Christian masih betah berada di ruang kerjanya. Matanya masih fokus menatap layar laptop yang terus menyala setelah beberapa jam dihidupkannya. Tulisan-tulisan kecil serta angka-angka yang terlalu banyak nominalnya, membuat kepalanya semakin pusing.
Seharusnya ia sedang bersantai bersama Elle saat ini. Namun, perkerjaannya serta kejadian tadi siang membuatnya ragu untuk menghampiri Elle yang entah sedang apa saat ini.
Kepalanya sudah benar-benar pusing. Dengan sangat keras, ia menutup laptopnya sambil menenggelamkan kepalanya di atas meja kerjanya.
Tenggorokannya terasa kering di saat bersamaan ia ingin mengambil gelasya. Namun saat ia meneguknya, tidak ada air yang mengalir kedalam tenggorokannya. Membuatnya menggeram frustasi.
"Brengsek!" umpatnya sebal.
Dengan langkah berat, akhirnya Christian keluar dari ruang kerjanya dan berjalan kearah kedalam dapur.
Matanya terpaku ketika mendapati Elle yang berada di belakang meja pantry sambil memengang spatula berserta celemek berwarna biru yang membalut tubuh seksi wanita itu.
Matanya melihat Elle yang tersenyum sambil mencium masakannya yang masih berada di dalam penggorengan.
Christian menyandarkan tubuhnya di dinding sembari mengamati Elle yang tidak menyadari keberadaannya.
Dari tempatnya berdiri, ia dapat melihat Elle yang mengupas bawang, memotong beberapa sayuran, mencampur bumbu, menggoreng bahkan menjilati telunjuk wanita itu di saat mencicipi makanan yang dibuat wanita itu.
Ditambah pinggul Elle yang bergoyang kesana kemari, sehingga membuat bokongnya terlihat seksi di mata Christian.
Cukup sudah! Lama-lama dalam keadaan seperti ini akan membuatnya menyetubuhi Elle di meja makan saat ini juga.
Christian berjalan menghampiri Elle, tangannya melingkar di pinggang wanita itu. Sehingga membuat Elle yang sedang bersenandung segera menghentikan aktifitasnya.
"Caramu memasak membuatku bergairah." bisiknya ditelinga wanita itu.
Salah satu tangannya menyatukan seluruh rambut coklat milik Elle dan meletakannya di bahu sebelah kiri. Sedangkan ia, membenamkan wajahnya di lekukan leher Elle dan sesekali mengendus membuat wanita itu tertawa karena geli.
"Hentikan Christian, kau menganggu acara memasakku." ujar Elle.
"Kau tau, tubuhmu sangat wangi. Aku suka baumu." ucap Christian tanpa memperdulikan perkataan Elle sebelumnya.
"Apa kau sudah melihat isi lemarimu sayang?" tanya Christian ketika Elle tidak membalas ucapannya.
Sontak mendengar hal itu, membuat Elle berbalik memandang Christian sambil memasang wajah datarnya. "Apa kau sengaja?"
"Apa maksudmu? tanya Christian pura-pura tidak mengerti.
Elle memutar kedua bola matanya. "Jangan pura-pura bodoh Christian. Kau sengaja bukan mengisi lemariku tanpa celana panjang dan baju yang pantas dikenakan dirumah ini!"
"Semua pakain itu pantas untuk dikenakan Elle."
"Dan membiarkan bagian pribadi terlihat sangat jelas karna lantai ini terbuat dari kaca huh," cibir Elle membuat Christian terkekeh.
"Aku bosan melihatmu mengenakan celana Elle. Kekantor saja kau memakai celana bahan yang menutupi kaki jenjangmu."
"Itu fashionku, apa urusanmu?"
"Gayamu membuat mataku sakit sayang," Christian menyeringai.
"Kalau begitu tidak usah dilihat!" geram Elle membuat Christian semakin melebarkan senyumnya.
"Tubuhmu membuatku tidak bisa mengalihkan mataku dari dadamu sayang."
"Kenapa kau mesum sek--"
"Bau apa ini?" Christian tertawa melihat Elle yang mengendus-endus udara lalu wanita itu menepuk keningnya dengan sangat keras.
"Masakanku!!!" Teriak Elle membuat Christian menutup kedua telinganya.
"Kau. Gara-gara kau masakanku jadi gosong. Apa kau tidak tau betapa sulitnya aku memasak untuk makan malam kita!" Elle terus memaki sambil mematikan kompor.
"Mengapa kau menyalahkan aku? Kau sendiri yang tidak memperhatikan aktivitasmu. Mungkin karna ketampananku, membuat kau lupa dengan kegiatanku." ucap Christian sambil berjalan kearah meja makan.
"Cih, dasar terlalu percaya diri!" cibir Elle.
Christian hanya tertawa kecil tanpa berniat menanggapi perkataan Elle. Rasanya aneh setelah beberapa jam tidak berbica namun sekarang mereka kembali seperti biasa. Aneh tapi menyenangkan. Membuat wanita itu marah sangat menyenangkan.
"Apa kau perlu bantuan?" tanya Christian ketika matanya menangkap Elle yang sedang menyiapkan makanan keatas meja makan.
"Tidak perlu, ini tidak terlalu berat." Elle meletakan makanan terakhir. "Bersyukurlan karna ayamnya masih dapat dimakan."
Elle mengambil piring porselen dan mengisinya dengan nasi dan ayam yang sedikit menggosong. Lalu menyerahkannya kepada Christian yang menerima dengan wajah datar.
"Makanlah, rasanya masih sedap. Walau sedikit berbeda." Christian hanya mengangguk lalu memakan apa yang diberikan Elle kepadanya dengan diam.
"Kemana saja kau sebulan ini?" tanya Elle di sela-sela makan.
Christian tidak menjawab, ia hanya diam sambil mengunyah makanan di depannya. Lihatlah, Christian seperti mengidap bipolar saja. Tadi pria ini selalu berbicara, dan kini ia diam seperti tidak ada orang yang mengajaknya berbicara.
"Kau membuatku mendapatkan perkerjaan bertumpuk yang membuatku pusing." kata Elle lagi.
"Hei, aku sedang berbicara denganmu! Mengapa kau diam saja?!" Wanita itu mulai geram dengan kelakuan Christian.
Christian mendesis dan menatap Elle tajam sehingga membuat nyali wanita itu menciut. "Diamlah! Bisakah kau tidak berbicara saat sedang makan!" katanya dengan suasana yang mencekam.
Lalu Elle melanjutkan makannya tanpa berani menatap kearah Christian. Tidak ada suara apapun di meja makan selain detingan sendok dan garpu yang saling bersahutan.
.
.
.
.
To Be ContinuedYeayy pendek 😅
Maaf yaa soalnya otak lagi buntu jadi sampe disitu aja deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Cold
RomanceBagian diprivate acak, silahkan follow sebelum membaca. ____________________________________ Berkerja sebagai sekertaris di sebuah perusahan terkenal di Amerika Serikat adalah impian seorang wanita polos bernama Elle Watson. Hal itu terwujud setelah...