BAB 32

3.7K 145 20
                                    

Kedua bola mata itu yang membuatku terhanyut dalam lubang yang anehnya membuat jantungku berpacu dua kali lebih cepat daripada biasanya. Kedua bola mata itu juga membuatku terhipnotis akan pesonanya. Dan dialah pemilik kedua bola mata itu.

Kak Afkar

Dia masih saja menatapku. Apakah dia tahu kalau tatapannya itu membuatku melting. Haduh ya apa benar aku jatuh cinta padanya. Kalau itu benar berarti dia adalah cinta pertamaku karena sejauh ini dialah cowok pertama yang membuatku terkena penyakit jantung.

"Hey lu terpesona yeh sama gue, parah sampai kagak kedip gitu hahaha." Ujarnya membuyarkan lamunanku.

Aku jadi salting dibuatnya. Langsung saja aku mengalihkan padangan darinya. "Gak usah salting gitu kali Ret hahahah lu lucu juga yah sampai merah gitu pipi lu." Secara tiba-tiba dia langsung mencubit pipiku yang dipastikan tambah memerah karena sikapnya itu.

"Eh udah dong kak. Pipiku ntar tambah lebar tau ish." Aku berusaha melepaskan kedua tangannya itu dari pipiku.

"Hahaha bisa aja lu Ret." Dia pun menuruti ucapanku untuk melepaskan kedua tangannya dari pipiku.

Setelah itu hanya hening yang menyelimuti kami. Aku pun memanfaatkan keadaan itu untuk menetralkan detak jantungku yang tadi sempat berpacu dengan cepat bahkan hingga saat ini jantungku belum kembali normal. Apa ini karena efek yang ditimbulkan oleh cowok di deketku ini yah. Luar biasa memang.

Baru saja aku ingin membuka mulutku untuk menanyakan sesuatu ternyata ada sebuah suara yang mengintrupsiku dan parahnya lagi itu adalah suara yang tidak ingin kudengar. "Ngapain lu pada mojok di sini." Tanyanya tetapi menurutku itu bukanlah sebuah pertanyaan.

Pemilik suara itu langsung menarik tanganku untuk berdiri di sisinya. Aku meliriknya dan ternyata dia malah melayangkan tatapan tajam pada Kak Afkar yang notabenenya adalah sahabatnya sendiri.

"Tenang Ar gue gak ngapa-ngapain cewek lu. Gue cuma ngejaga dia aja." Entah kenapa jawaban dari Kak Afkar membuat jantungku rasanya nyeri banget.  Ada apa ini, mengapa rasanya sakit seperti ini.

Kak Ar tetap melayangkan tatapan tajamnya pada Kak Afkar. "Inget tugas lu dan jangan sampai kelewatan batas." Ujarnya penuh misteri. Aku saja bingung dengan ucapannya itu.

Kemudian dia pun membawaku pergi dari tempat itu. Sebelum itu aku sempat menoleh ke belakang untuk melihat Kak Afkar. Aku melihat kedua bola itu memancarkan kesedihan. Aku tak mengerti akan tatapan kesedihan itu tetapi yang jelas tatapan terluka itu membuat jantungku juga merasakan sakit.

Aku menghela nafas berat. Bingung dengan semua rasa yang akhir-akhir ini hinggap pada diriku. Yang bahkan aku sendiri tak paham akan hal itu.

"Inget jangan ngelirik cowok lain selain gue karena saat ini kita adalah sepasang kekasih. Awas aja kalau sampai lu ketahuan ngelirik cowok lain, gue bakal pastiin hidup tuh cowok akan menderita." Ancamnya yang langsung membuat nyaliku ciut.

Dia saja belum tahu perasaan yang aku miliki terhadap sahabatnya eh sudah main ngancam begitu apalagi jika sampai dia tahu tentang perasaan ini. Aku bergidik ngeri saat membayangkan apa saja yang mungkin Kak Ar lakukan pada Kak Afkar.

Aku menghela nafas berat, Aku berpikir mungkin sebaiknya aku menyembunyikan tentang perasaanku ini. Aku tak mau orang yang tak bersalah menjadi korban di sini.

"Nanti jam istirahat langsung temui gue di tempat biasa." Bisiknya saat kita sudah sampai di depan kelasku.

Aku cuma menganggukkan kepalaku. Setelah itu aku merasakan ada sesuatu yang menyentuh keningku. Kalian tahu dia mencium keningku. Seorang Kak Ar si penguasa sekolah mencium keningku. Untuk beberapa detik aku hanya bisa terdiam karena baru kali ini ada seorang cowok yang melakukan itu.

My Perfect Bad Boy#Wattys2018 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang