" Mamiii, au te Papi... Ayooo tetana, Mi.. "
" Sayang, Papi nya kan kerja. Main ke rumah Oma Resi aja yuk?! "
" Entak au, au te papi. "
Prilly menghela nafasnya. Sejak tadi Ali berangkat ke kantor, Daffa merengek minta ikut. Secepat mungkin Prilly mencegahnya. Pagi tadi Ali ada meeting. Ia tak mau Daffa menyusahkan Ali nantinya. " Jalan aja yuk, Daffa mau main kemana?? Gak usah ke kantor Papi ya sayang?! " Daffa tetap pada kemauannya. Ia tak mendengar lagi tawaran Mami-nya.
" Au te Papi, mi. Ayooo!!! "
Prilly menyerah. Ia lupa jika jagoan kecil nya itu keras kepala. Sama seperti dirinya.
Prilly melirik jam dinding yang ada di kamarnya. Pukul 10.30, mungkin Ali sudah selesai meeting. Akhirnya Prilly menuruti permintaan Daffa. " Iya sayang, iya. " seketika raut wajah Daffa menjadi berbinar. Lalu ia bertepuk tangan antusias. Prilly hanya menggelengkan kepalanya.
" Ayoo, Mi. " Daffa menarik-narik tangan Prilly. Sementara Prilly masih terduduk dipinggir ranjang. Sebenarnya, hari ini ia malas untuk pergi kemana-mana. Namun, jika permintaannya tidak dituruti, Daffa akan ngambek seharian. Bisa-bisa ia menangis terus menerus.
Prilly pun berdiri dari duduknya. Menghembuskan nafasnya lagi. Menepis rasa malas-nya.
" Iya, sayang. Sabar dong?! Mami ambil tas dulu. " Prilly bergegas menuju lemari khusus yang berisi tas-tas dan sepatu-sepatu mahal nya. Berhubung siang itu ia menggunakan dress selutut berwarna tosca, pilihannya jatuh pada tas 'channel nya yang juga berwarna tosca. Memakai wedgess kesayangannya berwarna hitam. Serta kacamata minus nya yang berwarna cokelat bertengger indah di hidung mancungnya.
" Ayo, sayang. " ajaknya pada Daffa. Daffa mengangguk antusias. Prilly langsung menggandeng tangan Daffa. Keduanya langsung turun kebawah.
" Non, mau kemana sama aden kecil?? " tanya Bi Irah saat melihat Prilly dan Daffa melewati ruang tamu. Kebetulan dirinya sedang menyapu lantai.
" Mau ke kantor Ali, bik. Daffa dari tadi ngerengek minta ke Papi-nya. Padahal hari ini aku-nya lagi males ngapa-ngapain. "
Bi Irah mengangguk. " Hehehe, yaudah hati-hati ya Non. Mungkin aden kecil lagi mau main sama Papi nya.. "
" Iya nih, bik. Yaudah aku sama Daffa jalan ya. " Bi Irah mengangguk lagi. Setelahnya, Prilly dan Daffa langsung berlalu. Mereka di antar oleh supir.
****
" Sayang, jangan lari-larian gitu. Nanti jatoh loh... " Daffa langsung berhenti. Prilly kembali menggandeng tangan Daffa. Sapaan dari para karyawan hanya dibalas senyuman oleh Prilly maupun Daffa.
" Siang, Pak Ali nya sudah selesai meeting kan ya? " tanya Prilly kepada karyawan yang ada di meja recepcionist. Walaupun kantor itu milik suaminya, Prilly tetap sopan. Tidak masuk begitu saja.
" Eh ibuk Prilly. Haiii bu, gimana kabarnya? "
" Alhamdulillah baik. Kamu sendiri gimana? "
" Saya juga baik bu, alhamdulillah "
Prilly mengangguk sembari tersenyum. " Pak Ali nya udah selesai meeting kan ya? Soalnya saya kesini belum telfon dia. "
" Sudah selesai setengah jam yang lalu kok, buk. Sekarang Pak Ali ada diruangannya. Ada Pak Syarief sama Pak Gio juga. " balasnya. Prilly menyeritkan dahi. Ternyata Papa mertua dan kakak ipar nya sedang ada disini juga.
" Ya sudah, saya kesana dulu ya. Jangan bilang sama Pak Ali kalau saya mau ke ruangannya sekarang. "
Karyawan itu hanya mengangguk sembari mengacungkan jempolnya. " Siap, bu. "