Hari ini, Elle sudah siap dengan setelan kerjanya. Hari ini rutinitasnya kembali, berkerja dari pagi hingga sore menjelang jika ia beruntung.
Entah kenapa jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya. Setelah lama menghilang lalu tiba-tiba saja muncul di kantor bersamaan dengan Christian, apa yang akan dikatakan orang-orang.
Mengenai Christian, sebenarnya ia tak tau hubungan apa yang dijalaninya bersama pria itu. Yang ia tahu, pria kaya raya itu sedang mencoba membangun sebuah hubungan semu bersamanya.
Elle melirik jam tangan silver yang bertengger di pergelangan tangannya. Sialan! Aku terlambat.
Elle memakai tas kerjanya serta memungut berkas-berkas penting di atas tempat tidur. Ia berlari keluar apartemen, meninggalkan bacon goreng yang masih tersisa setengah di atas piring keramiknya.
Elle memberhentikan sebuah taksi setelah berjalan satu blok dari apartemennya. Seharusnya ia pindah saja dari apartemen murahan itu, taksi sangat jarang melewatinya. Namun jika di pikirkan lagi, lebih baik ia menyimpan uangnya dari pada harus membuang-buang uang dengan menyewa apartemen baru.
***
Taksi yang ditumpanginya berhenti di depan gedung tinggi yang terletak di bagian tengah di antara gedung-gedung tinggi lainnya.
Ia mengeluarkan lembaran dolar, memberikannya dengan cepat kepada supir berpakaian nyentrik yang baru saja mengajaknya berbicara sejak dua puluh lima menit yang lalu.
Elle keluar dengan tergesa-gesa, sampai-sampai hampir saja ia terjatuh karena sepatu berhak tinggi miliknya, jika dengan cepat ia tak menjaga keseimbangan tubuhnya.
Benar-benar hari yang sial, gerutunya dalam hati.
Langkah demi langkah yang ia ayunkan membuat kepalanya semakin menunduk. Rasa malu, gugup serta rasa takut bercampur aduk di dalam hatinya. Elle merasakan semua tatapan tertuju kepadanya. Gemeletuk sepatu yang terdengar hilir mudik, tiba-tiba diam dan sunyi. Wanita itu berusaha tetap melanjutkan langkahnya walau semakin ia bergerak, semakin berat pula kakinya untuk melangkah.
Beberapa suara yang berbisik-bisik membicarakannya terdengar sampai ke telinga kanan dan kirinya, membuat dirinya semakin malu dengan tubuh yang bergetar. Elle tidak dapat melanjutkan langkahnya, seolah--olah ada dinding tak kasat maya yang menyuruhnya agar ia tetap berada di dalam lingkaran orang-orang di sekitarnya.
Bukankah dia sekretaris Mr. Scott?
Setelah menghilang dua minggu, lalu tiba-tiba saja ia datang ke Kantor?
Ku kira dia dipecat.
Apa yang dilakukan wanita itu disini?
Mungkin ia ingin memohon meminta perkerjaannya kembali.
Mr. Scott juga tak terlihat belakangan ini.
Apa mereka pergi bersama?
Tidak mungkin Mr. Scott ingin berkencan dengan wanita seperti, Elle!
Elle hanya bisa menutup kedua matanya, berusaha menulikan telinganya dari semua omongan yang ditunjukkan kepadanya.
Tiba-tiba bisikan itu berhenti, bersamaan dengan gemeletuk sepatu yang bergesekkan dengan lantai marmer kembali terdengar. Wanita itu memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya. Yang di saksikannya saat ini adalah, para pegawai pria dan wanita yang menunduk sambil berjalan.
Namun tak sedikit para wanita tersebut mencuri pandangan dari balik punggungnya. Elle bingung, apa yang ada di belakangnya?
Refleks, ia berbalik. Menemukan seorang pria berjas abu-abu dengan kemeja putih serta celana hitam berbahan sutra. Mata setajam elang milik pria itu menatapnya intens dengan kedua sudut bibir yang tertarik ke atas membentuk senyuman tipis. Sangat tipis jika saja kau tak melihatnya dengan cermat.
"Christian..." gumamnya tanpa sadar.
Christian masih menatapnya, melangkahkan kakinya mendekat kearah Elle yang berdiri terpaku menatap pria gagah berjas tersebut.
Kini ia dan Christian hanya berjarak dua jengkal. Orang-orang kembali terdengar berbisik-bisik terutama para wanita.
Dari tempatnya berdiri, Elle dapat melihat senyum miring yang terukir di wajah Christian, menatapnya dengan pandangan yang tak ia mengerti. Pandangan berbeda, bukan gairah maupun menusuk.
"Kau terlambat, Ms. Watson."
Elle berusaha mengeluarkan suaranya, "Yah, Aku tau. Maafkan aku, Sir."
"Semua orang memperhatikan kita," tambah Elle.
Christian mengangkat kedua bahunya. "Apa peduliku?"
Elle diam tak menjawab. Apa peduli pria ini, bahkan jika seluruh dunia pun mengamatinya mungkin ia tetap bergelut di depan laptopnya yang menampilkan deretan angka dan huruf yang membosankan. Christian adalah tipikal pria yang tidak peduli sekitarnya. Baginya jika itu bukanlah hal penting, untuk apa ia menghabiskan waktunya yang berharga hanya untuk hal yang tak penting.
"Pergi ke ruangku, Ms. Watson!" perintah Christian.
"Berjalanlah terlebih dahulu, pak."
Christian menggeleng. Mengambil langkah semakin mendekatinya. Pria itu menyingkirkan rambut-rambut Elle yang terurai, menyatukannya menjadi satu di bahu sebelah kanang.
Deg
Jantung wanita itu berdegup kencang, Christian semakin mendekatkan wajah pria itu kearahnya. Membuat bisik-bisik yang terdengar semakin meninggikan suaranya.
Suara Christian yang sangat dekat dengan telinganya terdengar sangat sensual. Membuat sesuatu yang berada di dalam tubuhnya mengalir tak nyaman. Merasa bahwa ada hal yang harus di selesaikannya agar rasa itu segera menghilang bersamaan terdengarnya teriakan dirinya serta desahan sensual yang di keluarkan oleh pria kaya di depannya.
"Tidak sayang. Kita akan berjalan bersama tanpa penolakan. Jika kau menolak maka aku akan menggendongmu sampai kita berada di ruanganku."
Digendong oleh pria paling panas di negeri ini bukanlah hal yang buruk. Mungkin hal itu bisa menjadi hal yang menyenangkan jika Christian menggendongnya ke atas ranjang dengan pakaian yang terlepas serta gairah yang tak sabar untuk di lepas secepat mungkin.
Munafik memang jika ia mengatakan bahwa dirinya tak ingin pria itu berada di atasnya. Tidur bersama Christian mungkin menjadi impian setiap wanita yang menginginkan pria itu. Bagaimana Christian di atas tempat tidur, apakah pria itu bermain dengan lembut atau pria itu bermain dengan gairah serta sentakan kasar yang menyenangkan.
Elle tidak tau, tapi ia dapat memastikan dengan cara dan gaya apapun Christian bercinta bersama wanitanya, itu adalah hal menyenangkan yang pernah dilakukan.
Christian menyelipkan tangannya di pinggang wanita itu. Membawa Elle berjalan memasuki lift, tanpa memperdulikan bisikkan-bisikkan panas yang membicarakan mereka berdua.
Tanpa disadari oleh keduanya, jauh dari tempat Elle dan Christian berjalan. Ada seseorang yang memperhatikan mereka dengan amarah besar yang menguap di udara sekelilingnya.
Orang itu mengepalkan tangannya hingga membuat buku-buku jari pria itu memerah.
Tatapan kebencian tersirat jelas diperlihatkan kepada kedua pasangan yang berjalan di tengah hall menuju lift yang di khususkan untuk Christian.
"Aku akan mendapatkannya..."
.
.
.
.
To Be ContinuedHaii kawan-kawan. Huaaaa 😭😭😭 aku kangen banget nulis ini dan akhirnya aku nulis juga cerita ini. Maaf kalo aku membuat kalian menunggu soalnya dua minggu belakangan ini aku sibuk banget. Belum lagi aku gak punya kuota. Maaf ya sekali lagi.
Oh iya, yang penyuka film Fifty Shades udah pada nonton trailer film Fifty Shades Freed gak? Sumpah aku gak sabar banget mau nonton filmnyaa.
85 vote untuk bab selanjutnya guys 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Cold
RomanceBagian diprivate acak, silahkan follow sebelum membaca. ____________________________________ Berkerja sebagai sekertaris di sebuah perusahan terkenal di Amerika Serikat adalah impian seorang wanita polos bernama Elle Watson. Hal itu terwujud setelah...