Part 16

348 36 8
                                    

"Good morning mommy!!" Aleya duduk di meja makan setelah menyapa mamanya dengan satu pelukan hangat.

"Morning juga sayang," ucap Meylanie lalu menaruh sepiring nasi goreng dan segelas susu di meja.

Aleya menciumi aromanya dan mulai menyendokkan sesendok nasi goreng ke mulutnya, "Emm~ nasi goreng bikinan mama itu emang yang paling lezat! The best ma!" Sempat saja Aleya mengacungkan jempolnya disela-sela makan.

Mamanya tertawa melihat Aleya yang nampak ceria. Beliau kemudian ikut duduk sambil memperhatikan Aleya yang sedang makan. Apa aku beritahu dia sekarang ya?

"Leya," panggil Meylanie.

Aleya yang sedang menyuap nasi mendongakkan kepala dan menatap mamanya, "Kenapa ma?"

Meylanie mengentap bibir sebelum memulai ucapannya, "Seandainya mama," Meylanie menatap putrinya, ada sedikit perasaan ragu yang menerpa di hati.

"Seandainya apa ma?" tanya Aleya lalu menyuapkan sesendok lagi nasi goreng ke mulutnya.

Meylanie dengan cepat menggeleng, "Ga kok. Ga ada apa-apa,"

Aleya mulai menyipitkan mata, "Kok Leya curiga ya? Ho, apa jangan-jangan..... mama punya pacar?!" tebak Aleya penuh antusias.

Meylanie hanya diam tidak menjawab, Aleya semakin penasaran, "Betulkan? Betulkan? Betulkan? Ih, mama punya pacar ya?" tanyanya menggesak.

"Siapa ma? Orangnya baik ga? Terus umurnya berapa? Tunggu, tunggu, tunggu," Aleya menatap mamanya dengan kepala yang dimiringkan. "Mama ga pacaran sama brondong kan?"

Mamanya membulatkan mata dan langsung mencubit lengan Aleya. "Hust kamu ini,"

Aleya terkekeh, "Ya siapa tau aja mama jatuh cinta sama brondong kayak di film-film. Jadi mama beneran punya pacar dong? Dia serius ga sama mama?" tanya Aleya menyelidiki.

Melihat sambutan putrinya yang cukup baik, Meylanie merasakan adanya secercah harapan untuk dirinya, "Kalau seandainya mama menikah lagi, kamu merestui mama ga?" tanya beliau sambil memperhatikan reaksi anaknya.

Aleya terdiam sesaat, kemudian dia mengangguk sambil tersenyum, "Apapun yang membuat mama bahagia, Leya akan dukung," Aleya genggaman tangan mamanya.

Meylanie tersenyum bahagia, dia merasa lega mengetahui bahwa putrinya tidak akan menentang niatnya.

"Terus kapan mama bakal nikah? Eh salah, kapan calon suami mama itu melamar mama? Eh tunggu, tunggu, tunggu, umurnya berapa ma? Terus dia sudah pernah nikah atau masih lajang? Terus punya anak ga ma? Mama ga pacaran sama suami orang kan?"

Mamanya tersenyum sambil berkata. "Satu-satu dong nanyanya,"

Aleya tersengih, "Yaudah, first question. Umurnya berapa ma?"

"Kurang lebih seumuran sama Almarhum papa kamu,"

"Sama kayak papa?" Aleya berpikir sejenak, "Berarti empat puluh tahunan dong ya ma?" Mamanya mengangguk.

"Terus dia kerja apa ma? Leya ga mau loh punya papa baru seorang pengangguran,"

Mamanya tertawa, "Kamu ga usah mengkhawatirkan itu sayang. Beliau punya pekerjaan yang tetap,"

Aleya mengangguk, "Pertanyaan terakhir sebelum Leya berangkat sekolah, calon papa Leya itu... punya anak ga ma?"

Meylanie terdiam. Tiba-tiba dia teringat kepada Harris. Anak itu, apa dia akan bisa menerimaku seperti Aleya menerima mas Rizal?

"Ma!" Meylanie tersadar dari lamunan sesaatnya, "Emm?" tanya beliau.

"Ya ampun mama nge-blur, jawab Leya dong ma. Calon papa Leya itu punya anak ga?"

Nice CurerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang