Per(Pisah)an

2K 50 5
                                    


Sudah diedit
Selamat membaca

***

Temu selalu bertentangan dengan pisah.
Kamu selalu membuat hatiku gundah.
Karena di depan sana, ada status yang siap menjadi pembatas.
LDR sebutan yang pantas.
-Natasya Kayla Andrean-

***


Bahagiaku saat melihat ibuku menangis dalam sujudnya.
Saat telinganya mendengar namaku di sebut menjadi salah satu yang terbaik di antara banyaknya siswa.
Dan itu tidak sia-sia.
-Gentar Alandra-

***


Jangan saling melupakan.
Karena kalian keluarga, berjanjilah setelah sukses, ini tempat kepulangan.
Biar kita merasakan tawa yang lebih bahagia.
-Akuntansi3'17-

***

Setelah sejumlah rangkaian untuk kelulusan telah Nata laksanakan dengan baik. Kini saatnya hari mendebarkan itu tiba. Hari dimana kelulusan diumumkan secara serentak tingkat SMA/SMK sederajat.

Pengumuman dilaksanakan pukul 15:00. Satu jam sebelumnya, Nata sudah sampai di sekolahan bareng simbah.

Sepanjang jalan, banyak anak sebayanya melakukan konvoi, membuat orang yang melihatnya geleng-geleng kepala. Sedang Nata, masih suci putih bersih seragam osisnya. Dia tidak berniat untuk memberinya warna seperti teman-teman yang lainnya.

Melakukan konvoi, mencoret-coret seragam memang sudah menjadi kewajaran. Lebih menjurus tradisi turun-temurun mungkin. Selalu setiap tahun seperti itu.

Sebagian teman Nata yang tidak mengikuti tradisi itu, berkumpul di masjid untuk menunggu orang tua mereka keluar dari aula menuju kelas mereka.

Bertukar cerita mereka lakukan. Senang bisa seperti sekarang, karena jelas suatu saat itu yang pasti mereka rindukan.

Kurang 15 menit surat pengumuman dibagikan, seluruh orangtua berbaur keluar menuju kelas. Siswa-siswi mengikuti menuju kelas dan menunggu.

Di depan kelas, ada juga yang meminta tandatangan dari teman-temannya untuk menjadi kenang-kenangan, di atas seragam putih. Nata masih teguh dengan pendiriannya, untuk tidak mengikuti itu semua.

"Gak ikutan?" tanya Gentar sembari duduk di samping Nata di atas keramik depan kelas.

Nata menggeleng

"Gak lah..." lalu, dia menandatangani seragam Agis dan Gina bergantian

"Ibumu belum keluar?" tanya Nata ke Gentar saat tangannya masih diminta untuk tandatangan.

"Belum, bentar lagi paling" jawab Gentar sambil menoleh ke belakang, melihat ke dalam kelas lewat pintu.

"Ooh yaya" ucap Nata pelan. Nata lebih sering melamun. Lamunan dia hanya dengan alasan bagaimana kira-kira kehidupannya setela selesai sekolah.

Bagaimana kelangsungan hubungannya dengan Gentar? Bisakah saling bertahan?

Gentar berdiri dan menghampiri Ibunya yang sudah mendapatkan surat pengumuman. Hal itu menyadarkan Nata dari lamunan, Nata turut berdiri dan menyalami Ibu Gentar.

Jatuh ( C O M P L E T E D ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang