Bab 22

60.5K 2.2K 23
                                    

Playlist
Rihanna-Cry

******

"Inilah aku, Elle. Berhentilah menangis!"

"Dan juga sewenang-wenang. Kau selalu saja mengatur seseorang sesukamu." Elle belum menghentikan tangisannya

"Dengarkan aku, okey. Aku terbiasa melakukan segalanya dengan caraku. Termasuk membuatmu jatuh cinta denganku."

"Untuk apa, kenapa kau melakukannya, kenapa Chris?!" jerit Elle

************************

Christian dan Elle masih berada dalam posisi yang sama. Christian memandang Elle tajam, sedangkan wanita itu hanya menunduk dengan air mata yang terus mengalir.

Keadaan semakin panas saat tidak ada satu pun yang berbicara diantara mereka. Tatapan Christian melembut, pria itu merengkuh Elle ke dalam pelukannya. Ia menenggelamkan kepala Elle pada dada bidangnya. Wanita itu tidak lagi memberontak, Elle hanya diam didalam pelukannya tanpa membalas maupun menolak.

"Kita kembali ke mobil." ucap Christian saat Elle mulai diam dan berhenti menangis

Christian menghapus sisa-sisa air mata yang membasahi wajah wanita itu. Christian menggendong Elle ala bridal style, dada wanita itu ditutupinya menggunakan jasnya. Christian berjalan keluar, banyak pasang mata yang melihat kearah mereka ketika berada di lantai dasar. Restoran yang dipenuhi pria berjas dan wanita bergaun mahal tersebut penuh dengan bisikan-bisikan suara yang membicarakannya. Christian sudah tidak perduli dengan citranya di kota ini. Yang terpenting tidak ada keadaan yang mengkhawatirkan yang terjadi kepada Elle.

Christian membuka pintu mobilnya, memasukkan Elle kedalam kursi penumpang dengan pelan. Mata wanita itu memandang kosong ke depan, tanpa memperdulikan Christian yang berbuat manis terhadapnya.

Christian masuk kedalam mobil. Untuk pertama kalinya pria itu memandang tulus terhadap wanita. Sambil melirik Elle yang hanya diam, Christian menghidupkan mobilnya, menjalankannya di tengah-tengah keramaian Puerto Rico.

***

Mobil Christian berhenti di kediaman pria itu. Elle masih diam, enggan mengeluarkan sepatah kata pun. Saat pria itu ingin melepaskan seat-belt yang melilit tubuh Elle, wanita itu menepisnya sambil menatap tajam.

"Aku bisa sendiri!" setelah mengucapkannya, Elle keluar dari mobil meninggalkan Christian yang hanya menatap datar.

Untuk pertama kalinya pria itu ditolak oleh wanita.

Christian menghembuskan nafas. Ia turun dari mobilnya dan memasuki kediamannya dengan langkah yang berat. Mata tajam pria itu memperlihatkan pandangan datar. Nafasnya terlihat memburu dengan tangan yang mengepal menahan  amarah.

Christian berjalan kearah kamar Elle, mengetuk beberapa kali pintu berwarna abu-abu di depannya. Lama ia mengetuk, namun tidak ada pergerakan sama sekali dari dalam sana. Hampir saja Christian mendobrak pintu di depannya jika saja ia tidak ingat keadaan Elle yang memperhatinkan. Yang membuat Christian bingung, kenapa Elle sefrustasi itu. Bukankah wanita itu tidak memiliki sedikit pun rasa terhadapnya. Kecuali jika Elle memang memiliki perasaan lebih terhadap Christian.

Christian diam ketika teori itu memenuhi pikirannya. Benarkan Elle menyukainya, batin Christian.

Tidak. Elle tidak bisa mencintai pria sepertinya. Dia bukanlah pria yang dapat diharapkan wanita itu. Elle tidak akan bahagia jika bersamanya.

Sial! Seharusnya Christian tidak memberi perhatian lebih terhadap wanita itu.

Christian menatap nanar pintu abu-abu di hadapannya. Ia menghembuskan nafas kasar lalu berjalan menjauh meninggalkan kamar Christian.

***

Sementara di dalam sana, Elle menangis dalam diam. Riasan di wajahnya berantakan dengan air mata yang tak berhenti mengalir. Hatinya terasa nyeri.

Aku akan membuatmu jatuh cinta. Kau akan jatuh cinta padaku! Suara Christian yang mengatakan hal itu terus saja tergiang-ngiang di pikirannya. Beberapa kali ia memukul kepalanya sendiri untuk menghilangkan suara tersebut. Suara Christian seakan-akan menghantuinya, mengikutinya kemana saja dalam keadaan apapun.

"Aku membencimu, Christian!" teriakan Elle teredam dengan bantal yang menutupi wajahnya.

Elle mengangkat wajahnya dari bantal putih yang menutupinya, Matanya merah dan bengkak. Dengan kasar ia menghapus air mata yang tersisa, serta air mata yang masih mengalir di wajahnya. Ia harus kuat. Lagi pula untuk apa juga ia menangisi pria brengsek seperti Christian. Seharusnya ia tidak menangis. sesakit apapun hatinya, seharusnya pria brengsek itu tidak pernah melihatnya menangis.

Menangis hanya membuat Christian besar kepala. Mungkin pria itu mengira ia telah jatuh cinta kepada Christian sebelum waktu yang ditentukan. Elle yakin, saat ini Christian pasti sedang tertawa di dalam kamarnya sambil meminum sebotol sampanye mahal. Pria itu pasti senang melihatnya menangis. Mungkin Christian merasa ia telah memenangkan sebuah tender besar.

Elle kembali menghapus air matanya yang terus saja menetes. Hatinya terasa nyeri saat ini. Baru saja ia berbahagia bersama pria itu, tapi hanya karna sebuah kata kebahagiaan yang didapatnya direnggut begitu saja seakan itu bukanlah kebahagiaan yang berarti. Entah mengapa hatinya terasa ditusuk beribu-ribu pisau ketika perkataan menyakitkan Christian kembali tergiang di pikirannya.

Rasanya aku hanyalah korban disini. Aku tidak boleh menangis. Bukankah aku jenis wanita yang tidak mudah marah dan menangis hanya karna sebuah kalimat tidak berarti. Yang paling terpenting, aku bukanlah tipe wanita yang mudah patah hati. Ya, aku bukan mereka. Aku harus kuat, aku tak boleh terlihat lemah di hadapan Christian Bastard Scott.

Tiba-tiba saja, Elle menyentuh bibirnya. Ia jadi teringat ciuman pertamanya bersama Christian, ciuman yang didasarkan dengan nafsu gairah pria itu. Ciuman yang membuat Elle ingin merasakannya kembali. Sebuah bibir yang membuat bagian tubuhnya yang kosong seakan terisi penuh hanya karna sentuhan yang didapatnya dari bibir pria itu.

Harusnya ia tak pernah membiarkan Christian menyentuhnya. Menghabiskan waktu yang panjang bersama pria itu.

Kembali ke rumah adalah keputusan terbaik untuk saat ini. Elle yakin, besok ia harus kembali ke Amerika, rumahnya. Tempat dimana ia dilahirkan dan dibesarkan. Dan tentunya tempat dimana ia bertemu dengan, Christian.

.
.
.
.
To Be Continued

Pendek.
Iya, maaf kalo pendek ya. Otak aku lagi mentik banget nih. Masih ada gak sih sebenarnya yang nungguin cerita ini. Apa TBC masil ada di perpustakaan kalian atau sudah dihapus?
Jujur hayo 😂

Ps: Bagian gak jelas yang bikin kesal, muntah-muntah, dan pusing.

The Billionaire's ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang