Waktu

1.8K 49 1
                                        


Sudah diedit
Selamat membaca

***

Waktu memang tak dapat diputar lagi.
Tapi, hati juga tak dapat dipungkiri.
Karena di sana, masih tinggal kekasih hati.
-Natasya Kayla Andrean-

***

Sesakit apapun hati Nata akhirnya karena Rizal, Nata tetap tegar. Nata melepaskan Rizal dengan berat hati. Nata masih sangat mencintai Rizal, walaupun hubungan mereka baru seumur jagung.

Nata memberikan hp Agatha dan Shaila setelah mengetahui segalanya. Shaila melepas pelukan Nata karena semua mata teman-temannya tertuju ke mereka.

"Patah hati Nat?" tanya Gentar yang lebih mirip ejekan. Nata juga tahu, Gina dan Gentar abadi, tapi setidaknya Gentar tahu menjaga perasaan cewek itu seperti apa. Nata diam saja. Shaila dan Agatha memberi tatapan tajam ke Gentar yang dibalas membuang muka.

"Rizalmu kemana? Yang dulu dari Bali ditunggu-tunggu sampe rela melek terus?" cibir Gentar lagi.

Nata tidak tahan, Nata menatap mata Gentar

"Bukan urusan Lo!!" tegas Nata. Nata lari ke toilet untuk mencuci muka sebelum guru utama masuk.

Di belakangnya, Shaila dan Agatha mengikuti. Mungkin mereka takut Nata berbuat diluar batas kewajaran. Mereka menunggu di depan toilet sambil menggedor-gedor pintu toilet.

"Lu baik aja kan Nat?" tanya Agatha.

"Jangan gila" Shaila ikut mengeluarkan suara.

Nata membuka pintu, tangan kanannya mengusap muka membuang bulir air yang masih menempel.

"Gua bisa jaga diri kali. Galau tapi gua juga mikir" Nata berjalan ke kelas untuk mengikuti pelajaran karena bel sudah berbunyi. Shaila dan Agatha berlari kecil menyelaraskan jalan di samping Nata dengan tangan di pundak Nata.

Mereka bertiga masuk ke dalam kelas yang mengundang tatapan mata seisi kelas. Nata menundukkan kepala, dia tidak bisa berpikir seberapa mengerikannya mata dia yang mengeluarkan air terus.

Walaupun sudah membasuh muka, bengkak matanya tidak dapat ditutupi.

"Kenapa?" tanya Gina saat Nata berjalan melewatinya. Nata menggelengkan kepala dan menyunggingkan senyum.

Gentar terkikik melihat raut wajah Nata, Gina menyenggol pundak Gentar untuk terdiam dan menghadap ke depan karena guru utama sudah di ambang pintu.

Pelajaran di mulai. Nata mencoba lebih fokus ke pendidikan. Salah Nata juga, dia lebih mudah jatuh hati. Salah Nata juga, dia mudah didapati. Alhasil, sakit ditanggung sendiri.

Di barisan ujung sampai barisan sebelah Nata, banyak yang ngerumpi menanyakan masalah Nata, entah ke Shaila atau Agatha. Memang teman lebih banyak yang ingin tahu. Setelah tahu mereka mungkin akan puas dan bersyukur hidupnya lebih beruntung.

Nata membuka hp untuk nge-game menghilangkan badmood nya.

Udah liat kan? Jadi tolong jangan ganggu aku lagi. -Rizal

Gue ngerasa lu nangis lagi -Aldi

Bales Nat, -Aldi

Nataaaa -Aldi

Gue mau masuk, belum tenang kalo lu nyuekin gini.  -Aldi

Mata Nata mengabaikan pesan dari Rizal, hati Nata lebih fokus ke pesan Aldi.

Gue baik. Gak nangis loh


Nata berbohong lagi. Nata hanya mencoba jauh dari laki-laki. Nata takut, hatinya akan jatuh ke Aldi. Waktu terkadang kejam, waktu sering membunuh penikmatnya karena kurang cerdas memanfaatkannya. Nata tidak mau dibunuh waktu.

"Keluar yuk" ajak Shaila setelah bel istirahat terdengar. Nata menggeleng. Nata ingin berdiam diri saja.

Shaila tidak memaksa Nata, dia tetap keluar untuk membeli makanan bareng teman yang lain.

Masuk kelas, Shaila menenteng 2 makanan dan 2 minuman, yang 1 diberikan ke Nata.

"Ini. Nanti Lu sakit. Disakitin butuh energi. Cowok yang ngedeketin lu aja yang gak pernah mikir" Shaila menaruh makanan dan minuman di depan kepala Nata yang ditidurkan di meja. Nata bangun dan menoleh Shaila, dia membuka makanan dan mulai memakannya.

Selesai makan, Nata membuang wadahnya ke tempat sampah. Di ambang pintu, berdiri Gentar di depannya ada Gina bercanda tanpa melihat keadaan.

"Permisi" Nata meminta sedikit jalan, Gina bergeser lebih dekat ke Gentar

"Eh" sontak Gentar mengeluarkan kata karena Gina hampir jatuh setelah bergeser dan menyenggol badan Gentar.

Nata tetap melewati, padahal di dalam hati memberikan sumpah serapahnya kepada mereka jika suatu saat mereka pasti bakal berpisah.

Hujan turun, petir menyambar-nyambar gegara sumpah dari Nata (Gak ding. Ini berlebihan wk) Situasinya masih terang benderang kok. Nata kembali masuk kelas dan duduk di bangkunya.

Pelajaran diteruskan. Nata masih mengikuti dengan baik. Sampai waktunya pulang, Nata bahkan betah di sekolah. Jika di rumah, melihat ruang tamu, bayangan kenangan tiba, bukan hanya satu, tapi dibuat 2 orang sekaligus.

Nata pulang dengan keadaan malas. Bus datang saja, Nata mengabaikan, tidak langsung menaiki. Nata duduk dengan memainkan kaki di halte.

Gue jemput yaa


Gausah. Lagi pengen sendiri


Oh yaudah.


Aldi meminta untuk menjemput Nata, tapi karena Nata bertekad menjauhi cowok, dia langsung menolaknya. Nata berharap, usahanya sukses. Aamiin

Bus ke lima..
jam tangan couple bareng Rizal juga menunjukkan semakin sore, Nata memutuskan pulang.

Nata pulang sendiri. Shaila dan Lintang lebih dulu pulang, mereka membiarkan Nata tenang.

Di perjalanan, di dalam bus, ingatan Nata kembali ke Rizalnya. Dimana mereka pertama kenal, dimana di bus perjalanan pulang, Nata selalu mendapat pesan manis.

Air mata Nata siap untuk jatuh lagi, tapi dia tahan. Biar nanti di kamar saja, dirinya puas menangis lagi.


-JATUH-

Di dalam kamar, Nata menangis lagi. Tidak ada lagi yang mengajak chat, yang tiba-tiba minta telfon, yang ngerengek main padahal absennya udah banyak. Yang semuanya selalu tiba-tiba dan membuat Nata bahagia karena sikap Rizal.

Lagi-lagi, Nata harus mengalah membiarkan hatinya hancur berkeping-keping.

Hakikat dari melupakan, bukan berarti harus lupa. Tapi membiarkanlah seperti biasa. Jika harus lupa, hatimu akan bertambah luka. Jika membiarkan, hatimu belajar menjadi dewasa. -Nata

Tulis Nata di buku diarynya.


-JATUH-

Maaf pendek. :'v

Vomment dong :)

Jatuh ( C O M P L E T E D ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang