Air mata Elle terus saja mengalir sedari tadi. Semakin kuat ia berusaha untuk menghapusnya, semakin deras pula cairan bening yang keluar dari matanya.
Ia sedih karena dirinya tak dapat berbuat apa-apa. Sedangkan di dalam sana, di dalam ruang operasi Christian sedang mempertaruhkan nyawanya. Di depan pintu operasi terdapat dua orang pria berwajah berbadan besar yang hanya dapat memasang wajah datar.
Elle terus saja meruntuki dirinya yang benar-benar terlihat bodoh. Semua ini terjadi karena salahnya, jika saja ia tidak pergi dari rumah Christian mungkin pria itu tidak akan mencarinya sampai pria itu rela mati demi dirinya.
Elle menggeleng cepat dengan pikirannya. Tidak mungkin pria seperti Christian rela mati karenanya. Mungkin pria itu hanya merasa bersalah, itu sebabnya Christian mau menolongnya dari para pria barbar yang entah bagaimana nasib mereka setelah ditangani oleh orang-orang suruhan Christian.
Tiba-tiba kepalanya terasa berat. Kantuk menyerangnya, padahal siang baru saja menjemput. Perutnya yang berbunyi tidak diperdulikan olehnya. Elle tertidur, ia meringkuk di atas kursi tunggu di depan ruang operasi, dengan air mata yang tersisa di sudut matanya.
***
Christian mengerjap-ngerjapkan matanya, ketika cahaya putih berusaha menusuk retina matanya. Kepala yang berdenyut pusing, membuat pandangannya menjadi buram. Ia tak dapat melihat sekitarnya dengan jelas, kecuali merasakan sesuatu yang melilit di kepalanya.
Pria itu memandang sekitarnya, dinding putih disertai tirai berwarna hijau. Alat medis yang mengeluarkan bunyi di sampingnya, membuatnya menggeram karena mengganggu pendengarannya. Christian mencoba mengingat apa yang telah terjadi kepadanya, mengapa ia berada di rumah sakit?
Mengapa aku bisa berada di tempat terkutuk seperti ini? Bukankah terakhir kali aku sedang-----
Mata Christian membulat sempurna ketika ia mengingat sesuatu. Tangannya refleks melepaskan alat bantu pernafasan yang menutupi mulut serta hidungnya. Ketika ia berusaha bangkit dan turun dari ranjang rumah sakit yang sungguh membosankan, tubuhnya terasa remuk seakan beban berat sedang menimpanya. Ia kembali membaringkan tubuhnya, kepalanya semakin berputar.
"Aaarghhhhhh!!!!!!!" teriaknya menahan rasa sakit yang menjalari tubuhnya
Sialan! Aku benci terlihat lemah, gerutunya dalam hati.
Dua orang pria bertubuh kekar masuk dengan dada yang turun naik tanpa ekspresi. Christian menatap mereka berdua dengan tatapan menusuk, memerintahkan dua orang pria tersebut mendekat ke arahnya tanpa mengeluarkan suara.
Kedua pria berbadan kekar tersebut mendekat sambil menduduk hormat.
"Dimana Elle?!" Christian berusaha mengeluarkan suara, walaupun terdengar tersendat.
Kedua pria itu menunduk, "Dia tertidur di kursi tunggu di depan ruanganmu."
"Sebelumnya ia tertidur di depan ruang operasi. Tapi ketika kau dipindahkan ke ruang rawat inap, Max memindahkan wanita itu ke kursi tunggu yang berada di ruanganmu." jelas Jose, menyambung.
Tiba-tiba kemarahan menguasai diri Christian, rasa sakit yang sebelumnya dirasakannya, menguap entah kemana. Ia tidak akan rela Elle tidur dalam keadaan seperti itu, apa lagi yang dialami Elle tadi pagi pasti membuat wanita itu trauma, yang pastinya membutuhkan seseorang di sampingnya.
Jika saja tidak mengingat keadaannya, Christian pasti akan membunuh Max dan Jose dengan tangannya sendiri. Anak buahnya benar-benar keterlaluan!
"Bawa Elle masuk, sekarang."
"Tidak bisa tuan. Dokter tidak memperbolehkan siapa pun memasuki kamarmu," Max menyela.
"Lalu kenapa kalian masuk?!" suara rendah Christian berusaha meredam emosi.
"Kami refleks. Kami takut jika kau kenapa-napa," kini Jose yang menjawab.
Bodoh. Mengapa mereka lebih mengkhawatirkan dirinya yang terluka seperti ini. Bagi Christian, lukanya ini tidak berarti apa-apa jika menyangkut keselamatan gadisnya. Yang harus mereka khawatirkan, bagaimana dengan keadaan Elle, wanita itu pasti kedinginan. Dan ia yakin, badan Elle akan sakit-sakit jika wanita itu bangun.
Dan sejak kepergian Elle, ia sadar. Bahwa dia mencintai wanita itu. Itu sebabnya ia tak ingin Elle pergi, karna wanita itu berhasil menembus hatinya yang sudah lama beku. Ia mencintai Elle, wanitanya.
"Aku tidak peduli. Bawa masuk gadisku, atau kalian akan kubunuh!"
Max dan Jose hanya bisa menghela nafas. Mereka berdua sadar, mereka tidak akan pernah bisa melawan bosnya sendiri.
"Baiklah," lalu Max keluar dengan langkah lebar dari kamar inapnya.
Tak berselang lama, Max kembali dengan seorang wanita di gendongannya. Wajah wanita itu terlihat sangat kelelahan, sisa air mata tercetak di sudut matanya. Wanita itu menggeliat ketika tanpa sengaja, tangan Max menyentuh bokongnya, membuat Christian menggeram kesal.
Christian sedikit bergeser ke pinggir kasurnya. "Letakkan dia di sampingku!"
Max mengangguk. Ia tak berani untuk menyela atasannya lagi. Cukup sekali peringatan dari Christian. Ia tidak ingin benar-benar kehilangan pekerjaannya.
"Kalian boleh keluar!" perintah Christian.
Christian menatap wajah kelelahan Elle, ketika kedua pria berbadan kekar tersebut keluar dari kamarnya. Wajah lelah wanita itu tampak polos dalam tidurnya. Christian menyunggingkan senyum kecil ketika Elle merapatkan tubuhnya, melingkarkan tangannya di sekitar pinggang Christian.
Sebelum tidur kembali menjemputnya, Christian tersenyum sambil memeluk tubuh Elle, wanita yang dicintainya.
***
Elle mengerjap-ngerjapkan matanya. Perutnya berbunyi, berdemo untuk segera diberi makan. Tempat yang terasa empuk, membuat ia mengernyit bingung. Bukankah ia tertidur di kursi tunggu.
Wanita itu berusaha bangkit, namun ia kembali dibuat bingung, ketika merasakan sesuatu yang berat menimpa perutnya. Deru nafas yang berbau mint terasa dekat dengan lehernya. Ia berbalik, mencari tahu apa yang ada di dekatnya.
Matanya membelak ketika mendapati Christian yang tertidur di sampingnya. Wajah pria itu terlihat polos tak berdosa. Bahkan tidak ada kesan dingin dan arogan dari Christian. Tangannya bergerak, menyentuh bulu-bulu halus yang menumbuhi sekitar wajah pria itu, merasakan kenyamanan yang membuat hatinya menghangat.
Jika saja drama itu tidak terjadi, mungkin ia akan menghabiskan liburan yang jarang terjadi seperti ini. Ia akan berjalan-jalan mengelilingi Puerto Rico, berburu berbagai makanan, serta aksesoris khas Spanyol.
Kenyataan yang terjadi menghantam dirinya. Christian terluka karenanya, semua ini terjadi karena salahnya. Lagi-lagi Elle meruntuki kesalahannya bodohnya.
Tiba-tiba senyum terukir dari wajah Christian, membuatnya kembali mengernyitkan keningnya. Apakah pria ini bermimpi indah?
Tangan yang melingkar di pinggangnya mengerat, membuat kepalanya membentur dada Christian. Sebuah kecupan tiba-tiba terasa di pucuk kepalanya, membawa kehangatan melingkupi dirinya.
"Aku merindukanmu..."
.
.
.
.
To Be ContinuedGantung....
Gimana, masih ada yang menunggu Christian sama Elle?
TCB update seminggu sekali ya, kalo gak malam minggu ya malam senin. Tapi kalo aku lagi mood, gak menutup kemungkinan aku akan update 2 sampai 3 kali seminggu.Bagi yang mau tau tentang semua cerita aku kalian bisa kunjungi intagram aku.
Yolandamailia13_
Worldoflia
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Cold
RomantizmBagian diprivate acak, silahkan follow sebelum membaca. ____________________________________ Berkerja sebagai sekertaris di sebuah perusahan terkenal di Amerika Serikat adalah impian seorang wanita polos bernama Elle Watson. Hal itu terwujud setelah...