Part 17

370 38 5
                                    

"Papa ingin kita makan malam bersama," Harris terdiam. Dia memandangi ayahnya seakan tidak percaya, bagaimana bisa ayahnya meminta sesuatu yang jelas-jelas tidak akan pernah dilakukannya?

"Ternyata papa masih belum berubah. Papa masih saja mengharapkan Harris menyukai orang itu? Papa ga sadar bahwa selama ini Harris mencoba bersikap baik dan itu semua agar papa bisa mengerti apa yang Harris rasakan. Demi mama, setidaknya menyesallah walau hanya sedikit!" Harris bangkit dari duduknya dengan wajah yang terlihat kesal. Kenapa ayahnya selalu saja ingin memancing emosinya?

Harris sudah akan pergi namun ayahnya mengatakan sesuatu yang benar-benar tidak bisa dipercayainya.

"Kamu pikir hanya mamamu saja yang menderita? Papamu ini, papamu ini juga menderita Harriiiis!!" Rizal memukul-mukul dada sambil berusaha menunjukkan bahwa dirinya juga menderita.

Harris menoleh, "Sekarang papa bahkan mencoba untuk menyalahkan mama atas apa yang terjadi. Apa sebegitu cintanya papa dengan perempuan itu?"

"Itu semua bukan kesalahan dia Harris,"

"Berani-beraninya papa membela pelacur sampah itu di depan Harris!" teriak Harris.

Plak!!

"Jaga omongan kamu Harris!! Kamu tidak berhak mengatakan apapun tentang dia, kamu bahkan tidak tau apa-apa!"

Harris terdiam. Pipinya memerah begitu juga dengan matanya. Untuk kesekian kali, ayahnya menampar Harris hanya karena dia menjelekkan orang itu. Harris menatap ayahnya sambil menahan amarah, "Apa papa juga melakukan ini kepada mama?"

Rizal terdiam, tidak menyangka dengan apa yang ditanyakan oleh anaknya.

"JA..WA..B HARRIS PAAA!!" gesaknya. Wajah Harris memerah dan rahangnya mengeras. Emosinya benar-benar memuncak. Lalu, airmata Harris jatuh perlahan membasahi pipinya yang memerah bekas tamparan. Sakitnya tamparan sang ayah tidak seberapa dengan sakit di dalam hatinya.

Sementara sang ayah hanya bisa berdiam diri.

Melihat ayahnya yang tidak menghiraukannya lagi, Harris tersenyum basi. "Sekarang Harris sadar,"

Rizal mendongakkan kepala, ditatapnya Harris yang terlihat sangat emosi.

"Menikahlah jika papa begitu menginginkannya setengah mati,"

"Harris..."

"MENIKAHLAH, dengan perempuan itu. Tapi mulai sekarang, " Harris menjeda perkataannya dan menatap ayahnya dengan dingin, "Kau bukan lagi ayahku."

Segera setelah mengatakan itu, Harris langsung keluar dari kamarnya dan meninggalkan Rizal seorang diri. Hati, jiwa dan pikiran Harris terasa hancur menerima kenyataan bahwa ayahnya, orangtua satu-satunya yang dimilikinya lebih membela dan memilih orang lain ketimbang dirinya.

**********

Aleya berlari mengitari taman begitu dirinya mendapatkan telepon. Dia mencari dan mengelilingi tempat itu dan tak lama kemudian dia melihat seseorang yang sedang duduk di bangku taman sambil menundukkan kepalanya. Aleya mendekati orang itu.

"Harris?" panggil Aleya perlahan.

Aleya langsung terkedu saat Harris mendongakkan kepalanya. Wajah Harris terlihat menyedihkan. Airmatanya terus mengalir membasahi pipinya yang memerah. Ditambah dengan tatapan matanya yang terlihat begitu sendu. Harris nampak kacau.

"Ka..mu kenapa?" tanya Aleya khawatir. Harris perlahan bangkit dari duduknya, dipandangnya wajah Aleya sambil menitikkan airmata.

Nice CurerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang