BAB 31

3.5K 144 11
                                    

Saat ini aku tengah berada di koridor rumah sakit dan jangan lupa saat ini aku tidak sendirian. Kak Ar memutuskan untuk ikut bersamaku.

Jujur saja jauh di lubuk hatiku aku merasa cemas akan hal itu karena feelingku mengatakan sepertinya sebentar lagi akan ada bencana.

Aku menghela nafas berat saat kita telah sampai di depan pintu ruangan Kak Antha.

Aku melihat di sana masih ada Kak Allena yang sepertinya sedang membujuk Kak Antha untuk makan.

"Eh Retha lu udah balik." Ujar Kak Allena menyadari kedatanganku.

Lalu aku melihat tatapannya beralih pada Kak Ar yang kini berada di sampingku.

"Lu si Ar kan? Pentolan SMA Trisakti." Tanya Kak Allena.

Aku merasa Kak Antha menatap tajam cowok di sampingku ini.

Yang bisa kulakukan hanya diam dan tak tahu apa yang akan ku katakan saat ini.

"Ngapain lu ke sini." Kak Antha menatap tajam cowok di sampingku ini.

"Emangnya salah kalau gue jenguk kakak ipar" jawab Kak Ar dengan menekankan kata kakak ipar.

Aku memandang mereka dengan was was. Takut terjadi perang dunia di ruangan ini.

"Dih gak sudi gue punya adek ipar kek lu." Ujar Kak Antha dengan tajamnya dan tak lupa aura dingin yang menyelimutinya.

"Udah-udah kalian kenapa sih kek tom and jerry aja." Lerai Kak Allena. Sepertinya dia menyadari situasi.

Kini tatapan tajam milik Kak Antha beralih padaku. "Ngapain lu masih berdiri di sana?" Tanyanya. Sebenarnya aku sedikit lega karena dia tidak bertanya yang macam-macam padaku.

Aku pun dengan segera duduk di sofa yang ada di sana. Aku melihat Kak Ar masih berada di tempatnya tadi.

Dan masih saja mereka saling melempar tatapan permusuhan yang membuat aura di sekitar menjadi sangat dingin.

"Korban yang tak bersalah." Ujar Kak Ar tiba-tiba yang membuatku langsung menatapnya dengan bingung.

Apa maksud perkataannya itu?

Setelah mengatakan kalimat yang susah kucerna, dia pun pergi dari ruangan ini.

Aku masih berpikir apa maksud dari ucapannya itu dan tertuju pada siapa. Mengapa banyak sekali riddle yang susah untuk kupecahkan.

Padahal riddle yang lainnya saja belum kupecahkan sampai sekarang eh sekarang malah nambah satu lagi. Lama-lama kepalaku bisa pecah juga.

"Nih Ret mendingan lu minum aja dulu."  Kak Allena menyodorkan segelas air putih padaku.

Aku menerimanya dan dalam sekali teguk aku menghabiskannya.

"Ck ck lu itu haus amat yeh sampai segitunya dah." Aku pun hanya nyengir saat mendengar ucapannya itu.

"Len mendingan lu pulang aja lagian udah ada Aretha." Ujar Kak Antha tiba-tiba yang membuatku serta Kak Allena menatapnya.

Sejenak Aku dan Kak Allena saling beradu pandang lalu tiba-tiba dia tersenyum padaku. "Yaudah Ret gue balik dulu yah. Jagain tuh anak yeh. Bye." Tatapan Kak Allena beralih ke Kak Antha. "Yaudah Tha gue balik dulu ye, semoga lu cepet sembuh." 

Aku tersenyum saat melihat tatapan hangat yang diberikan Kak Allena pada kakakku. entah mengapa ini bakal jadi cerita yang seru untuk mereka berdua. Yah semoga aja.

"Bye Kak. ati-ati di jalan." Aku melambaikan tangan padanya.

"Lu cepet ambilin gue minum!" Perintah Kak Antha yang membuatku tersentak kaget.

"Eh i..ya kak." Dengan segera aku langsung mengambil air putih untuknya.

Aku menyerahkannya dengan takut-takut. Aura di ruangan ini sangat mencekam. "Darimana aja lu sama tuh anak!" Itu bukan pertanyaan melainkan perintah yang harus kujawab.

Aku menggigit bibirku. Jujur saja aku bingung harus jawab apa ke dia. "Tadi gue nyuruh lu jawab pertanyaan gue bukannya malah diem kek patung gitu. Cepetan jawab pertanyaan gue!"

Bibirku kelu tak bisa berkata apa-apa. keringat mulai membasahi tubuhku padahal ruangan ini ber AC, tetapi entah mengapa terasa panas di sini. "Emangnya lu pikir dengan keadaan gue yang terbaring di sini jadinya gue gak bisa ngelakuin sesuatu ke lu." Ujarnya dengan penuh ancaman.

Aku langsung menatapnya dengan takut. Bola mata dan tatapan itu masih sama. Menyiratkan kebencian yang sangat dalam. 

"Gue bisa aja nyekik lu dengan keadaan gue saat ini. Inget gue tuh seorang Anthariksa Reinaldy yang bisa berbuat sadis terhadap siapa aja yang berani nantang gue termasuk lu." 

Tubuhku menegang saat mendengar ucapannya itu. Aku menghela nafas berat. "Tadi a..ku pergi ke rumahnya Kak Ar." Jawabku akhirnya.

"Dasar murahan." Ujarnya yang membuat hatiku sakit.

Air mata mulai menggenang di mataku. Aku berusaha untuk menahannya agar tidak jatuh walaupun saat ini ingin rasanya aku menangis untuk meluapkan segalanya.

"Lu gak usah sok menyedihkan gitu. gue muak sama lu." Ujarnya lagi yang membuat hatiku tambah nyeri. rasanya jantungku serasa ada yang nusuk hingga rasanya sakit. huh mungkin aku saja yang terlalu melankolis dengan semua itu.

"Ka..k aku mau ke taman dulu yah." Dengan cepat aku keluar dari ruangan itu.

Sebelum itu aku masih mendengar ucapan Kak Antha yang menambah nyeri di hatiku. "Sekalian aja lu pergi untuk selamanya biar kagak ngerepotin gue."

Apa segitu merepotkannya aku untuknya. Kalau begini mendingan aku gak perlu balik lagi ke Indonesia. Mungkin lebih baik aku tidak perlu datang ke kehidupannya lagi karena dari awal kedatanganku membuatnya semakin membenciku. Seharusnya aku tidak perlu menunjukkan diriku lagi di hadapannya. Segala kemungkinan itu terus berkecamuk dipikiranku. Entahlah apa aku masih bisa bertahan dengan semua skenario yang Tuhan berikan padaku. Semoga saja.

***

Cause we lost it all
Nothin' lasts forever
I'm sorry I can't be perfect
Now it's just too late
And we can't go back
I'm sorry I can't be perfect
I try not to think
About the pain I feel inside
Did you know you used to be my hero?
All the days you spent with me
Now seem so far away
And it feels like you don't care any more
And now I try hard to make it
I just want to make you proud
I'm never gonna be good enough for you
I can't stand another fight
And nothing's all right

(Perfect-simple plan)

Aku memejamkan mataku saat mendengar lagu ini. Lagi ini sangat menyentuh bagiku apalagi di dukung dengan keadaan taman sekolah yang masih sepi. Aku memang sengaja datang lebih pagi hanya untuk menikmati suasana di pagi ini.

Aku suka tempat ini sejak pertama kali menginjakkan kakiku ke sekolah ini. Apalagi saat taman ini sepi karena suasana ini membuat hatiku tenang seketika. Mungkin inilah salah satu caraku untuk menghilangkan sejenak beban yang kupikul saat ini. Musik, novel, tempat sepi. Complete sudah.

"Gue kira siapa siswi yang rajin amat datang jam segini." Ujar seseorang yang tiba-tiba sudah duduk disampingku.

Dia menarik salah satu earphoneku lalu memakainya di telinganya. "Ternyata lu juga suka lagu ini yah." Ujarnya sambil memejamkan kedua matanya.

"Gue suka sama lirik lagu ini karena mungkin sebagian lirik ini ada di kehidupan gue." Bertepatan setelah dia mengucapkan kalimat itu, dia pun membuka kedua matanya dan langsung menatap balik padaku dengan tatapan teduhnya.

####

Weh aku comeback nih setelah sekian lama

Sorry banget untuk kalian yang menunggu cerita ini, jujur selama ini belum ada waktu untuk update. Sorry yah kawan.

Eh tapi tenang aja mumpung liburan aku jadi pengen nuntasi novel ini. Mohon doanya kawan.

Budayakan vote dan comment yah

mungkin untuk hari ini double update untuk mengejar ketinggalan yah wkwkwk

My Perfect Bad Boy#Wattys2018 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang