Setelah berada di dalam pesawat selama hampir kurang lebih 27 jam, rombongan Aleya akhirnya tiba di bandara Adisutjibto Yogyakarta pada pukul dua dini hari.
Aleya turun dari pesawat dengan perasaan yang aneh. Entah kenapa, fakta bahwa dia kembali ke Indonesia membuat hatinya terasa bergetar. Ini tempat di mana orang itu mungkin berada, atau mungkin tidak. Owh bagus sekali.. Dia baru saja sampai di sini dan dia sudah memikirkan tentang orang itu? Ayolah Aleya ini Yogyakarta dan bukannya Jakarta. Bahkan di saat seperti ini hatinya malah berharap jika saja dia bisa bertemu dengan Harris.
Harris, Harris, dan Harris.
Nama itu masih saja tetap eksis di dalam hati Aleya.
Sebuah tepukan di bahu membuat pemikiran Aleya terhenti. Dia menoleh ke samping dan mendapati Indra tersenyum kepadanya.
"Are you okay miss?"
Aleya mencebik dan menyiku perut Indra hingga membuat lelaki itu meringis tapi tidak lama kemudian tertawa kecil.
"Gue ngantuk Ndra." Hanya itu kata yang mampu diucapkan Aleya.
"Bentar lagi juga sampai, tahan aja dulu."
Aleya hanya mengangguk dan tidak menjawabnya lagi.
Setelah berada di luar bandara, mereka kemudian masuk ke dalam mobil yang telah disewa dan langsung menuju ke salah satu hotel untuk mengistirahatkan tubuh mereka.
Ada tujuh orang rekan kerja Aleya yang ikut dalam perjalanan bisnis ini. Lima diantaranya adalah orang asing sementara satu orang berasal dari Singapura lalu sisanya adalah Aleya dan Indra.
"Dara, ini kunci kamar lo."
Indra memberikan kunci kamar bernomor 35 kepada Aleya.
"Lo nanti sekamar sama Jassi." Jassi adalah rekan perempuan satu-satunya yang ikut dalam perjalanan ini. Aleya sebenarnya sangat berharap kalau yang ikut perjalanan adalah Amy. Tapi sayangnya Amy malah diminta untuk melakukan pekerjaan lain oleh si Jones Remason.
Satu kamar dengan Jassi.. Mungkin Aleya akan merasa kurang nyaman karena dia tidak terlalu akrab dengan wanita berdarah Skotlandia itu.
Aleya berterima kasih kepada Indra sebelum akhirnya berjalan untuk mencari teman sekamarnya, Jassi Stainhold.
Wanita berkulit putih pucat itu terlihat sedang duduk di sebuah sofa sambil memijat bahu dan lehernya.
"Hai Jass." Aleya menghampiri Jassi dan menyapanya.
"What?" Dia menatap Aleya dengan wajah yang terlihat kesal.
Lihat.. Kalian lihat sendiri betapa tidak ramahnya dia.
"I think you should go in our room right now, you looks exhaunted."
"What?? Our room? Jadi maksud kamu... kita berbagi kamar?" Jassi menampilkan muka terkejut ala-ala bule pada umumnya.
Aleya mengangguk lalu memasang wajah keheranan. Jangan bilang kalau ini bule pengen kamar sendiri lagi..
"Owh maaf, ini bukan berarti aku tidak mau berbagi kamar dengan kamu. Maaf, aku hanya terkejut." Jassi tertawa kecil sambil bangkit dari duduknya.
Aleya?
Dia hanya bisa membalas candaan garing Jassi dengan sebuah senyuman terpaksa.
Begitu mereka masuk ke dalam kamar, mereka berdua langsung merebahkan diri ke atas tempat tidur.
Luar biasa sekali.
Mungkin karena efek duduk di kursi pesawat selama hampir 27 jam, Aleya merasakan tempat tidur yang dia tempati sekarang adalah tempat tidur paling empuk dan nikmat yang pernah dia rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nice Curer
RomanceTULISAN PERTAMA. ANEH. LEBAY. GAJE. ALURNYA GA JELAS DAN SANGAT UNFAEDAH. GUE AJA SUKA JIJIK KALO BACANYA. JADI KALO LO MERASA ANEH, MUAL DAN JIJIK JANGAN SALAHIN GUE. KARENA GUE UDAH BILANG DARI AWAL. CERITA INI MASIH BANYAK TYPONYA DAN BELUM DIRE...