Dia menatapku dengan intens. Aku masih berusaha mengontrol detak jantungku yang berdetak kencang tadi.
"Nanti pulang sekolah lu ikut gue." Ujar Kak Ar dengan nada perintah tak terbantah.
Aku mengernyitkan dahiku. "Tapi kak nanti gue mau ke rumah sakit." Tolakku saat aku mengingat tentang rencanaku yang akan menemani Kak Antha di rumah sakit.
"Emangnya tuh anak butuh lu." SKAKMAT. Perkataanya itu membuatku terdiam membisu seketika.
Aku menghela nafas berat. "Okelah kak ntar gue ikut lu." Aku menerima ajakannya itu eh lebih tepatnya perintahnya itu.
"Hm." Gumamnya lalu dia pergi meninggalkan kami berdua.
Aku baru sadar jika sedari tadi Fay hanya jadi penonton saja bahkan aku sempat tak menyadari kehadiran anak itu sebelum aku menoleh padanya.
Fay menupuk pelan pundakku. "Sing sabar yah nak." Ujarnya dengan nada prihatin.
Mungkin saja dia tahu dengan apa yang kurasakan saat ini. Aku pun hanya mengangguk menanggapi dukungannya itu yah setidaknya masih ada yang mendukung aku dengan kondisi yang saat ini kualami.
Akhirnya kami pun berjalan menuju kelas karena sekitar 5 menit lagi pelajaran berikutnya akan dimulai. Ternyata kita berada di dalam toilet cukup lama juga mungkin gara-gara topik yang tadi kami bicarakan hingga kami tidak menyadari waktu yang kami habiskan di dalam toilet itu. Untung saja toilet sepi jadi tidak ada orang yang nguping tentang pembicaraan kami tadi
***
Aku melirik jam tanganku yang menunjukkan bahwa sekitar 5 menit lagi bel pulang sekolah akan berbunyi.
Aku menghela nafas panjang. Aku harus mengubur niatku untuk segera menemui Kak Antha yang masih dirawat di rumah sakit.
"Nah anak-anak sisa soal tadi bisa kalian lanjutkan di rumah dan jangan lupa pelajari materi kita selanjutnya." Ujar Bu Ningsih guru ekonomi kami.
Aku segera membereskan buku beserta kawan-kawannya. Aku melirik pintu kelas. Aku berharap Kak Ar membatalkan janjinya itu untuk mengajakku entah kemana.
"Ayo Ret." Ajak Fay sambil menarik tanganku ini.
Saat berada di luar kelas aku celingukan ke kanan dan ke kiri. Aku menghela nafas lega. Tidak ada tanda-tanda Kak Ar mungkin saja dia membatalkan rencanya itu.
"Lu nyari gue." Ujar seseorang di belakangku yang membuatku kaget.
"Astagfirullah." Sudah dua kali aku dikejutkan oleh nih anak.
Kenapa sih hobinya itu nongol tiba-tiba padahal tadi tidak ada tuh.
"Ikut gue." Langsung saja dia menarik tanganku untuk mengikuti langkahnya itu.
Sebelum itu aku pamit dulu ke Fay yang masih ada di sana. Saat itu aku melihatnya menatapku dengan iba yang hanya kubalas dengan senyuman kecil.
Kak Ar menyuruhku untuk naik di boncengannya itu. Dengan pasrah aku pun menurutinya dan dalam sekejap sepeda motor itu melaju dengan cepat membelah keramaian ibukota.
Aku hanya mengeratkan peganganku pada pinggangnya itu dan menenggelamkan wajahku pada punggung di hadapanku ini.
Jujur saja aku sangat takut karena sepeda motor ini melaju dengan sangat cepat. Aku merasa sedang berada di arena balapan motor gp.
Gila aja kan apalagi aku tak tahu dia akan membawaku kemana. Aku berdoa semoga saja dia tidak ada niatan untuk menculikku.
Eh tapi bisa jadi dia melakukan itu secara kan aku ini adek dari musuh bubuyutannya itu dan siapa tahu dia memang ada niat jahat untuk menculikku lalu dia minta uang tebusan ke Kak Antha.
Eh tapi kan Kak Antha sendiri sangat membenciku. Mungkin saja dia senang karena aku diculik jadi dia tidak akan peduli denganku. Terus kalau begitu bagaimana jika Kak Ar melakukan hal yang tidak-tidak padaku.
Pikiran cowok mana ada yang tahu kan. Mungkin saja dia akan melakukan hal-hal yang aneh. Atau mungkin saja nanti Kak Ar mau menjualku ke luar negeri atau mungkin saja dia akan menjual oragan tubuhku.
"Mau sampai kapan lu meluk gue." Ujarnya membuyarkan lamunanku tadi.
Aku tersadar ternyata sepeda motor yang kunaiki sudah berhenti. Dengan saltingnya aku pun segera turun dari sepeda motor itu lalu diikuti oleh Kak Ar.
Pandangku langsung tertuju pada rumah besar yang berada di hadapanku saat ini. Aku mengangumi arsitektur rumah ini yang menurutku simple tetapi sangat berkesan. Entahlah aku pun tak bisa menjelaskannya.
Tetapi ini rumah siapa. Pertanyaan itulah yang menggajal di pikiranku.
"Ini rumah gue." Ujar Kak Ar yang otomatis menjawab pertanyaan yang bersarang di pikiranku tadi.
Aku menoleh padanya yang ternyata sedang menatapku. "ayo." Ajaknya sambil menarik tanganku untuk memasuki rumahnya.
Tak jauh beda dengan pemandangan di luar ternyata benar isi rumahnya pun sangat indah. Mungkin terlihat simple tetapi entah mengapa aku suka dengan hal ini.
"Kak Air." Teriak seseorang anak kecil dan dia langsung berlalri menuju kami.
"Anya kangen Kak Air." Ujarnya sambil memeluk pinggang Kak Ar karena tinggi badannya emang segitu.
"Apaan sih lu main peluk-peluk segala!" Kak Ar mendorong anak kecil itu hingga hampir jatuh untung saja aku menahannya.
"Hiks hiks Kak Air jahat kan Anya kangen kakak." Ujar anak kecil itu dengan terisak sedih.
Aku dengan segera memeluknya dan berusaha menenangkannya. "Cup cup udah jangan nangis yah nanti kamu jelek loh gak cantik lagi terus pangerannya gak mau sama kamu." Ujarku. Sebenarnya aku sendiri bingung dengan ucapanku tadi.
"Emangnya pangerannya gak mau sama Anya soalnya Anya jelek yah kak?." Tanyanya sambil menatapku ingin tahu.
"Pangerannya mau kok. Lagian kan Anya cantik tapi pangerannya gak mau Anya sedih terus, soalnya itu ngebuat pangerannya merasa bersalah." Aku menatapnya lembut lalu mengusap rambutnya.
"Kok pangerannya merasa bersalah kan dia bukan yang buat Anya nangis?" Tanyanya lagi kali ini dia sudah berhenti menangis.
"Soalnya pangerannya itu ngerasa kalau dia gak bisa jaga Anya buktinya nih sekarang Anya nangis kan. Pangerannya tuh gak mau orang yang disayanginya menangis karena itu juga membuatnya sakit." Jelasku padanya.
"Kalau gitu Anya gak mau nangis lagi biar pangerannya mau sama Anya dan gak ngerasa bersalah." Ujarnya dengan senyum manisnya. Dia melepaskan pelukanku.
"Drama amat dah." Ujar Kak Ar tiba-tiba.
Aku menatapnya tajam. Apa dia tidak mikir yah padahal tadi dia yang membuat anak kecil itu menangis.
"Eh kakak yang waktu itu hujan-hujanan kan." Ujar anak kecil itu membuatku langsung menoleh padanya.
####
Tbc
Maaf lama update
jangan lupa vote and comment yah
![](https://img.wattpad.com/cover/105467763-288-k270791.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Bad Boy#Wattys2018
Novela Juvenil"Mulai hari ini lu harus jadi pacar gue dan jangan sekali-kali ngebantah gue!" - Air Nakhla Rahaja "Hidup gue berubah sejak hari itu." - Aretha Nathania Reinaldy "Apa gue harus ikhlasin dia?" - Afkar Reymon Fidelyo ---------------------- Bagaimana j...