Nilai

1.5K 40 0
                                        


Sudah diedit
Selamat membaca

***

Membuat Orangtua bangga,
Pasti menjadi tujuan kita
-Natasya Kayla Andrean-

***

Yang penting kamu sehat, jujur nduk.
Nilai itu bonus
-Letha-

***


Hari penerimaan raport tiba, dimana hari tersebut, setiap murid diwajibkan datang bersama orangtuanya. Kalian tahu, orangtua Nata jauh dari Nata, di kota berbeda. Alhasil Nata berangkat bersama Kanya, kakaknya. Letha pulang saja, tetap Kanya yang ke sekolahan.

"Buruan. Nanti telat lagi" Nata ngambek dan memasang wajah cemberut karena Kanya masih santai. Padahal setengah jam lagi penerimaan raport dimulai, dan mereka masih di rumah. Perjalanan dari rumah ke sekolah kan setengah jam.

"Sampe siang kan ngambilnya?" Kanya masih sibuk dandan.

"Buat apa dandan sih?" Nata masih gusar pada duduknya menunggu Kanya siap. "Kayak mau ketemu siapa" sambung Nata.

"Mau ketemu guru lo kan?" ledek Kanya sok ganjen.

"Ya Allah kak, guru gue udah tua kalii. Lo doyan?" ucap Nata sinis.
"Bercanda keles dek" Kanya meraih tas kecilnya dan disampirkan ke pundak kirinya. Tangan kanannya mengambil handuk yang sempat menutup rambut basahnya untuk di jemur.

"Ayok" ajak Kanya. Nata beranjak dari duduknya menggendong tas dan melihat jam tangan. 10 menit lagi. Ini tidak mungkin sampai tepat waktu. Nata pasrah.

Kanya yang mengendarai motor dan Nata di belakangnya membonceng. Tidak lupa mereka mengenakan helm. Takut nanti ada razia polisi. Ini kedua kalinya Kanya mengambilkan raport Nata. Biasanya Nata bareng sama kakeknya.

Nata dan Kanya memang kakak beradik idaman. Semua yang melihat mengira mereka akur terus, padahal tidak jarang mereka bertengkar kecil seperti sindir-menyindir.

"Lo dapet rangking apa enggak?" tanya Kanya ke adiknya.

"Kalo enggak, mending gue pulang gak jadi ambil raport lo" ancam Kanya akhirnya.

"Ya udah gak usah di ambil. Gue kan bego" Nata memanyunkan bibirnya ngambek. Sebenarnya, Nata tidak terlalu bodoh dalam akademik, tapi dia sangat menonjol dalam hal non akademik seperti tari.

Terbukti dari SD, dia tidak pernah tersingkir dari 3 besar dan seni tarinya. Di SMP, dia juga masih bisa bertahan dalam kelas unggulan yang terkenal otak pintar tapi masih juga seni tari tingkat kotanya, dia yang mengharumkan sampai mendapatkan penghargaan dari wali kota dia.

Di SMK, Nata memilih sekolah di luar kotanya. Alhamdulillah, dia masih bisa lah masuk dalam deretan siswa mendapat nilai rata-rata lebih dari 83, seni tarinya? Masih sama. Nata terkenal di mata guru seni. (Bukan sombong, tapi ya gitu :v. Tapi masih pinteran Gentar{nama samaran} sumpah!)

"Biasanya yang masuk 3 besar siapa aja?" tanya Kanya meminta adiknya cerita. Jalan motor semakin pelan, padahal jalannya waktu semakin cepat.

"Gue pernah kok masuk 3 besar, pas kelas 1 tapi. Cuman sama gurunya gak di rangking" jawab Nata antusias. Dia merasakan ada yang aneh dengan motor kakaknya itu.

"Itu sih menurut lo nyeet!" cela Kanya. "Eh, bensinnya abis" seru Kanya dan motor berhenti di tengah jalan, jauh dari pom bensin.

"Ah kampret lo! Gimana nih?" tanya Nata sebal. Nata dengan berat hati turun.

Jatuh ( C O M P L E T E D ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang