Chapter 50 • END

36.2K 1.9K 110
                                    

Jakarta, 15 Oktober.

" Aku berangkat sekarang ya, "

Prilly mengangguk. Hari ini tepat keberangkatan Ali ke Jepang. Dan tepat dimana hari usianya bertambah.

Ali masih tak ingat jika ada hal penting hari ini. Yang dia ingat ialah dia harus segera ke Bandara dan langsung bertolak ke Jepang, menemui klien bisnisnya.

Wajah Prilly pagi ini benar-benar terlihat masam. Kesal. Sudah pasti Prilly rasakan itu. Pengen marah, tapi marah ke siapa. Pengen nangis juga, nangis ke siapa?

Ali sepertinya benar-benar lupa. Segitu sibuknya kah dia, sampai-sampai lupa hari kelahiran istrinya sendiri?

" Mau aku anter ke Bandara? " Tanya Prilly. Dalam hati ia mengumpat, sebenernya males banget gue ngomong sama ni orang! Pikunnya gak ketulungan, Ya Allah. Kalo gue marah-marah ke dia, yang ada gue dosa. Bisa masuk neraka gue.

Ali menggeleng sembari tersenyum. Senyumannya benar-benar menandakan tidak terjadi masalah apapun.

" Gak usah sayang. Jaga anak-anak aja ya dirumah?!"

Mereka dikagetkan dengan kedatangan Daffa yang berjalan sembari menggandeng Saffa. Pasalnya tadi mereka berada dilantai dua, kenapa sekarang bisa turun? Kalo jatuh di tangga gimana?

" Abang, kok turun sih? Turun sama siapa? " Tanya Prilly khawatir.

Daffa menoleh ke belakang. Di ujung tangga ada Mbak Nunu yang tengah memperlihatkan cengiran khasnya.

" Anak-anak turun sama Nunu, Ibuk Nyonya. Gak usah khawatir. Semua aman terkendali. " Perkataan Mbak Nunu mampu membuat Ali maupun Prilly bernapas lega.

" Makasih ya Mbak?! Saya kira mereka turun sendiri, kan bahaya. "

" Siap! Yaudah Nunu pergi ke belakang lagi ya, bantuin Bi Irah. Permisi Tuan, Ibuk Nyonya. " pamit Mbak Nunu kemudian berlalu.

Ali beralih ke anak-anaknya. Mensejajarkan tubuhnya dengan mereka. " Besok-besok, kalo gak ada Papi, Mami atau orang dewasa, jangan turun sendiri ya bang?! Bahaya, nanti bisa jatuh." tuturnya lembut. Mencoba menasehati kedua anaknya. " Adek juga ya. Jangan turun tangga sendiri. Bahaya sayang, " Tangannya terulur mengusap pucuk kepala Saffa.

Keduanya serentak mengangguk. " Papi mau kemana? Kok bawa koper? " Daffa bertanya.

" Papi harus pergi bang. Jagain Mami sama adek ya selama Papi pergi. Jangan bandel-bandel, jangan ngerepotin Mami, dan adeknya jangan dibikin nangis terus. Oke boy? "

Daffa mengangguk. " Pulangnya beli mainan ya Pi? " pintanya.

Ali mengacak pelan rambut jagoannya. " Iya bang. Nanti pas Papi pulang kita jalan-jalan ya? Beli apapun yang abang sama adek mau. "

Mata Daffa berbinar. Papinya emang paling kece deh!

" Baby-nya Papi mau apa? " tanya Ali pada princess kecilnya.

Saffa mengacungkan boneka doraemon yang sedang ada dalam genggamannya. Ali paham, puteri kecilnya itu minta dibelikan boneka doraemon baru.

Ali terkekeh. " Nanti kita beli boneka baru yaa?! Sekarang adek sama Mami dan abang dulu. Nanti pas Papi pulang, kita baru jalan-jalan. Oke baby? "

Saffa mengangguk. Membuat Ali langsung menciumi gemas pipi anaknya itu. Ia kembali berdiri. Menatap Prilly yang juga sedang menatapnya. Dalam hati ia bergumam; ini bini gue kenapa sih? Aneh banget deh. Lagian ngasih kode yang susah! Mana gue peka-_

" Sayang, "

Prilly menoleh. " Heemm? "

" Jangan marah terus dong. Jangan diemin aku kayak gini. Sumpah deh aku beneran gak tau kamu kenapa. " kata Ali dengan wajah polosnya.

Little Family  [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang