Harris sesekali menoleh ke kiri memperhatikan Aleya yang duduk diam di sampingnya dan belum mengeluarkan suara sejak mereka masuk ke mobil tadi.
Apa mungkin Aleya tertidur?
Tentu. Tentu saja dia akan tertidur setelah mabuk seperti itu.
Ini gila. Harris sadar dia seharusnya tidak melakukan ini. Dia membawa mantan pacarnya yang sedang dalam keadaan mabuk dan meninggalkan calon tunanganya yang juga mabuk sendirian di klub malam itu.
Tidak.. Rebecca tidak sendiri, dia bersama dengan cowok bule itu. Harris rasa namanya.. Nahtan? Iya Nahtan. Harris yakin Rebbeca akan baik-baik saja.
Tapi ini tetap saja salah.
Namun di sisi lain Harris juga tidak bisa mengabaikan Aleya lebih lama lagi. Semua kata-kata Aleya sewaktu di taman tadi. Kata-kata kasarnya. Itu semua membuat Harris gila.
Harris tau Aleya mengatakan itu dalam keadaan tidak sadarkan diri. Dia mabuk dan mungkin saja dia akan benar-benar melakukan hal yang buruk jika saja Harris tidak menahannya. Iya.. Itu selalu terjadi kepada seorang gadis yang mabuk dan Aleya tidak boleh menjadi salah satu dari mereka.
Harris menepikan mobilnya dan berhenti di tepi jalanan yang lumayan sepi. Dia kemudian melepaskan sabuk pengamannya lalu mendekati Aleya.
Aleya tertidur dengan pulas. Wajahnya nampak kelelahan namun tetap saja terlihat cantik dan lucu seperti yang dulu. Seperti biasanya.
Harris bersumpah dia akan dengan senang hati menukarkan seluruh sisa umurnya hanya agar bisa menatap Aleya seperti ini. Dekat dengannya seperti ini. Begitu tenang dan damai. Aleya sangat cantik sekali. Ya, dia selalu cantik, Aleya cantik dengan segala yang dimilikinya.
Dengan senyum yang menghias di bibir, Harris mengambil kesempatan itu untuk memandangi wajah Aleya selama beberapa saat. Dia menyentuh pipi Aleya dengan lembut sambil merapikan rambut Aleya yang mengganggu wajah cantiknya. Pipi Aleya terasa panas dan Harris bisa merasakan itu di antara jari-jarinya.
Harris tidak bisa menahan keinginannya lagi. Dia memberikan sebuah kecupan di pipi kanan Aleya dengan lembut agar tidak membuat gadis itu terbangun.
"I'm sorry.." bisik Harris di telinga Aleya. Hanya itu yang bisa dikatakannya saat ini.
Harris kembali ke posisi duduknya semula kemudian memasang sabuk pengaman dan melanjutkan perjalanannya.
Sekitar dua puluh menit kemudian Harris sampai di depan bangunan hotel milik om Backtiar. Dia di sini untuk mengantarkan Aleya. Harris hanya akan mengantarkan Aleya ke kamar hotelnya dan setelah itu mungkin dia akan kembali menemui Rebbeca untuk memeriksa keadaan calon tunangannya itu.
Harris memarkirkan mobilnya dan melepaskan sabuk pengamannya namun kegiatan itu terhenti saat dia melihat seseorang.
Orang itu..
Indra Pratama.
Harris tertegun.
Apa yang dilakukan orang itu di sini? Apa dia menginap bersama Aleya? Apa mereka bersama selama empat tahun ini? Begitu? Harris memperhatikan Indra yang mondar mandir di depan lobi hotel dengan ponsel di telinganya. Wajahnya terlihat gelisah seperti orang panik.
Apa dia sedang mencari Aleya?
Harris mengarahkan pandangannya kepada Aleya yang masih tertidur di sampingnya.
Wajah Aleya direnung cukup lama.
Niatnya tiba-tiba berubah. Harris tidak ingin mengantar Aleya ke hotelnya. Dia tidak ingin cowok itu melihat Aleya yang dalam keadaan mabuk lalu mengantarkannya ke kamar hotel. Harris tidak rela meninggalkan Aleya di sini dan membiarkan Indra berada di samping Aleya.
Harris cepat-cepat menghidupkan mesin mobilnya kembali dan keluar dari area parkir lalu meninggalkan tempat itu.
Mobil Harris melaju memecah keheningan malam. Aleya yang tertidur samping menggeliat kemudian kembali tertidur lagi. Mobil itu melewati jalanan kecil seperti gang dan berkerikil yang membuat tubuh Aleya sedikit terguncang-guncang.
Dan setelah sepuluh menit menyusuri gang kecil tadi, kini Harris telah sampai di depan sebuah vila berwarna putih dengan danau di sampingnya.
Harris membuka sabuk pengaman dan keluar dari mobil lalu berjalan menuju vila itu.
Dia menarik tali kecil di samping pintu dan sesaat setelah tali itu ditarik, sebuah tirai kecil turun dan ada sebuah kotak tipis berisi kunci di dalamnya.
Harris mengambil kunci lalu menggulung tirai itu dan menyembunyikannya di atap seperti sedia kala.
Dia mendekati pintu dan membukanya dengan menggunakan kunci itu.
Pintu pun terbuka..
Harris berpaling dan berjalan menuju mobilnya.
Dia membuka pintu di sisi Aleya lalu memandangi Aleya yang masih tertidur sebelum akhirnya mengeluarkannya dengan cara digendong. Setelah menutup pintu mobil dengan kaki, Harris segera membawa Aleya masuk ke dalam vila itu.
* * * * * * * * *
"What?" Indra hampir membuat Jassi melompat karena teriakannya itu."Bagaimana bisa Jass? Kenapa lo minta Aleya buat gantiin lo?" Indra menaruh tangannya di sela-sela rambut karena merasa frustrasi dengan keadaan ini.
"What did you just say? Please talk to me in English." pinta Jassi. Dia tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Indra barusan.
Indra menghela napas.
"She can't drink, Aleya never can drink. Until you demand her to damage your problem then she go with someone like Nathan who brought her go to the some club! Now she has drunk. Really drunk!" teriak Indra.
Jassi menutup mulutnya dengan tangan.
"Apa ada sesuatu yang buruk terjadi pada Dara? Katakan kepadaku Indra. Aku minta maaf.. Aku tidak tau kalau ini akan berakhir buruk." Jassi terlihat panik dan dia menangis.
"Apa kau sudah menghubungi Nathan? Aku yakin Nathan pasti sedang bersama dengan Dara. Apa kau ingin aku menghubungi Nathan untukmu? Tunggu sebentar." Jassi beranjak mengambil ponselnya.
"Itu tidak perlu.. " ucap Indra yang membuat pergerakan Jassi terhenti.
Jassi berpaling menatap Indra.
"Why?"
"Nathan bilang kalau Dara meninggalkan pertemuan itu untuk pergi ke toilet, namun dia tidak pernah kembali lagi." suara Indra terdengar lemah dan bergetar. Dia sangat mengkhawatirkan keselamatan Aleya.
Sebenarnya di mana Aleya berada?
"Ya Tuhan apa yang harus kita lakukan...?" Jassi kembali menutup mulutnya.
Indra yang berdiri di depan pintu kamar Jassi menyapu matanya yang sedikit berair.
"Aku akan pergi untuk mencari Dara. Jass, jika ada kabar tentang Dara atau jika dia kembali ke sini, segera hubungi aku." pinta Indra yang dibalas Jassi dengan anggukan.
"Aku akan mengabarimu." jawab Jassi.
Indra mengangguk lalu pergi dari situ untuk mencari keberadaan Aleya lagi.
Indra sebenarnya sangat ingin melapor ke polisi tapi dia sadar kalau Aleya belum hilang lebih dari dua puluh empat jam.
Yang sekarang bisa dia lakukan hanyalah mencari Aleya dengan berkeliling menelusuri jalanan di Yogyakarta.
.
.
.
.
.
.
Bersambung...Tolong maafkeun kalau bahasa inggris author rada berantakan :v
KAMU SEDANG MEMBACA
Nice Curer
RomanceTULISAN PERTAMA. ANEH. LEBAY. GAJE. ALURNYA GA JELAS DAN SANGAT UNFAEDAH. GUE AJA SUKA JIJIK KALO BACANYA. JADI KALO LO MERASA ANEH, MUAL DAN JIJIK JANGAN SALAHIN GUE. KARENA GUE UDAH BILANG DARI AWAL. CERITA INI MASIH BANYAK TYPONYA DAN BELUM DIRE...