Part 36

166 14 7
                                    

Aleya yang sudah berpakaian rapi keluar dari kamar lalu turun menuju lantai dasar dan berjalan menuju Ballroom hotel untuk menghampiri beberapa rekan kerjanya yang sedang berkumpul di sana.

Hari ini Aleya memutuskan untuk mengenakan pakaian yang tidak terlalu formal. Dia mengenakan kemeja biru awan berbahan sifon dan celana jeans hitam yang membuat Aleya nampak lebih santai namun tetap terlihat rapi.

Dari kejauhan Aleya melihat Indra yang sedang mengobrol bersama Dony dan beberapa rekan kerja lainnya. Aleya merasa sepertinya Indra dan Dony terlihat semakin akrab setelah dikirim ke tempat ini.

"Hi!" Aleya menyapa mereka dengan senyum riangnya.

"Hi, Dara. How was your night?"

"Do you sleep well last night?"

Aleya menjawab pertanyaan rekannya dengan mengatakan bahwa tadi malam dia tidur dengan cukup nyenyak, tentu itu adalah sebuah kebohongan belaka. Aleya tidak tau, kenapa belakangan ini dirinya sering sekali berbohong. Sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan Aleya?

"Apa yang terjadi kemarin Dara? Kamu pergi ke mana?"

"Iya, kami semua mengkhawatirkan kamu."

"Aku kira kamu tersesat."

"Indra sangat mengkhawatirkan kamu."

Yah... Aleya tau itu.

Aleya mengarahkan pandangannya ke arah Indra, dia melihat Indra hanya diam sambil memandang ke arah lain seolah tidak ingin menyapa Aleya. Apa Indra masih marah?

"Ndra." Aleya coba memanggil sahabatnya itu.

Awalnya Aleya berpikir Indra tidak akan menanggapi panggilannya tapi..

Syukurlah..

Indra menoleh ke arah Aleya dan mengangkat keningnya.

"Er.. Soal yang kemaren, gimana kalo kita ninjau lokasinya hari ini?"

Indra terdiam sesaat, mungkin untuk berpikir. Lalu akhirnya mengangguk. Indra mengangguk walau tidak disertai dengan senyuman manis seperti biasanya. Dia bahkan tidak mengeluarkan suara. Oh Indra... Indra sepertinya sedang jual mahal pemirsa.

"Gimana kalo sekarang?" Aleya bertanya lagi, dia ingin agar Indra berbicara.

"Sekarang?" dan berhasil.

"Yep."

Indra terlihat berpikir sejenak dan dia akhirnya menyetujui permintaan Aleya.

"Ya udah kalo gitu kita siap-siap dulu." Aleya mengangguk dan dengan cepat kembali menuju kamar untuk mengambil tas dan barang keperluan lainnya.

Indra lalu meminjam sebuah mobil yang diperuntukkan khusus untuk mereka.

Setelah itu mereka masuk ke mobil dan langsung pergi menuju lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat pengambilan gambar tersebut.

Saat di perjalanan, Indra terlihat sudah tidak sekaku seperti pagi tadi, tapi Aleya masih belum bisa membaca sikap dan raut wajah Indra, Aleya tidak tau pasti apakah Indra masih marah atau tidak.

Selama di perjalanan mereka hanya berdiam satu sama lain.

"Kita bakal pergi ke mana Ndra?" tanya Aleya akhirnya setelah tiga puluh menit diam.

"Embung Sriten." jawab Indra singkat.

Embung Sriten? Aleya belum pernah mendengar nama itu.

"Kenapa?" Indra seperti tau kalau sekarang Aleya sedang berpikir tentang nama tempat itu.

Nice CurerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang