Christian membawa Elle duduk di salah satu meja privat yang hanya dapat digunakan setelah melalukan reservasi dan booking sebelummya.
Christian dapat melihat Elle yang duduk dengan resah sambil mengerak-gerakan kakinya di bawah meja.
"Well.. Kurasa keberadaan kita disini bukan untuk berdiam diri."
Elle berdehem beberapa kali berusaha mengeluarkan suaranya yang tercekat di tenggorokan. "Jadi, bagaimana perkerjaanku Mr. Scott."
"Kurasa aku sudah mengatakannya, jangan pernah memanggilku seformal itu Elle. Kita tidak berada di kantor saat ini."
"Bagaimana nasib perkerjaanku?" Elle tergagap ketika mengatakannya.
"Ah, nikamatilah waktu yang kau miliki bersamaku Elle. Kita memiliki waktu yang banyak untuk membicarakan peekerjaan." Christian menyandarkan punggungnya di penyangga kursi sambi melipat kedua tangan di depan dada.
"Kita tidak merencanakan ini sebelumnya. Bukankah rencana kita hanya untuk membahas perkerjaanku di perusahanmu."
"Bukan kita yang merencanakannya, tapi aku. Kau harus ingat itu. Aku atasanmu, jadi aku yang akan mengambil keputusan." Suara Christian yang masuk melalui telinganya terkesan angkuh dan penuh penekanan.
Elle mengangguk. Ia tau bahwa Christian memang atasannya. Tapi, bukankah pria itu sendiri yang mengatakan mereka tidak berada di kantor. Yang sangat jelas, kedudukan pria itu di kantor sangat tidak dibutuhkan disini.
"Kurasa aku tidak memiliki waktu lebih dari satu jam."
"Kau punya Elle,"
"Oh Christian. Sungguh! Aku tidak memiliki waktu yang cukup jika kita hanya berbincang hal yagg tidak penting. Jose pasti akan memarahiku."
"Bawalah adikku kemanapun. Kau bisa membawanya keseluruh Amerika bahkan ranjangmu Mr. Scott. Kau dapat memulangkannya kapanpun kau mau." Ucap Christian dengan satu tarikan nafas.
Elle mengerutkan keningnya tidak mengerti. Seakan tau apa yang ada pikiran Elle, Christian kembali menambahkan. "Itulah yang dikatakan kakak laki-lakimu."
Elle membelakan matanya tidak percaya. Tidak munkin Jose berkata seperti itu. Jose sangat over protektif terhadapnya. Bahkan Jose tidak pernah membiarkan laki-laki manapun memembawanya lebih dari satu jam.
"Kau berbohong!" Desisnya.
"Apa wajahku terlihat seperti seorang pembohong." Dengan seksama Elle melihat wajah Chriatian. Pria itu memiliki wajah yang terpahat dengan rapi, beberapa bulu halus terlihat di wajah pria itu. Bibirnya yang penuh membuat Elle mengingankan ciuman pria itu kembali. Jari-jarinya yang ramping membuatnya membayang jari-jari itu memyentuh seluruh inci tubuhnya.
Tentu saja Elle bukan wanita yang munafik. Di hadapan Christian ia berusaha mengalahkan pesona pria itu. Namun jika di kamarnya, memimpikan pria itu bercinta dengannya akan menjadi mimpi terindah sekaligus terliar untuknya.
Sekali lagi ia mentap wajah Christian. Wajah Christian sangat serius, bola matanya yang berawana keabuan mematapnya seakan dia adalah seorang tersangkaa di pengadilan.
Yang di ketahui Elle saat ini, Christian berkata jujur. Tidak berhobong atau mengada-ngada.
"Aku tidak tau." jawab Elle seadanya.
Christian tersenyum sinis."Kau tau aku tidak berbohong Elle. Aku tau itu." Katanya telak.
Ucapan telak Christian membuatnya diam seribu bahasa. "Baiklah, jadi apa maumu sebenarnya."
"Aku sudah mengatakannya di saat kita berdua berada di ruanganku."
Elle tergelak. Bercinta. Christian menginginkan ia bercinta dengannya. Tentu saja ia tidak menolaknya jika situasinya berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Cold
RomanceBagian diprivate acak, silahkan follow sebelum membaca. ____________________________________ Berkerja sebagai sekertaris di sebuah perusahan terkenal di Amerika Serikat adalah impian seorang wanita polos bernama Elle Watson. Hal itu terwujud setelah...