Terakhir

2.1K 51 3
                                    


Sudah diedit
Selamat membaca

***


Dan kamu pun akhirnya sama,
Meninggalkan tanpa kata,
Di ujung senja,
Ketika langit masih berjingga.
-Natasya Kayla Andrean-

***

Semenjak pulang dari Bali, Nata dan Aldi semakin dekat. Lusa, mereka berniat jalan bersama. Sekolah? Lebih sering pulang bareng walaupun beda sekolahan.

Padahal Aldi masih pacaran, tapi ya gitu alasannya, pacarnya tahu dan tidak masalah. Kalian berpikir Nata pengrusak? Jangan yaa, coba yang pertama mencoba dekat siapa? Kalian menilai Nata bersalah? Ya. Karena Nata tahu Aldi masih punya gandengan, tapi apa ada salah, jika dia hanya berniat berteman? Tidak bukan?

Nata juga mulai melupakan pacar Aldi karena mungkin Nata mulai nyaman dan takut kehilangan Aldi. Rizal? Masih sama. Dia dan Rizal baik-baik saja. Mereka masih sering chat kok. Jangan khawatir.

Nata membuka buku diary nya, dia suka sekali menulis. Membuat puisi, dan seketika menjadi seorang puitis. Bukan hanya waktu istirahat, saat pelajaranpun jika dia menemukan kata-kata, dia menyempatkan membuka buku diary nya untuk menuangkan segala rasa.

Nata membuka setiap lembar dan mencari lembar yang masih bersih. Tangan kanan, sibuk mencari pulpen di tas dan akhirnya ketemu, membuka tutup pulpen dan tinta mengisi lembaran bersih menjadi kotor penuh makna.

Pujaan..
Boleh aku meminta kamu tinggal?
Jangan khawatir dengan dia yang datang.
Karena sebisa mungkin, aku tetap bertahan -Nata

Bel masuk berbunyi tepat ketika Nata menyelesaikan kata-kata. Nata kembali menutup buku diary nya, menaruh kembali ke dalam tas dan mengganti buku pelajaran untuk mengisi meja.

"Nulis lagi?" tanya Lintang setelah duduk di sebelah Nata dan mengeluarkan buku dari tasnya. Nata tersenyum dan kembali memfokuskan pikirannya ke papan tulis.

Di 2 baris dari bangku Nata, Gina dan Gentar saling diam. Nata dengar, mereka sedang ribut gegara Gina mendapatkan chat dari mantannya. Bukan mantan pacar, tapi mantan gebetan ya gagal menjadi pacar.

Gina berulang kali meminta maaf ke Gentar. Bukan Gentar terlalu murah, hanya Gentar tidak mungkin tega membiarkan Ginanya memohon terus dengan mata berkaca seperti itu. Bukan juga Gentar tidak marah, hanya Gentar memaklumi Gina yang di nilai masih batas wajar.

"Maafin Gina tar," mohon Gina. Tangan kanan Gina mendekati tangan kiri Gentar ingin menggenggam. Nata yang melihat itu dari bangkunya, hanya menggeleng-gelengkan kepala. Di hati Nata, dia menggunjing. Apa tidak cukup waktu ke Bali bareng? Sampe saat pelajaran pun harus segitunya?

Kemarin sore juga Nata melihat Gina mengupload fotonya dengan Gentar saat di gendong di pantai kuta. Nata bukan cemburu, Nata saja tidak ada perasaan apapun ke Gentar. Lagi-lagi dijelaskan, Nata hanya tidak suka melihat mereka berlebihan seperti ini

Nata kembali menatap papan tulis dan melanjutkan mencatat. Nata mengabaikan Gina dan Gentar. Lagian tidak ada untungnya, jika dia memikirkan mereka.

Pelajaran selesai, Ibu Guru menutup waktu dengan memberikan salam, seisi kelas berdoa dan berkemas-kemas untuk menuju rumah masing-masing.

Nata merogoh tas bagian depan mencari hp yang belum disentuhnya.

Udah berapa hari
kamu ngilang?

Jatuh ( C O M P L E T E D ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang