Dia masih di sana dengan tatapan tajamnya. Aku hanya bisa diam menunduk. Aura disekitarku sangat tidak mengenakkan dan feelingku mengatakan sebentar lagi perang dunia ketiga akan terjadi.
Aku melihat Kak Antha berjalan mendekati kita. "Siapa yang nyuruh lu nginjekin kaki di sini?!" Tanyanya dengan penuh ancaman pada Kak Ar.
Aku melirik Kak Ar yang sedang menyeringai. Dia membalas tatapan tajam milik Kak Antha tak kalah tajamnya. "Lu lupa kalau adek lu itu udah jadi pacar gue."
Kini tatapan tajam Kak Antha beralih padaku. Aku tak berani membalas tatapannya itu. "Gue gak habis pikir kenapa adek kesayangan gue bisa bertindak sejauh ini."
Aku jadi gelagapan sendiri saat mendengar ucapan Kak Antha. "Sekarang bisa kan lu pergi dari hadapan kami. Gue masih ada perlu sama adek lu ini." Ujar Kak Ar.
Dan tanpa aku duga sebelumnya ternyata Kak Antha menuruti ucapan dari Kak Ar. "Kali ini gue biarin lu karena belum saatnya permainan di mulai." Ujar Kak Antha dingin setelah itu dia pergi meninggalkan kami.
Aku hanya bisa menghela nafas berat. "Ini kamar lu kan?" Tanya Kak Ar sambil menunjuk pintu kamarku.
Aku hanya mengangguk dan berjalan masuk ke kamarku dengan Kak Ar yang mengikutiku dari belakang. Aku berjalan menuju rak buku yang terisi penuh dengan berbagai macam jenis buku tetapi kebanyakan novel sih.
Aku mencari novel yang kumaksud diantara jejeran buku lainnya. Nah akhirnya ketemu juga. Aku menghampiri Kak Ar yang sedang duduk di kursi yang terdapat di kamarku.
"Ini kak novelnya." Aku menyodorkan novel itu.
Kak Ar menerimanya sejenak dia membaca judul novel yang sodorkan tadi. "Kelihatannya bagus nih novel."
"Lu suka warna biru?" Tanyanya saat melihat kamarku yang bernuansa biru.
Aku tersenyum kecil. "Menurut gue biru itu menenangkan."
Dia hanya mengangguk paham. "Kok selama ini gue gak pernah liat lu?" Tanyanya tiba-tiba.
Aku tahu pembicaraan ini akan mengarah kemana. "Selama tiga tahun gue tinggal di Singapura jadi wajar aja lu kagak liat gue selama ini."
Seketika dia menatapku dingin. Entah mengapa aku tak bisa menghindar dari tatapan itu seperti ada magnet yang kuat hingga menarikku untuk terus menatap bola mata di hadapanku ini.
"Lu pasti udah tahu kan tujuan gue jadiin lu pacar gue. Gue tegasin sekali lagi ikuti aja arus permainan ini."
Bumm ternyata benar dugaanku selama ini. Aku hanyalah sebuah umpan walaupun dia tidak menjelaskannya secara detail tetapi entah mengapa aku bisa menarik kesimpulan begitu.
Permainan apa yang dia maksud. Aku hanya diam menunggu kalimat berikutnya yang keluar dari bibirnya itu tetapi sepertinya dia enggan untuk memberitahuku.
Aku melepaskan kontak mata kita. Aku mengalihakan tatapanku yang jelas aku tak mau menatap bola mata itu. Jujur saja perasaanku saat ini sangat takut dengan segala kemungkinan yang terjadi dan segala resiko yang akan kuterima ke depannya.
"Gue balik. Thanks novelnya." Hanya itu yang dia ucapkan setelah beberapa menit hanya diam begitu saja.
Aku merebahkan badanku pada kasurku. Aku meraih bantal di sebelahku untuk menutupi wajahku yang sangat frustasi. Rasanya aku ingin menangis tetapi aku terlalu malas untuk mengeluarkan air mataku.
"Balik juga tuh pacar lu." Tiba-tiba saja aku merasakan ada seseorang yang duduk di kasurku. Dia adalah Kak Antha.
Aku merubah posisiku menjadi duduk seperti dirinya. Aku hanya diam menatapnya saja sementara dia menatapku dengan dingin.
"Kalau lu pengen tau jawabannya ada di sohib pacar lu itu." Aku mengerutkan kening saat mendengar ucapan Kak Antha.
Sohib pacarku yang artinya itu antara Kak Afkar atau Kak Adry tetapi kok bisa begitu. Pertanyaan itu melintas begitu saja di otakku.
"Kak Antha udah makan?" Tanyaku spontan yang membuat Kak Antha menatapku dengan bingung.
Setelah itu tatapannya berubah dingin. "Gak usah sok peduli lu." Ujarnya dingin yang membuatku seketika diam.
Aku menundukkan kepalaku merutuki pertanyaan bodoh yang ku keluarkan tadi. "Maaf kak."
Dia tidak menjawab tiba-tiba saja dia pergi dari kamarku. Aku hanya bisa menghela nafas berat.
Line
Air Nakhla Rahaja
Ntar malem temenin gw tanding basket di deket rumah lu!
Aku menghela nafas panjang mungkin lebih baik aku mengiyakan ajakannya itu agar posisiku aman.
Aretha Nathania Reinaldy
Ok kak. Jamber?
Air Nakhla Rahaja
Jam 7. Lu langsung ke sana!
Aretha Nathania Reinaldy
Oksip kak
Aku memjamkamkan kedua mataku. Bola mataku sudah tidak sanggup untuk terjaga yang artinya mungkin aku harus bocan dulu lagian kan ntar jam 7 malem aku ada acara. Eh tapi tunggu dulu bagamaina caranya aku meminta izin pada Kak Antha. Masa iya aku mau bilang jika aku ingin nonton Kak Ar tanding basket dijamin dah seratus persen aku gak bakal dibolehin.
Sebelum aku terlelap aku memikirkan ucapan Kak Antha tadi, jadi siapa diantara Kak Afkar dan Kak Adry yang lebih tahu tentang masalah ini. Kalau dipikir-pikir lagi mungkin aku tanyakan saja ke Kak Afkar kan aku dan dia lumayan dekat sementara aku belum terlalu mengenal Kak Adry.
####
Tbc
Masih ada yang nunggu cerita ini gak?
Sorry kalau gaje amat
Ntar bakal up lagi kok tungguin aja hari ini
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Bad Boy#Wattys2018
Teen Fiction"Mulai hari ini lu harus jadi pacar gue dan jangan sekali-kali ngebantah gue!" - Air Nakhla Rahaja "Hidup gue berubah sejak hari itu." - Aretha Nathania Reinaldy "Apa gue harus ikhlasin dia?" - Afkar Reymon Fidelyo ---------------------- Bagaimana j...