Part 38

113 12 0
                                    

"Aku.."

"Please Dara, kamu hanya perlu menghadiri pertemuan itu. Actually, itu tidak terlalu bersifat formal. Kau hanya perlu mengobrol dan mungkin, ya.. sedikit minum bersama mereka."

Waw... Minum. Sepertinya dia tau pertemuan itu akan berlangsung di tempat seperti apa.

"Tapi Jass.."

"Di sana ada beberapa kolega, investor dan juga model iklan kita. Mereka orang-orang yang penting untuk projek kita Dara."

"Tapi itu bukan tugasku Jass. Maksudku, bagaimana kalau aku malah mengacaukan pertemuan itu?" Selama ini Aleya hanya diberi tugas untuk mencari lokasi dan dia tidak berkewajiban untuk menghadiri pertemuan-pertemuan seperti itu

"Aku yakin kamu bisa, Dara. Aku mohon.."

Kening Aleya terturun memandang wajah Jassi yang bercoret hitam ditambah mata bengkak memohon kepadanya.

Aleya tertunduk diam, mungkin untuk berpikir.

Dan setelah beberapa saat Aleya akhirnya mengangguk. Dia tidak tega untuk menolak permohonan Jassi. Bagaimana jika seandainya yang menangis itu Aleya? Bagaimana jika dirinya yang memohon kepada Jassi? Tentu jika Aleya jadi Jassi dia pasti akan sedih jika harus pergi dengan keadaan seperti itu.

"Baiklah, aku akan pergi."

"Benarkah? Benarkah Dara? Owh terima kasih Dara!"

Jassi langsung memeluk Aleya sambil mengucapkan terima kasih. Aleya bisa merasakan bahwa Jassi benar-benar berterima kasih kepadanya.

Oke Aleya. Pergi ke sebuah pertemuan itu terdengar tidak terlalu buruk. Mungkin di sana Aleya bisa mendapat sebuah pengalaman baru.

"Di mana tempat pertemuan itu?"

* * * * * * *

Aleya memakai kaos putih dengan blazer hitam di luarnya serta celana jeans hitam untuk pertemuan jam sembilan nanti. Jujur saja Aleya merasa sedikit grogi dan gugup karena dia tidak pernah menghadiri pertemuan sebelumnya. Dia sempat bingung harus mengenakan apa jadi dia putuskan untuk mengenakan yang kasual saja.

"Apa kau serius akan mengenakan pakaian itu, Dara?" Jassi tampak syok melihat penampilan Aleya.

Aleya yang sedang menyisir rambutnya di depan kaca berbalik menghadap Jassi yang duduk di atas tempat tidur.

"Actually, I don't know what to wear, Jass." Aleya menjawab lalu tertawa.

"Well, you have the luxury of looking beautiful regardless of what you wear." balas Jassi.

"Owh thank you.." Aleya memberikan senyuman untuk temannya itu.

"Tapi aku rasa kamu lebih baik menggunakan sesuatu yang lebih feminim. Kau tau.. Seperti sebuah dress malam."

Kening Aleya berkerut, sebuah dress? Haruskah dia?

"Dress? Kenapa?"

"Ya Tuhan, Dara.... Apa kau ingin projek kita gagal karena investor yang tidak terkesan dengan penampilanmu?"

"Apa?" memangnya apa yang salah dengan penampilan Aleya?

Jassi turun dari tempat tidur dan berjalan menuju lemari kemudian membukanya. Dia mengambil sebuah benda berwarna biru lalu memberikannya kepada Aleya.

"Pakai ini."

Aleya mendaratkan matanya kepada dress biru yang dihulurkan Jassi.

"Apa aku harus memakai itu?" Aleya merasa kurang yakin.

Nice CurerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang