Sudah diedit
Selamat membaca***
Aku siap menjatuhkan hatiku sejatuh-jatuhnya.
Walaupun akhirnya jauh dari sang penyangga (batang)
-Natasya Kayla Andrean-***
Nata masih memeluk Rizal. Nyaman. Sangat nyaman. Nata berulang-ulang menyubit lengannya sendiri untuk meyakinkan bahwa moment itu bukanlah suatu mimpi.Untuk memperbanyak waktu bersama, keduanya sengaja makan bareng terlebih dahulu.
"Makan di pinggir jalan aja yaa" tawar Rizal sambil melihat Nata lewat kaca spion.
"Ha, eh Apa?" Nata tidak mendengar tawaran Rizal.
"Makanya fokus e yaang" goda Rizal.
Ah, yaTuhan kok ciptaanmu ini mudah sekali membuat hamba jatuh hati?
Seketika pipi Nata merah merona. "Makan dipinggir jalan aja yaa?" tawarnya lagi.
"Hehe. Iya gakpapa. Asal bareng kamu," jawab Nata malu-malu. Terlihat jelas dari kaca spion, Rizal senyum manis sekali.
"Mau makan dimana? Aku kan gak paham daerah sini Taa?" tanya Rizal.
"Makanya jadi orang sini eh". Nata menutup mulutnya. "Nanti di depan sana aja"
"Kalo udah saatnya ya sayang, aku bakal jadi orang sini kok. Kan jadi imammu"
Sosweet memang. Sangat manis. Apalagi Nata sudah lama tidak mendapatkan perhatian dari sang pujaan. Untuk mulai itu, Nata fix mengikhlaskan Akas dari hatinya.
"Jangan. Biar aku yang ngikut kamu ke daerahmu" tolak Nata.
"Siap nyonya!!" ucap Rizal sambil tangan kanan hormat dan membuat motor sedikit oleng, dalam sekejap Nata lebih mengeratkan pegangannya ke pinggang Nata.
"Heeyy! Kok peluk-peluk hahahaaa".
"Hiiiiihhh, kamu si!" Nata melepas pegangannya dari pinggang Rizal dan memukul pundak Rizal, tersenyum malu.
"Hahahaa, gapapa peluk lagi aja"
-JATUH-
Dua insan yang tadinya memecah jalan, sekarang memecah warung makan mie ayam di tengah sawah. Mereka tidak perduli dengan hiruk-pikuk sekitar mereka.Keduanya sibuk merajut pertemuan pertama mereka. Merajut seindah mungkin, se unik mungkin dan keinginan mereka tidak pernah menyelesaikan rajutan itu. Karena jika diselesaikan, maka cerita mereka-pun selesai.
Bercerita ngalor-ngidul dengan pujaan walaupun mungkin selanjutnya tidak akan lagi, tapi tetap menyenangkan.
Jangan datang hanya untuk pergi yaaa, menetaplah.
Dari depan sana, ibu penjual membawa nampan berisi pesanan mereka.
"Monggo (Silakan) Mbak Mas" tawar ibu dengan senyum yang sangat ramah"Maturnuwun nggih Bu (Terimakasih yaa Bu)" Rizal menjawab dengan senyum yang sama.
"Terimakasih yaa Buu," Nata menambahi.
"Iya sama-sama Mbak. Semoga kalian langgeng yaa" harapan Ibu penjual mie-ayam membuat Nata meng-aminkannya.
Nata dan Rizal saling pandang, kemudian kembali memandang Ibu penjual dan tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh ( C O M P L E T E D )
Dla nastolatkówApakah kamu pernah berfikir, kenapa Tuhan hadirkan kamu dalam hidupku? Kenapa kamu, memilih aku untuk kamu cintai? Kenapa kamu, bersamanya terlebih dahulu dan seringkali membuat aku iri hati? Apakah kamu yakin, aku bukan pelarianmu sesaat? Apakah ka...