Indra berlari mengejar Aleya yang sedang menunggu taksi di pinggir jalan tidak jauh dari kafetaria tempat mereka makan tadi. Cuaca di Portland saat ini memang sedikit dingin karena sudah mulai masuk ke sesi pergantian musim. Aleya memeluk tubuh sambil menantikan adanya taksi yang akan lewat.
"Dara!" panggil Indra dari belakang.
Aleya menoleh ke belakang.
"Kenapa?" tanya Aleya saat Indra sudah berada di dekatnya.
"Lo mau balik office kan? Bareng gue aja." Indra mengeluarkan kunci mobil dari dalam saku celananya.
"Nggak usah deh. Nanti orang-orang di kantor pada salah paham lagi waktu liat kita datang bareng." Aleya beralasan.
"Ya biarin aja mereka salah paham." jawab Indra dengan cuek.
"Aish.. Gue kan harus mempertahankan imej gue di kantor."
"Udah jangan sok-sokan jaga imej segala. Nanti kalau lo mati beku di sini, gue lagi yang disalahin emak lo. Ikut gue." Indra menarik tangan Aleya dan menuntunnya menuju area parkir mobil.
"Masuk."
Aleya hanya menurut dan masuk ke dalam mobil. Hal itu membuat Indra senang. Dengan cepat Indra mengitari mobil, membuka pintu dan duduk di kursi kemudi. Indra menoleh ke Aleya sesaat sebelum menghidupkan mobilnya menuju ke kantor mereka.
"Let's goo...."
Akhirnya mereka berdua sampai di depan kantor mereka. Aleya melepaskan seat belt dan bersiap untuk membuka pintu tapi, Indra menahan pergerakan Aleya.
"Ra.." panggil Indra sambil memegang bahu Aleya.
Aleya menoleh memandang wajah Indra.
"Kenapa lagi?"
"Er..." Indra menggaru belakang kepalanya. Mungkin memikirkan kata apa yang tepat dan mudah dimengerti Aleya.
"Hari minggu nanti... Lo ada acara nggak?"
"Kenapa?" Aleya terlihat kaget dan heran.
"Ada nggak?" Indra menunggu jawaban dari Aleya.
"Ada. Gue mau tidur." jawab Aleya selamba lalu membuka pintu mobil dan berjalan menuju lobi.
Indra yang melihat itu mengeluh sambil melepaskan seat beltnya dan turun dari mobil.
"Dara!" Begitu Aleya berada di dalam lobi, sebuah panggilan telah menyambutnya.
Seorang wanita berambut pirang dan berkulit putih menghampiri Aleya dengan terburu-buru.
"Dara! Mister Johnson mencari kamu!" pekik Amy. Amy adalah senior sekaligus salah satu karyawan yang menjadi teman Aleya di kantor ini. Mereka berdua cukup akrab. Tapi tidak seakrab Katrina dan Shinta. Meski begitu, menurut Aleya, Amy adalah orang yang baik.
"Ada apa Amy?!" Aleya ikut memekik karena panik.
"Mister Johnson mencari kamu dan dia terlihat.. marah." kata 'marah' sengaja dipelankan untuk membuat Aleya tenang.
"Why?" Namun bukannya tenang, kepanikan Aleya seakan bertambah menjadi 200 persen.
"I don't know. He doesn't told me."
"Oh Amy.. What should I do??" Aleya mulai panik sendiri sambil menggoyang-goyangkan tangan Amy.
"Calm down Dara.. Take a breath first." Amy coba menenangkan Aleya yang panik melebihi anak gadis yang akan dikawin paksakan itu.
Aleya menarik napas dan membuangnya. Tarik kembali.. dan dibuang lagi.
"You relax now?"
Aleya mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nice Curer
RomanceTULISAN PERTAMA. ANEH. LEBAY. GAJE. ALURNYA GA JELAS DAN SANGAT UNFAEDAH. GUE AJA SUKA JIJIK KALO BACANYA. JADI KALO LO MERASA ANEH, MUAL DAN JIJIK JANGAN SALAHIN GUE. KARENA GUE UDAH BILANG DARI AWAL. CERITA INI MASIH BANYAK TYPONYA DAN BELUM DIRE...