Part 32

162 16 4
                                    

Mulut Aleya terbuka dan matanya melebar saat mendengar penjelasan yang baru saja dikatakan oleh Indra. Sadar kalau mulutnya terlalu terbuka, Aleya lalu menutupnya dengan tapak tangannya.

Indra menatap Aleya tanpa berkedip sedikitpun dan mencoba untuk merekam seperti apa reaksi Aleya lalu menyimpannya di memori otak.

Namun sudah satu menit lebih dua puluh lima detik berlalu, Aleya masih saja konsisten dengan ekspresi pertamanya.

"Serius Ndra?" Aleya bertanya untuk kali ketiga.

Indra mengangguk sambil tersenyum.

Satu..

Dua..

Tiga..

"Aarrrgghhh Indra thank you so much!!" Aleya langsung memeluk Indra sambil melompat-lompat karena terlalu gembira. Betapa bahagianya dia saat mengetahui tentang ini! Sekarang masalahnya sudah terpecahkan dan dia tidak perlu khawatir lagi tentang laporannya.

Aleya tidak bisa menggambarkan seperti apa rasa bahagia yang dia rasakan sekarang. Mungkin setara dengan rasa bahagia saat dinikahi Shawn Mendes ataupun Harry Styles. Dia merasa seperti ada beban yang terangkat dari kepalanya. Dan ini semua berkat Indra!

Indra yang dipeluk tersenyum dan saat ingin membalas pelukan, sayangnya Aleya sudah lebih dulu menjauh dan melepaskan pelukan itu lalu menatap wajah Indra.

"Ndra, gue nggak mimpi kan? Gue nggak mimpi kan? Cubit gue please.."

Tanpa banyak kata Indra langsung mencubit pipi Aleya dengan keras.

Aleya menjerit dan memegang pipinya lalu mengusapnya. Dia langsung menjeling Indra, Indra tertawa cekikikan melihat itu.

"Sakit tau Ndra..." Aleya memberitahu sambil masih mengusap pipinya.

"Loh, tadi kan lo yang minta dicubit?"

"Iya tapi nggak usah kenceng juga kali.."

"Sorry-sorry, sakit banget ya?" Wajah Indra berubah jadi serius dan terlihat cemas. Dia mendekati Aleya lalu menyentuh pipi Aleya dan mengusapnya.

Nah... Sekarang giliran Aleya yang merasa serba salah. Dia langsung menjauhkan wajahnya dari tangan Indra seraya berkata bahwa dia baik-baik saja.

"Nggak usah kaget gitu Ra.. Gue cuma mau ngusap pipi lo doang, bukannya cium lo kali." Indra tertawa kecil melihat reaksi Aleya.

Aleya langsung kaget mendengar ucapan Indra yang sangat lain dari biasanya itu. Tapi dia lebih memilih untuk mengabaikannya. Dia masih memiliki banyak hal yang lebih penting dari sekedar meladeni candaan dan gangguan dari Indra. Dia harus tau soal bagaimana Indra bisa menemukan ide tentang tempat itu, dan sejak kapan dia mempersiapkan semua laporan itu? Dan juga kenapa dia berbohong dan mengatakan bahwa laporan itu adalah milik Aleya?

"Kapan lo bikin laporan itu, Ndra?"

"Waktu laporan lo kena reject." balas Indra tanpa berlama-lama.

Kening Aleya berkerut, bukannya saat itu Aleya cuma mengatakan tentang laporannya yang ditolak ya? Lantas bagaimana Indra bisa tau setiap detail tentang konsep laporan Aleya?

"Terus.. Lo tau dari mana tentang konsepnya?" Aleya memasang wajah penuh selidik sambil menaikkan sebelah alisnya.

Riak wajah Indra terlihat langsung berubah seperti orang yang sedang panik. Tapi itu hanya sesaat sebelum dia akhirnya tersenyum.

"Dari mana gue tau itu nggak penting, yang penting kan sekarang lo bisa tenang dan nggak perlu kasak-kusuk mikirin laporan itu lagi."

"Terus.. kenapa lo milih Jogja?"

Nice CurerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang