Cincin

1.5K 54 0
                                        


Sudah diedit
Selamat membaca

***

Jangan terlalu cepat.
Aku takut janji kita tak bertepat.
-Natasya Kayla Andrean-

***


Paling tidak, ini jadi ikatan.
Biar kamu ingat,
Kalo kita jauh, ada benda kecil melingkar yang aku berikan.
Bukan perhitungan,
Tapi ini perjuangan.
-Gentar Alandra-

***


Jangan tanya lagi hubungan Gentar dan Nata. Semua berjalan lancar, dan semakin membaik. Sebagian teman mereka, memahami dan tidak menyalahkan Nata lagi, setelah usaha Gentar yang menjelaskan berulang kali ke teman temannya.

Setelah 17 Nata berlalu, Gentar semakin menunjukkan keseriusan hubungannya dengan Nata. Dia selalu menjaga perasaan Nata. Seperti pasangan muda yang lainnya, Gentar memprioritaskan Nata. Tapi, yang namanya hubungan jelas dibumbui dengan berbagai halangan, rasa sakit pun tidak membiarkan hubungan mereka tenang-tenang saja.
Seperti.. 

"Jadi, kamu Gentar. Jika kamu menjadi kepala keluarga, sedangkan istrimu berbeda agama, apa yang kamu lakukan?" tanya Guru perempuan yang sedang menjelaskan materi saat ini.

Gentar berdiam saja. Bukan tidak mau menjawab, tapi Gentar sedang melamun dan selalu membungkamkan mulut jika konsentrasinya belum kembali.

"Gimana Bu?" tanya Gentar dengan cengiran khas kebingungannya.

"Kamu maju ke depan sama Gina" Nata menundukkan kepalanya, jantungnya terasa sesak, sulit napas setiap mendengar nama Gentar dan Gina diucapkan bersamaan oleh guru-guru yang mengajarinya. Memang hubungan mereka kerap sekali diketahui hampir seluruh guru yang mengajar mereka.

Gentar bangun diikuti Gina, mereka berdiri di depan kelas. Sorak dari teman-teman beragam. Ada yang menyetujui kembalinya hubungan Gina Gentar, ada juga yang menyindir jika Nata merasakan cemburu. Itu memang benar.

"Andaikan seperti ini. Kamu islam tetapi Gina non islam. Lalu, karena cinta kamu meminta Gina untuk menjadi istrimu. Apa yang kamu lakukan? Meminta Gina berpindah agama, atau membiarkan Gina dengan agamanya, karena Gina mempunyai hak kebebasan dalam beragama?" Guru ppkn itu menjelaskan dengan menggunakan pengibaratan yang membuat jantung Nata tertohok berulang kali. Nata semakin menundukkan kepalanya, ragu untuk melihat pandangan sepasang remaja di depan sana.

"Tidak cinta Bu" jawab Gentar dengan bahasa bakunya dan penuh baper itu. Dia terlalu jujur berkata sampai pelajaran saja, dikira beneran.

"Ini kan seandainya Tar" jelas guru perempuan itu terkekeh.

"Jangan seperti ini Bu, takut ada yang cemburu" Gina angkat bicara. Nata langsung mengangkat kepalanya untuk melihat karena refleks mendengar perkataan Gina.

"Kembali lagi ke pelajaran.." Guru itu mengalihkan pembicaraan, di dalam hati guru itu, jelas semua terjawab. Gina Gentar tidaklah menjadi pasangan pintar lagi yang dicari-cari untuk perlombaan. Mereka sudah sulit untuk kompak.

"Gimana Gentar?" tanya ibu guru lagi. Mengingatkan materi yang sedang dibahas saat seisi kelas berisik dengan pendapat mereka bukan tentang pelajaran, tetapi tentang Gina dan Gentar.

"Tapi ini jangan diibaratkan dengan dia ya Bu. Kalau saya, lebih baik meminta istri saya yang berbeda agama itu untuk ikut dengan saya. Tapi, doanya dapat yang seagama saja Bu" jawab Gentar mantap.

Jatuh ( C O M P L E T E D ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang