela nafas berat.

Aku pun berjalan menghampirinya. "Kak Antha kita masuk aja yuk." Ajakku pada Kak Antha. Dia pun menuruti perkataanku. Dia berjalan duluan. 

Aku menoleh pada Kak Ar. "Kak, Gue masuk dulu." Pamitku sambil tersenyum padanya.

Setelah itu aku pun menyusul Kak Antha untuk masuk ke dalam rumah.

***

Aku membaringkan badanku pada kasur empuk di kamarku. Aku memejamkan mata sambil memijat pelan kepalaku yang tiba-tiba saja terasa pusing. Aku bingung dengan apa yang terjadi. Aku bingung bagaimana cara aku menyikapi masalah ini. 

Rasanya aku ingin teriak sekeras mungkin. Baru saja aku balik ke tanah kelahiranku eh malah masalah bertubi-tubi menyambutku. Padahal niatku ke sini baik tetapi mengapa harus seperti ini.

Aku merubah posisiku menjadi duduk lalu aku mengambil gitar yang ada di kamarku. Aku hanya memetiknya dengan asal. Aku malas untuk memaikan lagu.

"Mendingan lu buang aja tuh gitar daripada lu gituin." Ujar seseorang di sebelahku.

Aku terkejut saat mendapati Kak Antha ternyata sedang duduk di sampingku. "Kak Sebenarnya apa hubungan Kak Antha dengan Kak Ar?" Akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya padanya.

Dia melirikku sekilas lalu dia beralih menatap langit-langit kamarku. "Musuh." Jawabnya singkat tetapi itu semua sudah mewakili semua pertanyaan yang berkecamuk di pikiranku.

"Temasuk Kak-"

"Iya termasuk Afkar dan Adry." Kak Antha memotong pembicaraanku. Ternyata dia mengetahui nama kedua sohib Kak Ar.

Aku hanya bisa menghela nafas berat. "Apa cuma dengan cara ini aku bisa dekat dengan kakak?" Ujarku pelan tetapi dapat dipastikan Kak Antha dapat mendengar suaraku karena saat ini hanya hening yang terjadi.

Kak Antha hanya diam saja tak merespon ucapanku itu. Aku pun hanya bisa diam menunggu apa yang akan terjadi berikutnya.

Tiba-tiba saja dia bangkit dari duduknya dan perlahan berjalan keluar dari kamarku tanpa mengucapkan satu kata pun padaku. Aku hanya bisa menghela nafas berat untuk kesekian kalinya. Aku menjatuhkan tubuhku lagi pada kasur empuk milikku.

Line

Aku melirik hpku yang berbunyi notif line. Aku mengambilnya untuk melihat pesan yang terkirim padaku.

Ervina  Fayola Arsanti

Ret lu bisa gak ke rumah gw ntar malem. Gw sendirian di rumah nih.

Aretha Nathania Reinaldy

Okelah mumpung gw juga lagi gabut di rumah

Ervina Fayola Arsanti

oksip dah. Sekalian kita drakor an kuy

Aretha Nathania Reinaldy

Iya iya Fay ku sayang

####

Tbc

Jangan lupa vote and comment yah (Comment nya masih kosong hihihihihi)

Sorry pendek

My Perfect Bad Boy#Wattys2018 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang