Part 45

104 7 0
                                    

Aleya keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah. Baju kaos lengan panjang berwarna abu-abu milik Harris terlihat agak besar di badannya. Jika Aleya menurunkan lengannya, maka tangan Aleya akan menghilang.

Aleya lalu turun ke bawah menatap celana hitam panjangnya. Begitu panjang sampai-sampai menutupi separu kaki Aleya.

Sumpah, gue berasa aneh dengan keadaan gue sekarang. Tapi nggak papa lah. Seenggaknya gue masih ada baju yekan?

Aley berjalan sambil celingak celinguk mencari keberadaan Harris. Di mana ya dia?

Dia menuju ruang tamu untuk mengambil dompetnya yang tergeletak di situ. Sambil duduk, dompet yang basah itu dibuka lalu Aleya menghela napas.

Semuanya basah. Duit, ktp, serta beberapa lembar kartu nama dan ponsel.

Kira-kira ponselnya rusak tidak ya? Aleya bimbang dengan itu. Lebih bimbang saat dia memikirkan Indra yang mungkin sedang menunggu telepon darinya.

Aleya bangun dari duduk lalu berjalan mencari keberadaan Harris. Dia ingin meminjam charger Harris untuk memeriksa apakah ponselnya masih berfungsi.

Aleya sampai di depan pintu sebuah kamar. Entah ini kamar Harris atau bukan. Di Villa ini hanya ada tiga kamar. Kalau bukan ini berarti yang satunya.

Pintu di ketuk.

"Harris..." panggil Aleya.

Tidak ada jawaban.

Ketuk sekali lagi.

Pintu terbuka.

"Kenapa Leya?"

Aleya baru saja ingin membuka mulut tapi suaranya seakan tertahan di kerongkongan. Matanya tidak berkedip sedikitpun melihat Harris yang toples dan hanya mengenakan celana olah raga. Selembar handuk terkalung di leher tanda kalau dia baru selesai mengeringkan tubuh dan rambutnya.

Eh Aleya... Sadar! Kenapa lo jadi melongo kayak orang gila gini nih?

Aleya berdehem lalu melarikan pandangannya ke arah lain.

"Aku cuman mau minjem charger kamu. Kalo ada." Aleya mengangkat ponselnya sambil bicara terbata-bata.

"Ponsel kamu mati?" Aleya mengangguk tapi masih enggan menatap Harris.

"Oke tunggu bentar." Harris berjalan ke dalam kamarnya tanpa menutup pintu. Dan itu membuat Aleya berkesempatan untuk mengangkat wajah lalu memandangi tubuh sixpack nan indah milik Harris.

Sumpah, tubuh Harris kok jadi makin seksi sih kalo lagi nggak pake baju? Aleya meneguk liur lalu dia menggeleng untuk membuang pikirannya.

Pikiran kotor maksudnya. Kalo pikiran sehatnya yang dibuang nanti Aleya nggak punya pikiran lagi dong.

"Nih." Harris memberikan charger ponselnya kepada Aleya dan membuat gadis itu keluar dari lamunannya lalu menatap Harris yang kini sudah berdiri didepan matanya.

"Oh?" ucap Aleya blur.

"Mau diisi di sini?" tawar Harris lembut yang langsung dibalas Aleya dengan kerutan kening. Entah karena Aleya ogeb atau karena pikirannya yang sudah konslet sedari tadi, kata-kata yang diucapkan Harris seolah terdengar rada ambigu di telinga Aleya.

"Maksudnya?"

"Maksud aku, kamu charge punya kamu biar aku keluar." tambah Harris lagi berusaha menjelaskan.

Shit. Kok gue berasa makin ambigu sih Ris?

"Nggak ngerti..." Aleya nyengir sambil menggaru belakang kepalanya.

Nice CurerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang