Part 41

144 14 1
                                    

Aleya keluar dari tempat itu karena merasa kesal kemudian dia duduk di bangku sebuah taman berseberangan dengan klub malam itu. Dia duduk sambil menyeka airmata yang membasahi mata dan pipinya.

Apa itu tadi?

Aleya tidak mengerti kenapa Harris bisa berada tepat di saat-saat yang pas seperti itu. Aleya merasa bersyukur, tapi dia juga merasa kesal karena Harris yang tidak mau berhenti memukuli pria itu meski Aleya sudah memintanya.

Aleya menggeleng kepala mencoba untuk melupakan tentang hal itu. Dia lalu memijit-mijit pelipisnya yang terasa berdenyut dan pusing. Ketika Aleya menatap ke objek yang berada di depan, dia melihat beberapa mobil yang awalnya diam terpakir perlahan mulai bergerak lalu berputar dan menari-nari di depan matanya.

Apa yang terjadi dengan mobil-mobil itu?

Aleya membuka dompetnya untuk mengambil ponsel yang dia taruh di sana. Begitu ponsel itu diambil, benda itu lepas dari tangan Aleya dan terjatuh ke tanah.

Oh astaga..

Aleya menekuk tubuhnya untuk mengambil ponsel itu kembali, dan tepat saat Aleya akan mengambil, layar ponsel itu menyala namun tidak mengeluarkan suara. Tentu saja, karena Aleya sudah mengaturnya ke dalam mode hening.

Aleya menerima panggilan itu tanpa memeriksa siapakah dia.

"Hellooo?" Aleya menirukan suara Adele di lagu Hello.

"Dara, lo ada di mana?" itu Indra, suara Indra terdengar seperti ayam hutan.

"Gue? Gue... Ada di surga mungkin?" Aleya memandangi langit yang berbintang kemudian tertawa.

"Ra, lo nggak papa kan? Kenapa lo baru ngangkat telpon gue sekarang?"

"Karena gue suka berisik dan banyak orang juga. Apa itu hah? Lo bau ketek jadi gue nelpon. Apa maksud anda pak?" Aleya tertawa lagi.

"Lo abis minum ya?" suara Indra berubah. Aleya membayangkan Indra dengan wajah dungunya menatap ke Aleya dan itu pasti sangat jelek sekali.

"Minum? Gue minum apa nggak ya? Oh iya, gue minum." Aleya mengengguk-angguk.

"Berapa banyak? Lo minum sama siapa?" dan sekarang suara Indra terdengar menyebalkan.

"Wesss tenang bro.. Gue cuma minum seteguk. Ups.. Maksud gue satu gelas dalam sekali teguk hahahahh.." Aleya kembali tertawa.

"Dara coba kasih tau gue, lo ada di mana sekarang? Biar gue bisa jemput lo." suara Indra terdengar lembut dan pelan.

"Gue mau main dulu Ndra.. Lo jangan cari gue deh, aduh dapat!" Aleya memilin rambut panjangnya lalu menaruhnya ke depan wajah kemudian meniupnya.

"Dara.. Please jangan bikin gue khawatir dan kasih tau gue lo ada di mana?"

"Gue ada di mana?" Aleya mengulang ucapan Indra.

"Dara please gue bak-"

Suara Indra menghilang dari telpon hingga membuat Aleya heran. Dia menyapu rambut yang menutupi wajahnya untuk memeriksa ponselnya.

Ponselnya mati. Oh terima kasih ya Tuhan sekarang Aleya tidak perlu mendengar omelan Indra lagi.

"Leya..."

Aleya mengangkat wajahnya saat mendengar panggilan itu. Dan sekarang, dia melihat Harris yang hanya berjarak beberapa kaki sedang berjalan ke arahnya.

Semakin dekat dan semakin dekat.

"Kamu nggak papa? Apa ada yang luka?" Harris meneliti sekujur tubuh Aleya dengan raut muka penuh kekhawatiran.

"I'm okay." jawab Aleya acuh tak acuk. Raut wajahnya dijaga agar tetap datar. Pandangannya diarahkan ke tempat lain.

Nice CurerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang