Siapa udah denger lagu baru Justin?
***
Ketika terbangun di atas lantai marmer tanpa menggunakan pakaian, Christian benar-benar terkejut. Kepalanya yang berdenyut sakit benar-benar menggangunya dengan suhu dingin yang menusuk hingga ke tulang.
Christian tidak tahu apa yang sudah terjadi. Tapi jelas ia dapat mencium sisa bau seks di sekitarnya. Ia memukul kepalanya menggunakan kepalan tangan, memaksa kepalanya untuk mengingat apa yang sudah ia lakukan setidaknya beberapa jam yang lalu.
Bayang Elle di depannya sambil menatap khawatir membuat Christian semakin bingung. "Brengsek!" umpatnya marah.
Christian mengingat semuanya walaupun samar. Ia ingat bagaimana dirinya sendiri melukai Elle dan meminta wanita itu memberikan apa yang ia inginkan. Christian semakin di buat tersiksa, saat dewa-dewa di sekililingnya menatapnya sambil mencemooh. Bagaimana brengseknya dirinya sendiri karena memperkosa Elle. Astaga, Christian benar-benar tidak sadar ketika ia melakukan itu terhadap Elle.
Christian bangkit dengan tubuh telanjang. Berjalan ke arah kamar wanita itu untuk mengucapkan permohonan maaf atas kelakuan binatangnya. Ia semakin frustasi ketika tidak mendapatkan Elle di dalam kamarnya. Ranjang putih milik Elle rapi terlihat belum disentuh sedikit pun, dengan lemari baju yang terbuka.
Christian berusaha mencari Elle di seluruh penjuru rumah hanya untuk mendapatkan Elle tidak berada di mana pun. Christian tidak ingin Elle pergi darinya atau bahkan membencinya. Ia tidak ingin wanita itu meninggalkannya. Sial. Seharusnya ia tidak mabuk dan mengakibatkan kekacauan ini.
Christian berusaha untuk mendial nomer Elle. Telepon tersambung, tapi tidak sedikit pun ia merasa kalau Elle mengangkat panggilannya. Bagaimana kalau Elle benar-benar meninggalkannya. Christian tidak pernah tahu bangaimana hidupnya berjalan tanpa kehadiran gadis itu.
Ia membawa kedua tangannya untuk meremas rambut tembaga dan menariknya keras sebelum kembali mendial nomor Elle. Tapi yang di dapatkannya hanyalah suara operator yang menyuruhnya untuk meninggalkan pesan.
Ketika tidak menghasilkan apa pun, Christian mulai melacak keberadaan Elle dengan GPS yang tersambung kepada ponsel wanita itu.
Layar ponselnya menampilkan sebuah rute jalan dengan titik merah di mana titik itu menandakan keberadaan Elle. Keberadaan Elle tidak terlalu jauh dari apartemen wanita itu. Tapi titik itu hanya diam tanpa bergerak, membuat Christian semakin khawatir. Christian hanya berharap bahwa Elle tidak melakukam hal yang membahayakan dirinya. Christian tidak akan bisa memafkan dirinya sendiri jika hal buruk terjadi pada Elle. Membayangkan wanita itu kembali dengan keadaan kacau saja, membuat Christian semakin gelisah. Ia duduk di sofa, berharap titik merah berjalan semakin mendekat ke arahnya. Namun yg didapati Christian, titik itu hanya diam tanpa melakukan pergerakkan sedikit pun.
Christian semakin khawatir. Tanpa berpikir panjang atau pun menunggu lagi, Christian mengenakan pakaiannya dengan cepat dan berlari keluar dari apartemen Elle tanpa menutup pintunya. Ia bahkan lupa apa ia mengenakan sandalnya atau tidak. Christian tidak pernah dibuat segelisah ini oleh siapa pun.
Dengan senang hati, Christian mengakui kalau keberadaan Elle sangat penting di hidupnya. Ia akan mati jika Elle mati. Setengah jiwanya berada di dalam diri Elle, jadi percuma saja jika ia hidup tanpa kehadiran wanita itu. Christian sadar kalau perasaan itu akan tumbuh dan berkembang di dalam dirinya. Ia sadar kalau dirinya,
Mencintai Elle. Sangat mencintainya.
Kota New York semakin dingin di saat pagi semakin menjemput. Jalanan hanya diterangi dengan beberapa lampu yang bernyala dan gedung-gedung tinggi yang memancarkan cahaya. Seperti biasanya, bintang jarang terlihat di kota ini. Trotoar yang biasanya di gunakan orang-orang, terlihat kosong seakan tak terpakai. Hanya beberapa plastik yang terbang dijalanan karena tertiup angin dan beberapa mobil yang masih beroperasi.
Christian sesekali menatap ke layar ponselnya hanya untuk menemukan kalau jaraknya semakin dekat dengan Elle. Christian menatap langit sebentar sebelum berbelok ke arah gang sempit di tengah-tengah kepadatan kota. Ia berhenti ketika ia berada di titik yang sama dengan ponsel Elle. Tapi Christian tidak menemukan siapa pun di sini. Gang ini terlihat gelap dan lembab akibat sisa-sisa hujan yang baru saja mengguyur New York di bulan september.
Christian kembali mengamati sekitarnya, dan hasilnya tetap saja bahwa ia tidak menemukan siapa pun di tempat ini. Ia kembali mendial nomor Elle, dan betapa terkejutnya Christian, ketika matanya menangkap cahaya yang datang tiba-tiba dari jalan. Christian menatap ke tanah, ponsel Elle tergeletak dan hampir saja terkena kubangan air di dekatnya.
Ketika tangannya mengambil ponsel Elle, matanya menangkap banyak lecet dan cacat di ponsel wanita itu. Seperti bagian pinggir yang sedikit lecet, layar ponsel yang pecah, dan pasir yang menyelimuti bagian belakang ponsel tersebut.
Christian menggeram marah. Ia tahu ada hal yang tidak beres yang sudah terjadi. Pikirannya menyimpulman bahwa ada tindam kekerasan di tempat ini. Ia semakin takut ketika bayangan Elle meminta pertolongan memenuhi pikirannya. Kali ini Christian benar-benar kehilangan kendali tubuhnya.
Satu nama terngiang dikepalanya. Berpikir bahwa hanya dia yang bisa melakukan ini terhadap Elle.
***
James mengamati wajah cantik seorang wanita yang tidur di hadapannya. Dengan kedua tangan dan kaki yang terikat ke kanopi, tanpa mengenakan pakaian apapun selain bra dan celana dalam berwarna merah tua.
Tubuh itu terlihat menawan dengan lekukan yang sempurna di bagian pinggang. Bibir pucat wanita itu, membuat James semakin bergairah. Serta rambut coklat yang terurai bebas di atas bantal. Elle benar-benar gambaran Aprodite di dunianya. Dewi yang terkenal karena kecantikan wajah dan tubuhnya.
James berdiri di samping Elle, saat wanita itu bergerak-gerak dalam tidurnya. Elle meringis saat cahaya matahari menusuk matanya.
Berusaha membiasakan retina matanya dengan cahaya yang menusuknya, Elle berniat menutup wajahnya saat ia merasakan tangannya sama sekali tidak dapat bergerak. Ia memiliki kesadaran yang cukup saat tahu bahwa yang ia tiduri bukanlah ranjangnya. Bau asing di sekitarnya benar-benar menggangu. Aroma yang jelas jauh berbeda dari kamar yang biasa ia tempati.
Matanya terbelak saat mendapati James berdiri di hadapnnya dengan seringai menyebalkan. Angin yang menerpa kulitnya, membuat Elle tahu bahwa ia sedang tidak menggunakan pakaian apa pun saat ini. Elle berusaha berontak dengan kaki yang menendang asal untuk mendapatkan sedikit saja kebebasan. Ia tidak sudi memperlihatkan tubuhnya kepada orang lain.
"Sial. Lepaskan aku, James!"
James hanya terkekeh kecil.
"Apa yang membuatmu melakukan ini kepadaku. Bukankah aku temanmu?"
Tawa James memenuhi seisi kamar. "Teman? Apa kau hanya menganggapku teman selama ini?"
"Apa maksudmu?"
"Bagaimana bisa kau berpikir kita adalah teman, saat aku jelas-jelas sangat menginginkanmu. Aku ingin kau menikah denganku. Kita akan hidup bersama, Elle."
***
Maaf karena aku udah lama gak update di lapak ini. Akhirnya aku bisa juga singgah ke sini setelah beberapa bulan. Tiba-tiba aja aku kehilangan feel sama ini cerita, jadi aku fokus sama salah satu ceritaku yang baru aja aku tamatin.
Alhamdullilah, tinggal cerita ini aja yang bakal segera aku tamatin.
Yang masih setia nunggu makasih loh. Aku sangat menghargainya.
Tetap stay tune ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Cold
RomansBagian diprivate acak, silahkan follow sebelum membaca. ____________________________________ Berkerja sebagai sekertaris di sebuah perusahan terkenal di Amerika Serikat adalah impian seorang wanita polos bernama Elle Watson. Hal itu terwujud setelah...