"Lo mau makan dulu nggak?" Indra bertanya karena tidak tahan dengan kebisuan yang terasa sudah seratus tahun berlangsung bagi Indra, padahal nyatanya baru beberapa menit. Saat ini mereka telah meninggalkan pom bensin dan kembali berkendara.
Aleya yang bersandar di kursi menoleh ke sebelah kanan.
"Nanti aja Ndra, gue pengen cepet-cepet balik ke hotel nih." jawab Aleya.
"Lo kenapa? Nggak enak badan ya? Kok suara lo lemah gitu sih?"
"Nggak papa gue cuman capek doang."
Indra mengangguk paham kemudian kembali memfokuskan matanya ke jalan yang berada di depan.
Sekitar hampir setengah tujuh malam mereka akhirnya sampai di depan hotel. Indra memarkirkan mobilnya lalu membuka pintu untuk keluar.
"Ndra.." panggil Aleya sambil memegang bahu Indra.
Indra menoleh dan mengerutkan kening.
"Kenapa? Jangan bilang kalau lo masih mau berduaan sama gue."
Aleya langsung memutar bola mata sementara Indra terkekeh.
"Ya elah canda kali Ra.."
"Gue lagi nggak mau bercanda, ada yang mau gue bilang sama lo nih."
Usai mendengar suara ditambah raut wajah serius milik Aleya, tawa Indra terhenti. Dia mengurungkan niatnya untuk keluar dan menutup pintu mobilnya kembali lalu bersiap mendengarkan Aleya.
"Ya udah, mau bilang apa?" kini wajah Indra ikut serius juga.
"Jadi gini.." Aleya menjeda ucapannya dan membenahi posisi duduknya.
"Apaan sih Ra?" Indra seperti tidak sabar menunggu apa yang akan diucapkan Aleya.
"Tentang yang di taman hiburan dulu, di Portland." jelas Aleya.
Indra terdiam sesaat, mungkin untuk mengenang kejadian hari itu, hari di mana dia mengutarakan perasaannya dan berujung dengan.... Ah sudahlah.
Kenapa sih, Aleya mengungkit-ungkit kejadian itu lagi?
"Udah gue bilang kan, kalau gue akan selalu menunggu. Walaupun itu memakan waktu lama. Lo juga nggak perlu khawa.."
"Gue akan coba Ndra.."
Aleya tiba-tiba saja memotong pembicaraan, membuat Indra tertegun seketika.
"Maksud lo?"
"Gue bakal coba." ulang Aleya lagi.
"Lo mau nyoba apaan?"
"Sama lo."
"Hah? Maksudnya?"
"Nggak tau, nggak jadi." Aleya merubah posisi duduknya menghadap ke depan sambil berpeluk tubuh. Namun beberapa detik kemudian Aleya berpikir apakah sikapnya ini terlalu lebay? Apa Aleya lebay?
"Ihh.. Apa sih Ra? Pake ngambek segala, gue nggak ada receh nih."
Aleya memutar bola mata ke samping saat mendengar ucapan dari Indra, lalu Aleya kembali mengubah duduknya ke samping menghadap Indra lagi.
"Maksud gue, gue bakal terima apa yang lo bilang di taman hiburan waktu itu dugong."
Nah.... Kan sudah keluar tuh caci makian Aleya.
"Jadi maksud lo... Lo mau jadi pacar gue?"
Aleya mengangguk dengan perlahan tapi pasti. Dia tidak tau apakah keputusannya ini sudah benar, tapi dia juga tidak ingin berlama-lama terjebak dalam memori masa lalu. Semoga saja dengan dia menjalin hubungan dengan Indra, dia bisa melupakan orang itu, melupakan Harris. Aleya bisa, meski Aleya tidak merasa yakin.
![](https://img.wattpad.com/cover/79122884-288-k916843.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nice Curer
RomanceTULISAN PERTAMA. ANEH. LEBAY. GAJE. ALURNYA GA JELAS DAN SANGAT UNFAEDAH. GUE AJA SUKA JIJIK KALO BACANYA. JADI KALO LO MERASA ANEH, MUAL DAN JIJIK JANGAN SALAHIN GUE. KARENA GUE UDAH BILANG DARI AWAL. CERITA INI MASIH BANYAK TYPONYA DAN BELUM DIRE...